Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berguru pada "Loewen Zahn" Si "Gigi Singa"

17 Mei 2020   20:37 Diperbarui: 17 Mei 2020   20:47 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer, kalian takut untuk menjadi tua, sendiri dan rapuh? Pernah dengar kalimat "Menjadi tua itu biasa, menjadi dewasa itu pilihan"? Jadi, menurut saya wajar kalau takut tua,  takut bertambah umur, pernah kita alami. OMG, bagaimana kalau saya tua di Jerman?

Gambaran tua di Jerman itu seperti lagu "Burung kakaktua." "Burung kakak tua, tinggal di jendela. Nenek sudah tua, tinggal di jendela." Mengapa? Karena rata-rata orang tua yang saya kenal umuran 80-90, biasanya mereka tinggal sendiri di rumah mengingat kesehatan fisik sudah nggak seperti waktu umur 60-70 di mana mereka masih bisa aktif.

Untuk menghilangkan kebosanan berada di rumah, nggak ada siapa-siapa dan nggak ngapa-ngapain, mereka biasa berdiri atau duduk di jendela pada waktu-waktu yang sama, di jendela yang sama. Biasanya, waktunya adalah sore hari dan jendela yang dipilih adalah jendela yang menghadap jalan. Mata-mata mereka akan mengawasi siapa yang lewat, sesekali melambaikan tangan jika kenal. Jika ada kendaraan lewat, mata mereka mengikuti dari kedatangan sampai hilang. Bisa dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Bagaimana dengan saya nanti? Apakah akan seperti itu gambarannya? Oh, tidak ....

Di Indonesia, barangkali lain. Banyak orang-orang tua yang masih dikelilingi keluarganya sampai meninggal. Mereka akan banyak mendapatkan cinta dan kasih sayang dari keluarganya. Hubungan dengan manusia lainnya masih lestari. Dalam kata lain, mereka tidak sendiri. Lain ladang, lain belalang. Lain lubuk, lain ikannya. Setiap negara memang punya budaya sendiri-sendiri. Bersyukurlah bagi siapa saja yang nantinya tua dengan keadaan yang menyenangkan.

Loewen Zahn

Adalah Loewen Zahn, Loewe=singa, Zahn=gigi. Mengapa disebut seperti gigi Singa? Karena daunnya bergerigi seperti gigi Singa. Ini mengingatkan saya pada tanaman lidah buaya, di mana daunnya seperti profil lidah binatang buaya.

Bunga liar di Eropa Tengah itu banyak terdapat di rerumputan di Jerman, di ladang orang, di sepanjang jalan yang belum dibersihkan, di kebun kami, di kebun tetangga dan di taman-taman.

Dengan daunnya yang hijau, bunganya kuning menyala, menjadikannya sebagai Umkraut atau tanaman liar yang khas. Hati-hati, ada beberapa orang yang alergi dengan serbuk bunga kuningnya. Mereka akan bersin berhari-hari karenamya. Mata dan hidung pun bisa merah hingga merasa kesehatannya sedikit terganggu. Kerugian lain adalah; rumah-rumah, mobil, kursi di taman/teras/balkon, pakaian yang dijemur di luar dan sandal/sepatu yang berserakan di depan pintu rumah ... semua akan menjadi berubah menjadi kuning. Butuh waktu khusus untuk membersihkannya. Air hujan, nggak serta-merta menghilangkan mereka begitu saja.

Selain itu, para petani atau peternak biasa memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Kelinci adalah salah satu hewan yang menyukai Loewen Zahn ini. Bahkan, petani juga mengajarkan masyarakat umum untuk mengkonsumsi daunnya sebagai salat. Katanya, itu salat yang menyehatkan. Konon dari akar sampai pucuk daun sampai bunga, bermanfaat untuk manusia.

Ketika tanaman ini sudah lewat musimnya, daunnya tetap hijau tetapi bunganya berubah menjadi Pusteblume. Puste = ditiup, Blume =bunga. Jadi bunga yang bisa ditiup secara kuat-kuat dan terbang bersama angin. Yakin, bunga ini tetap indah dan menarik dipandang tetapi sangat rapuh.

Tua dan rapuh (dok. Gana)
Tua dan rapuh (dok. Gana)
Jalan-jalan bersama keluarga bertemu Pustenblume (dok.Gana)
Jalan-jalan bersama keluarga bertemu Pustenblume (dok.Gana)
Tua tapi masih kuat (dok-Gana)
Tua tapi masih kuat (dok-Gana)
Tua tapi tetap indah (dok-Gana)
Tua tapi tetap indah (dok-Gana)
Belajar dari Loewen Zahn

Gambaran Loewen Zahn ini tak jauh dari gambaran manusia. Ketika manusia masih muda dan produktif, bak bunga Loewen Zahn yang warnanya kuning menarik dan bermanfaat, akan banyak orang yang membutuhkannya, akan banyak orang yang memperhatikannya, akan banyak aktivitas yang dilakukannya, akan banyak teman dan saudara yang mengelilinginya, masih ada semangat hidup yang tinggi dan masih ada kekuatan jasmani-rohani yang nggak kira-kira jumlahnya. Olala, dunia serasa bersemangat dan luas.

