Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vitamin yang Bikin Segala Urusan Mulus

3 Februari 2020   15:43 Diperbarui: 3 Februari 2020   16:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jerman, negeri yang saya tumpangi ini memang terkenal dengan kedisiplinan, ketertiban dan ketelitiannya dalam segala urusan. Istilahnya, lurus, nggak belak-belok seperti di Indonesia.

Selama beberapa tahun tinggal di negeri penghasil mobil Mercedes itu, saya mencoba beradaptasi dan belajar banyak tentang tata cara hidupnya.

Hingga pada suatu saya berani mengambil sari pati dari karakter orang- orangnya. Saya baru tahu kalau "vitamin B" atau "Vitamin Beziehung", nyata ada dan berlaku di negeri yang punya 16 negara bagian itu.

Vitamin B

Vitamin B? Apakah itu sama dengan vitamin yang terdapat pada buah, sayur, susu dan produk turunannya, daging dan ikan, kacang-kacangan serta roti dan pasta? Waduhhh, bukaaaaan, Vitamin B atau Beziehung aka hubungan itu, abstrak.

Artinya, jika kita punya hubungan khusus dengan seseorang, itu akan memuluskan segala urusan yang sederhana sampai berbelit-belit sekalipun. Eh, kok agak mirip dengan kolusi di tanah air, ya? Hehehe.

Betul. Meskipun Jerman adalah negara modern dan canggih, di sana masih banyak nilai klasik nan tradisional yang dipegang secara turun-temurun. Orang Jermsn juga manusia; punya rasa-punya hari. Ada yang menganggap itu sebagai nilai negatif, ada yang memandangnya sebagai sesuatu yang positif.

Contoh Kasus

Seorang Au Pair Maedchen mendapat masalah dalam mengurus perpanjangan visanya. Karena orang tua asuh sayang dan butuh keberadaannya di rumah, segala upaya dilakukan. Rathaus atau kantor walikota tidak bisa membantu, si gadis harus pulang ke negara asal karena si ibu dan si gadis punya bahasa ibu yang sama. 

Dalam aturan Au Pair, tertulis bahwa itu dikhawatirkan mengganggu proses belajar bahasa Au Pair. Inti program pengiriman anak muda usia 18-26 tahun ke luar negeri adalah untuk belajar bahasa dan budaya. Lah kalau tidak berbahasa Jerman tapi berbahasa ibu, kapan pintarnya?

Singkat cerita, sang bapak asuh adalah orang terkenal dan kaya di Jerman. Ia punya banyak kenalan orang penting dan berpengaruh seperti di Bundestag atau mirip DPR di Berlin yang bisa mempengaruhi keputusan lokal di daerah.

Tak lama kemudian, urusan beres. Si Au pair dapat visa lagi  dan tinggal selama setahun seperti kontrak yang ia tanda tangani. Sebagai informasi, visa pas kedatangan hanya berlaku 3 bulan dan harus diperpanjang.

Contoh lain adalah apa yang dialami suami saya. Untuk mengurus nomor plat mobil, ia biasa mengurus lewat internet. Namun, ia sengaja menghubungi salah satu teman yang bekerja di kantor pengurusan plat nomor mobil karena tidak ada nomor cantik yang ia inginkan di  web. 

Pulang dari sana, ia berhasil mengantongi nomor yang ia inginkan tanpa main sogok alias gratis. That's what friends are for. Untuk Indonesia itu biasa, di Jerman luar biasa.

Ada lagi cerita tentang dokumen. Jangan tanya soal ini, bisa mumet sampai salto. Untuk periksa ke dokter spesialis, kadang ada ketentuan untuk Ueberweisung  atau Surat rekomendasi dari dokter keluarga dan tentu harus bawa kartu asuransi.

Nah, pernah saya ada urusan dan nggak bisa antar anak ke dokter padahal sudah janjian, terpaksa suami yang membantu mengantar. Karena tergesa- gesa waktu berangkat, saya lupa memberikan kartu asuransi anak pada suami. Yah, sudah nggak bawa kartu, nggak ada rekomendasi dari dokter keluarga lagi, payah.

Untungnya, suami saya kenal dengan si resepsionis dokter spesialis. Ia boleh mengantar kekurangan dokumen sampai seminggu atau harus membayar sejumlah tertentu. Mana sudah jauh tempatnya dan anak harus diperiksa, kalau hari itu nggak jadi periksa dm disuruh pulang sebab  kurang dokumennya, kasihan  kan. Untuk membuat janji atau Termin dokter di Jerman itu nggak semudah membalikkan telapak tangan.

Begitu pula dengan pengalaman  yang saya alami. Dalam perbincangan dengan teman-teman Auslander/in alias orang asing, banyak yang mengeluh tentang sulitnya mendapatkan pekerjaan bahkan Praktikum atau mencicipi training di sebuah perusahaan Jerman. Sudah berpuluh-puluh Bewerbungen atau surat lamaran, hasilnya nol besar. Jangankan dipanggil, surat penolakan lamaran atau jawaban surat lamaran ditolak saja nggak dikasih. Alamak, teganya.

Mungkin saya beruntung karena begitu melamar sebagai praktikan di sebuah perusahaan besar di kota kami, langsung di-ACC. Tahu kenapa, karena pemiliknya adalah teman saya. Ada nilai ingin menolong dan memberi kesempatan pada saya. Praktikum adalah sebuah program bagi siapapun yang ingin mengetahui apakah pekerjaan yang nantinya akan dipilih itu sesuai dengan panggilan hati atau tidak. Jika ok, program bisa diteruskan dengan Ausbildung atau program training selama setidaknya 3 tahun? Di mana separo hari ke sekolah dan separuhnya bekerja alias praktek.

Vitamin itu juga berlaku di dunia bisnis. Istilahnya; tak kenal maka tak sayang. Jika nggak kenal dengan manager atau bos perusahaan tertentu, suami saya akan kesulitan dalam membeli barang di Jerman untuk dijual lagi ke luar negeri. Bagi perusahaan luar negeri, akan sangat sulit membeli langsung dari Jerman. Diperlukan networking dan sosialisasi dengan orang-orang yang berkepentingan. No vitamin B, please go away.

***

Saya pikir, memang memperluas pergaulan di Jerman atau di manapun kita berada itu penting. Namanya orang, siapa tahu kita butuh. Sudahkah Anda menyadari dan membinanya?

Tidak ada istilah, "saya takut" atau "saya tidak bisa", harus berani dan harus bisa di negeri orang. Jika tidak kita bisa mati kutu jauh dati negeri asal.

Mampu berbahasa Jerman dengan baik, bersikap sopan dan ramah adalah bekal yang harus melengkapinya. Apalagi menjadi orang asing adalah tamu bagi penduduk asli Jerman. Jika tiga ciri itu tidak dipenuhi, akan sangat sulit untuk dipercaya dan dihormati orang Jerman.

Jerman sangat nasionalis. Mereka nggak suka kalau ada orang asing yang nggak bisa bahasa Jerman. Ke laut aje, hehehe. Berbeda dengan tanah air di mana orangnya sangat toleransi. Meskipun orang asing berbahasa Inggris, kita tidak mengharuskan orang asing untuk bisa berbahasa Indonesia. 

Justru kita yang bersikeras dan berusaha semaksimal mungkin untuk praktek cas-cis-cus. Sebelum orang mau menghormati kita, tentunya kita harus bisa menghormati orang lain terlebih dahulu. Kesopanan harus tetap dijaga, walaupun tidak berada di negara Asia.

Keramahtamahan juga harus ditunjukkan. Yah, nggak usah BT kalau ada orang mukanya asem dan ngomongnya ketus, nggak ada ramah-ramahnya. Di negeri empat musim itu sudah biasa. Jika kita punya Vitamin B ini, semua akan berubah seperti sulapan. Simsalabim, hokus pokus fidibus-semua urusan jadi mulus. Hex-hex. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun