Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Supermoon 7-8 April 2020 di Angkasa Eropa, Ketika Bulan 90% Dekat dengan Bumi

9 April 2020   05:43 Diperbarui: 9 April 2020   17:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warnanya kuning/oranye bukan pink (dok.Gana)

Langkah keluar rumah begitu berat. Mata melirik jam tangan, rupanya sudah mau jam 9 malam. Kami hendak belanja kebutuhan sehari-hari. Sengaja memilih jelang larut malam untuk berbelanja karena corona. Iya, swalayan tujuan tutup pukul 10 malam, jaraknya hanya 10 menit dari rumah. 

Menurut pengalaman, jam segitu orang sudah melepas lelah, berebah di atas sofa, menenggak bir dan menamati gambar bergerak di layar kaca. Dalam arti, physical distancing akan terlaksana dengan leluasa. 

Sungguh, dengan pertambahan jumlah pasien corona yang hari ini sudah mencapai 107.600 atau lebih dari 2000 orang penderita baru di Jerman, kami sangat berhati-hati untuk tidak keluar rumah dan bertemu dengan kerumunan. Andai saja mata kita melihat dengan jelas tebaran virus corona di mana-mana, nggak mungkin kita keras kepala keluar dari sarang. Anggukan pelan tapi pasti terlihat dari masing-masing kepala.

Kaki berhenti di depan garasi yang sudah terbuka pintunya. Bagasi mobil terbuka. Botol-botol plastik siap tukar yang konon akan didaur ulang sebuah pabrik, telah rapi dikotaki sang keranjang lipat.

Kami serempak membalikkan badan. Ah, hari sebenarnya nggak dingin-dingin amat tapi angin nakal mencoba menyambit kulit yang sudah terbalut jaket tipis berbahan plastik. Masker dan topi tak pernah lupa untuk selalu dibawa, ya ada di tangan. 

Hey ... sebentar, mengapa langit begitu tenang dan bersih tanpa kabut apalagi mega? Aih, rupanya ada yang istimewa di atas sana. Bulan begitu kuning bercahaya, bundar dan besar!

"Indahnya, bulan, seperti parasmu ..." Suami saya menengadahkan muka ke langit kelam.

"Kau memang pandai merayu. Bulan purnama, ya?" Hati saya mekar layaknya bunga mawar dari Inggris. Buru-buru membidik si cantik dengan kamera HP dari saku jaket.

"Bukan, honey, orang memanggilnya Supermoon" Tarikan tangannya menuju mobil membuat saya bagai sapi dicocok hidung. Kami harus bergegas berangkat, takut toko tutup.Supermoon Datang Menjemputmu 

Supermoon! Tanggal 7 April pukul 22.35 waktu Jerman itu, kami beruntung bertemu sejenak dengan supermoon. Pemandangan yang sama terlihat juga pada 8 April. Fantastik. Pantas saja kamera DSLR gerah untuk mengabadikannya. Tak hanya mata ini  yang bersaksi. Biar dokumen abadi  mengukir sejarah bahwa Supermoon pernah melintas di sini.

Astronom berani sesumbar; bulan terbesar, paling terang dan paling dekat dengan bumi sejak 1948 itulah yang tiba tadi malam. Berbahagialah manusia yang bermukim di Eropa, Amerika latin, USA dan Timur Tengah. Kami adalah salah duanya. Bagaimana dengan Anda? Belum? Barangkali memang belum rejeki. 

Ugh. Kepala ini  masih juga bertanya-tanya mengapa ia disebut supermoon. Bukankah astronom menyebut namanya sebagai perigee Syzygy? Perigee menggambarkan keadaan di mana orbit bulan sangat dekat dengan bumi. Syzygy, kondisi di mana matahari, bumi, bulan atau dalam satu lini dan membentuk bulan purnama.

Menurut Bob Berman, julukan supermoon dicetuskan pertama kali oleh Richard Nolle pada tahun 1979. Jarak yang merentang adalah 221.800 mil atau 357.035 km. Itu terjadi ketika ada perigee sekaligus syzygy. Ukuran bulan berubah super. Bulan lebih besar 14% dari kondisi ketika jauh dari bumi. Yang tinggal di daerah pantai meski tak memeluk siapapun, bahagia sampai langit sap tujuh kerana menjadi saksi supermoon.

Dan ketika kami mendapatinya di angkasa kemarin itu, keheranan masih juga merajuk. Ah, mengapa supermoon yang sering disebut astronom sebagai the pink moon tak juga menampakkan semburat merah jambunya? Mana-mana pink yang cantik itu? Tak ada jawaban, hanya angin  yang bertiup tipis-tipis menghantar dingin. Di pandangan mata kami, justru hanya kuning oranye terang benderang nan menyilaukan mata.

Belakangan, tadi  jam 8 malam, suami seperti kejatuhan durian. Matanya menangkap matahari besar dan pink tenggelam. Si bungsu dari balkon mengabarkan bahwa ia takjub langit sangatlah merah muda. 

Pemandangan di depan pintu rumah 7 April (dok.Gana)
Pemandangan di depan pintu rumah 7 April (dok.Gana)
Warnanya kuning/oranye bukan pink (dok.Gana)
Warnanya kuning/oranye bukan pink (dok.Gana)
Kapan Lagi Supermoon Datang?

Barangkali ada yang merasa seperti pacar ketinggalan kereta, atau bagai merasa jatuh cinta namun bertepuk sebelah tangan, sebab kelewatan tak melihat kecantikan bulan super di atas langit. Adakah masa untuk melihatnya? Selalu Ada kesempatan di pelupuk mata, jangan pernah berhenti menggantung asa.

Siapkan kalender, catat dan ingat baik-baik. Supermoon telah hadir 9 Maret dan 7 April silam. Tak perlu risau atau ragu menunggu 7 Mei pukul 6.45 pagi, sebab the full flower moon akan menunggu kalian tepat waktu. Ada yang mampu memegang janji? Tolong angkat dua jari berbentuk victory....

Jika saja waktu tak terburu, andai saja alpa menerpa kepala yang makin menua, tetaplah setia di bumi, sebab supermoon terjadwal tanggal 17 September, 16 November dan 15 November 2020. Lantas, kabarkan pada dunia, betapa bulan purnama sempurna itu luar biasa. Saya pun akan setia membacanya di sini. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun