"Asal nggak batuk, nggak bakal nular."
"Jika sehat, semua virus lenyap."
Tetapi jika nantinya ada yang sakit, nasi telah menjadi bubur. Kita nggak bisa kembali ke masa lalu supaya nggak datang untuk menemui orang-orang yang kita cintai karena di masa corona itu berbahaya.
Kalau tidak tertular, bisa menulari. Jadi, jangan ngotot mudik, deh. Di rumah saja. Sudah banyak media yang bisa mengantarkan rasa kangen dan kasih sayang. Ada whatsapp, ada skype, ada telepon, ada e-mail dan seterusnya. Kurang apa lagi, coba?
Jangan Bandel
Sangat disayangkan jika pemerintah sudah berupaya baik untuk mengerem angka korban tapi kesadaran masing-masing individu terlihat masih rendah bahkan terkesan menyepelekan. Menganggap bahwa virus corona ini biasa dan aktivitas harus tetap berjalan seperti biasa.
Saya masih ingat kasus di grup facebook MIK Semarang, grup yang mengunggah banyak anjuran dari pemerintah. Suatu hari ada komentar dari salah satu anggota yang kurang enak dengan menyalahkan pemerintah yang menyengsarakan warga dengan banyak aturan ketat, nggak boleh jualan, nggak boleh keluar, nggak boleh ini-itu.
Karena diingatkan anggota lainnya dalam komentar tidak terima, ia marah dan menantang untuk berkelahi Andika warga Semarang Barat diamankan polisi karena memprotes penutupan jalan di Semarang..
Untungnya, pelaku meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Semua direkam dalam video dan diposting dalam group. Hati-hati ya, komentar di media social. Meski bebas, tetap ada adabnya. Nggak boleh sembarangan. Pelajaran itu akan menjadi teladan bagi kita semua dalam bersosialisasi di dunia maya.
Zaman corona ini semua orang susah, jika sudah ada yang ngatur, taatlah. Saya ingat film "Pandemic", di mana sebuah pesawat membawa penumpang dari Australia, salah satunya meninggal di tempat duduknya karena virus. Alhasil, begitu tiba di tempat tujuan, diputuskan oleh maskapai dan pemerintah bahwa semua dikarantina.
Sayangnya, satu penumpang berhasil melarikan diri. Si pria berpikir bahwa virus itu tidak berbahaya. Sebagai businessman, ia tidak mau kehilangan rejeki menjual kapal pesiar. Ia merasa harus bertemu dengan pembeli dan tidak mengindahkan anjuran tim kesehatan untuk mengikuti cek kesehatan dalam masa karantina.