Waktu masih SMA, saya kaget sekaligus ngeri mendengar berita dari orangtua bahwa salah satu kakak kami mengalami kecelakaan di daerah Semarang atas.
Ceritanya, kakak naik motor dan terlindas sebuah truk. Dia harus dirawat berbulan-bulan disangkal putung sampai sembuh, sepedanya remuk.
Saya tidak tahu secara jelas siapa yang salah, tetapi memang seram sekali jalanan di Indonesia. Bus dan truk kencengnya seperti "kesetanan". Pengemudi yang naik motor atau mobil di sebelahnya bisa deg-deg-duerrrr, nervous dan bisa saja kaget hingga celaka jikalau tidakhati-hati.
Human error
Dari sejak itu sampai hari ini, saya yakin kecelakaan truk di tanah air masih tinggi. Tidak asing kalau berita di koran, media online, dan radio masih rajin memberitakan kasus kecelakaan seperti berikut ini:
"Rem blong, truk tabrak warung bakso, dua orang tewas."
"Bermain HP, sopir truk tabrak tiga becak."
"Balita terlempar 5 meter diseruduk truk, gara-gara sopir ngantuk."
"Truk nyemplung di parit, gara-gara sopir melirik cewek seksi."
"Truk bermuatan 500 bebek terguling di tanjakan Gombel."
"Hujan lebat, truk terperosok ke jurang, sopir nyungsang di pohon."
Artinya sebagian besar penyebab kecelakaan truk adalah human error. Kesalahan manusia yang entah sengaja atau tidak sengaja dapat memicu terjadinya kericuhan di jalan raya.