Walaupun begitu, jangan lupa. Hidup itu ada dua mata sisi; baik dan buruk. Kembali ke Loewen Zahn muda tadi yang serbuk bunga cantiknya bikin alergi. Kita yang masih muda, menarik dan kuat, bisa saja tidak disukai orang lain, membuat orang lain sedih atau menderita. Hal ini butuh koreksi diri, supaya tidak terjadi lagi dan lagi.

Semua orang tidak harus mencintai diri kita, tapi mencintai diri sendiri itu perlu asal nggak berlebihan dan menyerempet ke jiwa narsis. Hanya saja, manusia harus hati-hati atas apa yang ia ucapkan, ia lakukan dan ia bagikan pada manusia lainnya. Apakah itu akan baik bagi diri sendiri dan orang lain? Jiwa introspeksi dan komunikasi yang tinggi antar manusia diperlukan di sini supaya tidak saling menyakiti.

Bagaimana ketika menjadi tua seperti Pustenblume? Sudah banyak orang, teman, saudara yang meninggalkannya. Badan sudah terasa sakit semua, mulai banyak penyakit atau keluhan yang dialaminya. Ingatan bahkan sudah tak sekomplit dulu waktu mudanya. Dengan begitu, semakin banyak saingan yang akan menggantikannya. Yang tua, yang terlupa. Ia akan lambat laun hilang. Dunia serasa runtuh sebelum kiamat tiba.

Hendaknya manusia yang menjadi tua, mencontoh Loewen Zahn yang sudah menjadi Loewen Zahn tua dan coklat aka Pustenblume. Daunnya tetap segar dan hijau, meski bunganya sudah berubah warna gelap tetap saja berdiri tegak, dengan tampilan format yang menarik dan menginspirasi orang untuk memetik dan meniupnya. Ada sensasi bahagia bagi siapa saja yang melakukannya. Nggak percaya, lakukanlah. Intinya, hanya angin kuat yang mampu menghilangkan Pustenblume. Orang yang sudah tua boleh rapuh badannya tapi jiwanya harus kuat.

Barangkali itu yang harus manusia lakukan untuk tetap nggak hilang dari sebuah zaman karena ia masih ada. Manusia yang sudah beranjak tua harus tetap aktif, tetap menjaga vitalitas otak dan badannya. Porsinya barangkali lebih rendah dibanding masa mudanya, tetapi tetap ada atau tetap bersinar karena kuat secara psikis. Manusia yang sudah bertambah umur hendaknya semakin memperbanyak amal, meningkatkan ibadahnya, menjadi lebih bijak, lebih banyak menghargai dan memahami orang lain, menyumbangkan sebagian hartanya lebih sering dan lebih banyak dari masa mudanya. Karena memang umur manusia pendek dan harta tidak akan dibawa ke liang kubur. 

Bulan ramadan adalah saat yang tepat bagi umat Islam untuk semakin memperdalam tafsir Al-Quran tetapi itu tak berarti di bulan lain, manusia yang mulai bertambah umurnya nggak bisa membacanya di bulan yang lain. Bisa, tetap bisa tapi pahalanya dikatakan lebih sedikit dari bulan puasa tadi. Jadi, mari kita manfaatkan semaksimal mungkin. Tua, muda ... semua bisa terlibat di dalamnya.

Kompasianer, yang muda menggantikan yang tua, itu sudah biasa. Yang tua digeser oleh yang muda, juga biasa. Jangan risau, jangan gundah. Menghadapi penuaan dengan alami adalah salah satu hal yang bisa dicontoh dari Loewen Zahn. Jangan ditentang, tak perlu tindakan gegabah dan bahaya yang merugikan diri sendiri atau orang lain.

Dan satu yang harus diingat, yang tua sudah memiliki santan yang kental dan belum dimiliki oleh yang muda. Butuh sebuah proses yang lama dan panjang untuk menuju kekentalan yang dimiliki orang yang sudah tua. Orang-orang yang masih muda nggak bisa melompat begitu saja ke sebuah waktu tertentu untuk memperoleh kekentalan seperti orang-orang yang sudah tua. Orang muda butuh minat, niat, kerja keras untuk menuju ke sana. Bisa? Pasti bisa.

Begitu barangkali apa yang saya cermati dari acara jalan-jalan bersama keluarga dan menemui hamparan Loewen Zahn di depan mata. Tanaman liar yang bulan lalu masih menguning, bulan ini sudah menjelma sebagai Pustenblume. Terima kasih, masa muda dan selamat datang penuaan. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun