Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Enggak Bisa Olahraga di Luar, Cross Trainer pun Jadi

10 Mei 2020   22:22 Diperbarui: 10 Mei 2020   22:26 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di ujung gang ada ladang Raps siap panen(dok.Gana)

Puasa di Jerman? Omaigot, setelah tinggal di negeri Mercedes itu, saya baru tahu bahwa di daratan Eropa, puasanya lebih panjang dari Indonesia yang biasanya 12-13 jam.  Jerman, salah satu daerah EU rupanya memiliki waktu 17-19,5 jam berpuasa tergantung musim apa dan ada di negara bagian mana.

Maklum, Jerman memiliki 4 musim (musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur). Di musim panas, puasanya semakin lama karena matahari terbenam juga lebih lama. Begitu pula sebaliknya di musim dingin, puasanya lebih pendek 1 jam-an sebab matahari cepat terbenam.

Nah, saking lamanya berpuasa, saya harus tetap menjaga kesegaran tubuh supaya nggak melungker lemes di kasur saja seharian.

Sebenarnya kesehatan badan dari dalam bisa diimbangi dengan makan sahur dan berbuka yang cukup. Kalau kebanyakan, malah sakit perut. Sebagai tambahan, saat buka dan sahur itu, saya banyak minum air putih dan minum teh hangat dan manis madu hanya satu gelas sehari. Terlalu banyak minum kopi atau teh, saya khawatir akan banyak cairan dalam tubuh yang terserap sampai dehidrasi.

Meskipun demikian, olah raga tetap harus dilakukan. Apa saja olahraga yang aktif saya lakukan entah bersama-sama atau sendirian selama bulan ramadan?

Jalan kaki jadi tahu ada tetangga baru (dok.Gana)
Jalan kaki jadi tahu ada tetangga baru (dok.Gana)
Di ujung gang ada ladang Raps siap panen(dok.Gana)
Di ujung gang ada ladang Raps siap panen(dok.Gana)
Jalan kaki keliling kampung dan ke hutan

Demi kesehatan dan kebugaran tubuh selama berpuasa, saya suka ajak keluarga berjalan kaki mengelilingi kampung pada sore hari dan ngabuburit di hutan beberapa jam sebelum berbuka.

Kampung kami dikelilingi hutan dan gunung. Daerah hijau yang masih memungkinkan kami untuk keluar rumah demi berolah raga.

Seperti anjuran kanselir Jerman, berolah raga di luar rumah di masa corona boleh, asal hanya berdua saja atau sekeluarga yang serumah saja. Sejak hari ini, berkumpul atau berolah raga boleh dengan satu keluarga lainnya.

Oh, ya. Mengelilingi kampung itu selain sehat juga asyik. lho. Kami jadi tahu apa perkembangan di sekitar rumah; ada berapa rumah baru, siapa yang baru pindah, siapa yang punya hewan piaraan lucu, ladang apa yang akan panen petani dan tanaman apa saja yang sedang mekar di pekarangan rumah tetangga.  Di masa social distancing dan physical distancing, berita tetap up to date.

Tapi kami ingat, jalan kaki kami bukan seperti rombongan pengantin yang pelan-pelan tetapi jalan cepat! Kami percaya bahwa jalan cepat akan membakar kalori (1,6 km = 100 kalori) atau lebih banyak dari jalan kaki yang model "biar lambat asal selamat." Kompasianer termasuk pejalan kaki tipe yang mana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun