Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Begini Langkah yang Dapat Kamu Lakukan jika Tertipu Saat Belanja Online

2 April 2020   17:35 Diperbarui: 3 April 2020   05:52 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hati-hati Online shop (dok.Gana)

Di rumah saja karena Corona dan online shopping jalan terus? Alamaaakkk! Saya juga termasuk salah satu orang yang suka belanja tetapi hanya kalau ada diskon besar saja. Misalnya, belanja di akhir tahun karena banyak sales.

Menurut saya kalau sedang ada uang lebih sedikit saja, enak memilih menggunakannya untuk keliling dunia bersama keluarga, ketimbang buat belanja ini-itu. Karena saya pikir, kalau barang di rumah banyak, repot ngurusnya dan sayang kalau barang tidak dipakai hanya masuk lemari alias sekedar koleksi. Sedangkan pengalaman ke tempat-tempat baru akan langgeng di hati, ketemu orang baru dan makanan baru serta tentu saja keharmonisan keluarga lestari.

Kalau ditanya, perempuan mana yang nggak suka belanja? Ada barang baru, ngiler. Ada barang murah pengen. Ada barang cantik unyu-unyu, beli. Halah. Apalagi dengan kecanggihan teknologi yang membuat internet memudahkan orang hanya dengan satu klik bisa belanja apa saja, di mana saja. Wahhhh, bahayanya. Kalau nggak hati-hati, bisa bangkrut atau parahnya ... tertipu!

Ngaku. Iya, deh. Saya ngaku. Sebenarnya, saya nggak suka belanja online. Meskipun belanja online memang bisa dilakukan dari rumah karena mudah prosesnya, barangnya bervariasi, sering banyak diskon, sering cuci gudang dan bisa dapat barang murah. Namun, ada kekurangannya nih, soalnya bisa bikin ketagihan buat belanja terus.

Berikut saya mau menceritakan pengalaman saya belanja online di Jerman dan sayangnya saat itu saya kena tipu. Dan semoga dengan membaca ketidaktelitian saya, dapat menjadi acuan siapapun yang hobi belanja online.

Hati-hati Online shop (dok.Gana)
Hati-hati Online shop (dok.Gana)
Belanja Sepatu Online
Oktober lalu suami ultah, waktu itu saya bingung, aduuuuh beli apa ya? Semua sudah punya. Otak saya putar lagi. Saya ingat percakapan saya dengan suami beberapa hari sebelumnya:

"Lho, aku kira sepatu busuk ini sudah masuk sampah waktu kita di Indonesia Agustus lalu", mata saya melotot melihat sepatu warna hijau orange itu ada di anak tangga ruang bawah tanah kami.

"Rencananya gitu, tapi kok, rasa-rasanya dibuang sayang", suami ngeles. 

Menurut kabar burung, orang Schwabia di Jerman Selatan terkenal geizig, pelit. Mereka tidak suka membuang uang untuk hal-hal yang nggak perlu. Kayak misalakan kalau nggak perlu beli wortel sebungkus, yaa cukup beli satu saja. Nggak heran kalau saya melihat kesan lain "hemat beda tipis sama pelit".

"Ya, sudah. Besok jadwal Restmull. Aku buang, ya?", tanyaku.

Sepatu itu memang permukaannya masih bagus, tetapi ternyata bagian solnya sudah keropos. Kalau tanah basah, merembes sampai kaos kaki. 

Gawatnya, kebanyakan kaki orang Jerman yang saya kenal, baunya seperti keju kalau terlalu lembab, entah dari keringat atau dari menapaki dataran yang tidak kering. Niat saya ingin membuang sepatu suami saya, nampaknya tidak dibolehkan oleh suami saya, sebab sepatu itu merupakan sepatu kesayangannya. 

Ah, memang keras kepala. Ya, sudah, saya beli yang baru dulu yang sama persis. Nanti kalau sudah beli baru, yang lama tadi dibuang.

Keluar masuk di 5 toko di sekitar tempat tinggal, nggak nemu juga. Memang sepatu model lama, 5 tahun lalu. Sudah tidak ada stok. Sekali ada, stoknya nggak ada yang segede kapal. Iya, nomor Eropa; 46!!! Yapoloh, itu sepatu apa kapaaaaal?

Gegara pusing, saya pilih beli sepatu online saja, tinggal klik.

Sepatunya jelek (dok.Gana)
Sepatunya jelek (dok.Gana)
Web dari Jerman Belum Tentu Milik Orang Jerman
Saya tulis model sepatu yang saya inginkan, yaitu Raven 3 Gruen Q21589, seperti yang saya temukan di label sepatu lama. Setelah mengecek sebuah online shop resmi dari merek produk sepatu itu. Ah, nggak ada! Cari di web www.lieblingsteil-aic.d baru ketemu! 

Setelah pesan dan mendapat sebuah pesan "Sehr geehrter Kunde, unter der von Ihnen angegebenen Sendungsnummer (0000000000006) koennen wir noch keinen Eingang verzeichnen. Bitte pruefen sie die Nummer, oder versuchen sie zu einem spaeteren Zeitpunkt nochmal" (Pelanggan yang terhormat, berikut ini adalah nomor pengiriman. Silakan Anda mengecek nomor tersebut atau coba lagi nanti).

Gubrak. Di dalam web itu, ada alamat khusus bagi pelanggan yang ingin menanyakan barangnya. Yup, saya ingin menanyakan pengiriman barang dengan nomor tadi. 

Ketika menanyakan pada GdSK GmbH&Co.KG, di Dieselstrasse 27, 49076 Osnabreck itu lewat email, dijawab bahwa nomor paket saya nggak ada di daftar kiriman mereka. Lhooooo?

Karena bingung, saya cari di internet nama pemilik toko. Ketemu nama Lieblingsteil atas nama Susanne Mueller di 86551 Aichah. Ada nomor HP +4982518938*** dan email info@lieblingsteil-aic.de.

Di seberang sana, si ibu mengatakan bahwa perusahaannya sudah dibeli orang lain. Jadi web bukan miliknya lagi dan dia nggak tahu siapa yang beli. Aneh, kan? Web alamat DE artinya Deutschland atau Jerman, kok yang punya orang China atau Singapura? 

Belakangan hari ini baru saja saya cek, pemiliknya adalah orang asing yang mana alamat kontaknya sama seperti yang email, namun nomor HP-nya beda. Dan mengejutkannya lagi, alamat yang bertanggung jawab atas proyeknya ternyata orang Portugis. 

Lalu saya jelaskan kepada si ibu lewat telepon, kalau ada yang jahat sama saya dan menipu, akan saya sebarkan informasi lewat artikel pengalaman tertipu. Maksud saya, supaya ia tahu, saya serius. Percakapan kami sudahi dengan hati kesaaaaal.

Hari berganti hari dengan begitu lamban. Akhirnya tanggal 7 November, paket datang. Ya ampuuuun. Begitu saya buka amplop putih, bukan kardus yang nggak menarik, hampir saja saya terjengkang. 

Sepatunya jeleeeeek sekali! Sudah begitu warnanya bukan hijau dan orange melainkan hitammm! Mana kualitasnya seperti prakarya dengan bahan murah-meriah. Mau dikirim balik, selain lama, bea kirim baliknya juga nggak murah ke China. Tobat.

Geram, kami cek laporan dari kartu kredit pada tanggal 11 Oktober lalu. Rupanya pembayaran itu diterima bank di Singapura atas nama Jiaji Wooyoung Textile. Jumlah seharusnya 72,18 euro karena perbedaan kurs jadi 74,94 euro atau 86,33 USD. Aduhhhhh....

Segera saya kirim pesan di web mereka, menyampaikan kesalahan yang terjadi dan menyatakan bahwa saya akan menuliskan kejahatan mereka dan pengalaman saya tertipu bertransaksi dengan mereka. Harapannya, tidak ada korban lagi. Sayangnya, sampai hari ini, tidak ada kabar beritanya. Barangkali mereka lari tunggang-langgang.

Baiklah, setidaknya saya sudah berbagi pengalaman tertipu online shopping dan apa yang sudah saya lakukan untuk mendapatkan hak saya. Rupanya itu mimpi yang nggak ada endingnya.

***

Di Jerman, jika pembayaran menggunakan Paypal, akan mudah karena management akan segera mengembalikan uang kepada yang tertipu. Sedangkan dari kartu kredit agak susah karena mereka tidak mau tahu masalah yang terjadi. Jika mau solusi, dipersilakan untuk komplen kepada costumer service website bersangkutan.

Saya sudah mengadu ke web dan pemilik web. Mau lapor polisi, saya malas berurusan dengan polisi Jerman. Ya, sudah, ini pengalaman pertama dan terakhir saya belanja online dengan kartu kredit. Nasib. Untung ada teman baik yang ikut bantu pembayaran dengan kartu kredit tadi, ikut nyumbang 50€. Semoga pahala untuknya. 

Bagaimana dengan di Indonesia? Perkembangan online shopping di tanah air begitu pesat. Mau beli apa saja tinggal klik. Jangan dikira kejadian orang tertipu belanja online shopping hanya di Jerman saja, di Indonesia mungkin saja terjadi. Betul? Waspadalah!

Apakah ada kasus penipuan? Pasti ada. Lalu? Saya baca "The Asian Parent" jika tertipu online, ada 3 cara yakni dengan melaporkan di situs pelaporan online seperti kredibel.co.id, lapor.go.id, cekrekening.id, orang juga bisa ke kantor polisi, atau ke bank kita supaya mereka bisa memblokir bank si penipu.

Untuk memblokir bank orang, kita butuh lapor ke polisi. Setelah kelar, siapkan dokumen seperti kartu ATM, buku rekening, KTP, kronologis kejadian bermaterai dan mengisi form laporan korban yang bermaterai. 

Biasanya jika banknya sama dengan milik kita, proses akan cepat karena satu payung. Bank yang berbeda dengan bank kita, akan memiliki prosedur dan birokrasi yang lain jadi akan lama sekali, apalagi bank luar negeri rumit.

Teman-teman, konon lebih baik mencegah daripada mengobati. Sebelum Anda berbelanja online khusunya di masa di rumaaaaah saja,Saya sarankan sebaiknya check-recheck dulu kredibilitas web apakah mereka asli atau palsu. Cek apakah ada komentar dari pelanggan lain yang sudah membeli barang sebelumnya atau tidak. 

Jika ada apakah benar dari pelanggan atau dibuat sendiri oleh pemilik web. Dan apakah ada umpan balik dari pengelola web? Kemudian, cek apakah bank alamat di mana konsumen harus membayar ada di dalam negeri atau luar negeri. 

Hati-hati jika bank ada di luar negeri, sehubungan dengan pencucian uang atau pelarian uang Anda.

Ide saya, kalau nggak penting-penting amat, nggak usah belanja, deh. Hemat pangkal kaya. (G76).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun