Beberapa hari sebelum final, saya ngobrol dengan seorang desainer lurik dari Indonesia yang tinggal di Berlin, Lina Berlina. Kami sepakat untuk menanyakan pada Claudia Emmanuela Santoso (Audy), apa ia mau dibikinin baju yang ada kesan Indonesia untuk final nanti.
Jawaban peserta "The Voice of Germany" itu mengejutkan, katanya ia nggak mau dengan alasan tidak mengizinkan.
Jangan salah sangka, nggak boleh su'udzon. Rupanya sebelum kami menanyakan, sudah ada desainer Indonesia juga yang mau endorse. Claudia nggak ambil karena tidak ada izin dari tim. Wah, ketat sekali peraturannya, ya.
Persaingan Ketat dalam "The Voice of Germany"
Soal ketat rupanya juga terlihat dari persaingan TVoG 2019 kali ini. Dari awal Claudia sudah meyakinkan juri yang tak jemu memuji "Kamu calon juara", "Suaramu Bagus", "Kamu penyanyi terbaik sedunia", "Kami nggak ragu mengirimmu langsung ke final", "Darimana suara emas itu muncul?", "Suaramu menakjubkan" dan masih banyak pujian yang mengalir pada gadis yang rupanya takut kucing itu.
Walaupun demikian, empat peserta final memiliki kemampuan khas, yang nggak boleh diremehkan pula. Sebut saja Lucas, pria yang benar-benar membuat saya geleng kepala. Betapa tidak, ia adalah peserta yang serba bisa.
Dipasangkan dengan artis kondang siapa saja, jenis musik apa saja, mantul. Tidak hanya jenis pop atau Rock and Roll saja yang ia bisa. Penampilannya pun sudah menandakan ia pantas naik panggung kapan saja dan di mana saja alias sudah matang dari pohon.
Pria klimis yang selain nyanyi, bisa main harmonika, main piano dan entah main apalagi itu memang multitalenta. Kata orang, biasanya kalau terlalu bisa ini, itu, anu, ia nggak bisa fokus dan nggak berhasil menjadi jawara. Benarkah?
Atau lihatlah Fidi, perempuan yang mengingatkan saya pada kemolekan Monalisa. Wanita berwajah ramah itu memiliki suara yang mirip dengan Silbermond, grup Jerman yang sudah kondang duluan sejak 1998 dan memiliki lagu dalam album-album yang mengharu-biru. Penyanyi perempuannya itu, lho.
Kalau mata saya tutup, saya barangkali nggak bisa bedain, mana yang dari Stefanie dari Silbermond, mana Fidi dari Voice of Germany.
Sayang, waktu final, Fidi nggak main cello. Padahal menurut saya, itu faktor penting bagaimana ia bisa merampas hati simpatisan untuk mendonasikan vote. Gesekan mautnya itu, lho. Jadi ingat sama WR. Supratman yang main biola. Teriris sudah.
Barangkali peserta yang paling gemes adalah Erwin. Binaan coach Rea, yang sebenarnya dari audisi Blind off sudah meminta Claudia untuk masuk timnya itu harus cukup puas sebagai runner up doang, dengan jumlah vote yang terpaut sangat jauh seperti pacar ketinggalan kereta.