Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anak Kombes Ngebut, SIM Dicabut

2 Juli 2020   22:04 Diperbarui: 2 Juli 2020   21:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ups. Kembali lagi soal pencabutan SIM. 

Saya diam sejenak lalu berpikir. Idih, masih penasaran dengan berita nggak enak tadi. Anak kombes ngebut, SIM dicabut?

"Lho, bukannya istri temanmu itu polisi, Haupt Komisarin-komisaris besar di kota?" Tanya saya. Kepala saya mencoba mengingat-ingat pertemuan saya dengan perempuan bertinggi hampir 2 meter itu. Tubuhnya gagah, rambutnya pirang, suaranya kencang. Deg-deg aaaaan.

"Iya, apalagi dia merangkap sebagai kepala desa di Muggenbrun sejak dua tahun lalu." Suami saya mengingatkan bahwa si ibu bukan komisaris besar biasa. Ia juga mengatur pemerintahan di desa tempat mereka tinggal. Gajinya dua. Keren, ya. 

"Aku kira, keluarganya termasuk si anak, kebal hukum. SIM-nya diambil juga, ya. Aneh" Saya bergaya innocent, merasa masih berada di surga Indonesia.

"Memangnya Indonesiaaa, kalau anaknya orang berpengaruh bisa bebas. Ini Jerman, bu." Suami saya ngeloyor pergi ke ruang bawah tanah.

Tepok jidat. Saya pun sadar bahwa kalau mengganggu tetangga saja bisa dipanggil polisi, kena denda atau masuk penjara. Ini lagi soal ngebut sembarangan, pasti lebih ribet lagi aturannya. Namanya Jerman, hal kecil sampai besar diatur secara detil dan ... lurus! Iya, nggak belok-belok atau nggak bisa dibelokin. Beda, ya.

Semoga saja cerita ini memberikan inspirasi bagi pembuat peraturan di jalanan Indonesia. Dari tahun ke tahun, statistik- jumlah kecelakaan lalin bertambah. Artinya, masih banyak pengguna jalan di tanah air yang kurang atau bahkan tidak disiplin. Siapa tahu, ke depan aturannya dibuat lebih detil dan tegas seperti di Jerman ini. 

Pesan bagi anak-anak muda yang baru saja mendapat SIM di tanah air, untuk ekstra hati-hati. Senang dan girang boleh tapi jangan kelewatan. Di Indonesia itu, sudah jalannya sesak, aturannya belum sebanyak dan seketat di Jerman pula. Takutnya pada menyetir sembarangan dan merugikan orang-orang, sampai ada cerita nyawa melayang. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun