Chamonix, Mont Blanc Nature Resort, Perancis. Nggak nyangka pada suatu hari, saya berada di sana. Padahal dahulu hanya sering mendengar cerita tentang keagungan gunung putih bak dibubuhi tepung itu. Macam negeri dongeng sajalah. Atau saya masih ingat, mendengar iklan bolpen mahal buatan Jerman yang dijual di seluruh dunia.
Atawa ngiler, melihat Incess Syahrini mejeng di sana dan dipamerkan di instagram. Yaaaa ... Tuhan memang Maha Baik, Kompasianer Eberle mengajak kami berlibur bareng-bareng ke sana. Yuhuuuu ....
Olala, selama di sana, ada yang saya baru tahu. Rupanya di kota yang banyak turis main ski pada musim dingin itu, memiliki tradisi yang mirip dengan di Jerman; makan kue tiga Raja!
Tiga Raja?
Tiga raja adalah figur yang dikenal masyakarat Jerman yang mayoritas penduduknya Katolik Roma. Nah, pada tanggal 3-4 Januari, sudah pada ngider anak-anak TK-SMA yang ikut bergabung dengan gereja untuk keliling kampung, bernyanyi, berdoa, mengumpulkan dana sosial untuk anak-anak di belahan dunia lain.
Tentu saja harus memakai kostum tiga raja yang sudah disediakan oleh pihak gereja; jubah putih, sorban hijau, kuning, pink atau biru dan pernak-pernik lainnya. Selain itu tangan mereka membawa perangkat seperti tempat menyan, kotak amal, kapur untuk menuliskan C+M+B atau Caspar, Melchior dan Balthasar, legenda yang sudah dikenal sejak abad 6.
Menarik. Saking dinginnya, kadang anak-anak memakai baju dan jaket tebal serta celana untuk ski di bawah jubah. Itu demi melindungi kulit dari hawa yang menggigit kulit. Sarung tangan, syal dan sepatu boot selalu menjadi pelengkap.
Paling repot kalau hujan salju turun, super dingin! Padahal mereka harus keliling seharian selama dua hari. Boleh istirahat untuk minum teh, icipin kue dan ke toilet di rumah-rumah tertentu, sesuai petunjuk panitia. Semangat mereka tetap menyala.
Oh, ya, kembali ke kue tiga raja. Waktu jalan-jalan naik kereta dari Chamonix ke Jenewa, kompasianer Eberle yang habis kopdar dengan seorang teman baik, mampir ke toko roti. Di sana dijual kue tiga raja. Di Perancis namanya Galette des Rois, Swiss dengan Schweizer Dreiknigskuchen atau Inggris menyebutnya sebagai King cake atau King's cake.
Nah, kue itu jadi oleh-olehnya dan dibagi-bagi dengan kami pada sore hari. Maklum, budaya ngeteh atau ngopi disambi makan kue sudah menjadi tradisi masyarakat Jerman. Meski berada di negara Perancis, kebawa juga itu kebiasaannya. Kumpul nggak kumpul, makan.
Kami pun duduk manis. Karena saya yang ultah, saya yang boleh pertama kali mengambil kue. Harapan saya, sayalah yang dapat figur raja karena mau jadi ratu sehari.
Begitu menggigit, dahi saya berkernyit Kok, rasanya lain?" Rupanya kue itu berbahan tepung campur puding dengan tambahan rasa mandel, beda dengan kue tiga raja yang pernah kami cicipi di Jerman. Saya lebih pilih yang dari Jerman, lebih fresh. Yang dari Perancis lebih eneg.