Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

4 Tempat Wisata Wina yang Harus Dikunjungi

8 November 2019   14:20 Diperbarui: 8 November 2019   14:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karpet merah dan aih, penuhhhh (dok.Gana)

Jaman masih muda, saya suka backpackeran. Entah sendiri atau dengan teman nggak masalah lah. Sekarang sudah berkeluarga dan punya anak apakah itu mungkin? Mengapa tidak?

Baru-baru ini, seizin suami, saya sorangan ke Wina, Austria selama tiga hari untuk memenuhi undangan mami Kartika Affandi dan Universitas Krems.

Naik kereta dari rumah ke stasiun KA, tiketnya 19,90 euro sekali jalan (pulangnya nanti dijemput suami). Itu setara dengan kira-kira Rp 300 ribuan dan perjalanan 2 jam. Lalu tiket pesawat murmer dari Stuttgart ke Wina yang hanya 1 jam 15 menit dengan harga 170 euro atau Rp 2,6 jutaan pp. Transport lokal bandara ke kota 6,6 euro pp atau Rp 100 ribuan. 

Ongkos makan dan penginapan ikut teman/kenalan. Begitu pula selama dua hari jalan-jalan ikut teman dan hari ketiga, jalan kaki sendirian sampai kakinya mau copot. Untuk jajan dan oleh-oleh 30 euro atau Rp 465 ribuan. Total kira-kira Rp 3.465.000 atau 223 euro.

Nah, Wina itu kan besar dan luas. Banyak tempat wisata yang konon wajib dikunjungi seperti istana Schoenbrunn, Bonbin Vienna, Museum Albertina, Belvedere, menara Donau, Riesenrad si kincir raksasa dan lain-lain.

Bagi backpackers,  saya rekomendasikan Anda untuk berkunjung ke tempat-tempat berikut:

1.Rathaus/Balaikota

Sudah berapa kali Anda berkunjung ke balaikota setempat? Sekali? Sepuluh kali? Berkunjung ke balaikota di Wina nggak hanya puas sampai hitungan itu. Seratus, seribu, sejuta kali nggak bakal bosen. Mengapa?

Selain bangunannya antik, artistik dan besar, rupanya pemerintahannya kreatif. Coba deh, waktu saya datang, sedang digelar acara bagi remaja dan keluarga muda. 

Tajuknya "Game city", kota permainan. Balaikota disulap menjadi wadah permainan seperti di masa mendatang selama tiga hari dari pukul 10.00 sampai 18.00 waktu Austria.  Semua gratis. Wow!

Mungkin jika Anda berkunjung ke sana, bakal ada acara lain yang nggak kalah seru, deh. Janji.

  • Balaikota Wina di Ruang 4 (dok.Gana)
    Balaikota Wina di Ruang 4 (dok.Gana)
    Byuh, pilarnya ... (dok.Gana)
    Byuh, pilarnya ... (dok.Gana)
  • Bening (dok.Gana)
    Bening (dok.Gana)
    Karpet merah dan aih, penuhhhh (dok.Gana)
    Karpet merah dan aih, penuhhhh (dok.Gana)
    2. Neubaugasse

Ini, nih. Namanya perempuan, pasti happy dan semangat 45 ke pusat perbelanjaan. Neu=baru, bau =bangunan, Gasse=gang. Iyaaaa di gang ini bertebaran toko-toko seperti H&M, Zara, Tally Weijl, TK Maxx, bakeri, Libro, Chocolaterie dan lain-lain. Gemes nggak sih. 

Karena backpackeran dan hanya boleh bawa ransel 8 kg sebagai bagasi tangan (yang bias ditaruh di bawah kursi/bukan di kompartemen) di dalam pesawat, artinya saya nggak bisa belanja. Jadinya hanya window shopping sajalah.

Selain itu, selama jalan dan jalan di sekitarnya tadi, kita bisa menemukan bangunan bersejarah seperti rumah Ferdinand Raimunds, pemain film yang lahir 1790. 

Begitu pula dengan Stifskaserne basecamp militer sejak tahun 1696, gereja katolik Pfarre Mariahilf yang indah sekali dengan warna emas dan lukisan indah dan Bruno Bettelheim-Haus (rumah bersejarah keluarga Bettelheim).

Kaserne militer (dok.Gana)
Kaserne militer (dok.Gana)
Rumah Hermonds(dok.Gana)
Rumah Hermonds(dok.Gana)
Lukisan di gereja Katholik (dok.Gana)
Lukisan di gereja Katholik (dok.Gana)
Maksi dulu di Wok (dok.Gana)
Maksi dulu di Wok (dok.Gana)
3. Caf Zentrale

Suami saya suka masak dan makan. Makanya ia merekomendasikan tempat ini untuk  saya kunjungi. Cafe di Herrengasse yang sudah berdiri sejak 1876. 

Dibuka setiap hari Senin-Sabtu pukul 7.30-22.00 dan Minggu pukul 10.00-22.00, selalu sarat pengunjung. Saya harus berdiri 30 menit untuk bisa duduk dan makan kue di sana. Perjuangan yang memang sangat dinikmati para turis berbagai dunia.

Saya senyam-senyum. Kami berbaris seperti pembagian girik jaman penjajahan. Antrinya pun dua kali; di luar atau depan pintu masuk dan di depan pintu kedua atau di depan etalase kue, sampai pelayan menemukan tempat. Ngeri, kan. Tapi demi merasakan Cafe yang legendaris tempat nongkrongnya Hitler, Stalin, Sigmund Freud dan lainnya itu memang seribu satu, sesuatuh.

Akhirnya di Cafe yang menempati lantai dasar bekas gedung sebuah bank dan bursa efek Palais Ferstel itulah, saya berhasil mencicipi kue coklat khas Wina, Sachertorte. Tentu saja juga ditemani menghirup coklat susu panas. Total kira-kira 10 euro atau Rp 155.000.

Tip: saat antri sendiri, carilah pasangan/kenalan karena biasanya pelayan akan mendahulukan tamu (yang antri) berjumlah 3 atau lebih. Sembari mencari kesempatan dalam kesempitan supaya didahulukan, juga bisa memperluas pergaulan. Asal nggak kecantol, ya kann?

Antri panjang sampai bangunan miring (dok.Gana)
Antri panjang sampai bangunan miring (dok.Gana)
Dipilih, dipilih, dipilih! (dok.Gana)
Dipilih, dipilih, dipilih! (dok.Gana)
Sachertorte (dok.Gana)
Sachertorte (dok.Gana)
4. Museum Sisi

Sebelum menuju stasiun bawah tanah untuk naik S-Bahn ke bandara, saya jalan-jalan lurus terus dari Cafe. Di gang buntu itu, ada bangunan-bangunan tua yang menarik. Contohnya, museum Sisi. 

Tahu kann siapa Sisi? Elisabeth Amalie Eugenie atau Sisi dari Munchen, Jerman menikah dengan Kaisar Franz Joseph I saat masih berusia 16 tahun. Perempuan cantik itu sangat melegenda sebagai Maharani Austria dan Ratu Hongaria yang cantik. Sosok wanita tangguh dan berkuasa.

Saya ingat, untuk perawatan mukanya, ia tak pakai botox melainkan menempelkan irisan daging sapi muda di wajahnya. Konon, itu membuatnya segar dan awet muda. Mau coba? Kalau orang pasti mending dagingnya digoreng dan masuk perut saja. Kenyang!

Tiket masuk museum mahal, yang hanya ingin selfie dan menikmati bangunan luar sudah cukup puaslah. Atau mau nonton opera lalu naik kereta kuda seperti Incess? Silakan.

Museum Sisi (dok.Gana)
Museum Sisi (dok.Gana)
Bak Incess abad lalu (dok. Gana)
Bak Incess abad lalu (dok. Gana)
***

Alasan empat tempat itu yang saya rekomendasikan untuk backpackers karena sangat mudah dicapai dengan jalan kaki, tempatnya bagus dan gratis. Jangan lupa google map atau peta di tangan. 

Waktu itu, sehari saya jalan kaki sepanjang 10 km dari jam 10.00 sampai 18.00. Paling berat kalau pas hari terakhir karena harus menggotong ransel ke mana-mana. Yailah, pundaknya pegel. Beda sekali saat masih umuran 20an. Otot kawat!

Bagaimana dengan Kompasianer? Mau coba backpackeran ke Wina suatu hari nanti? Sudah ada teman, saudara atau kenalan di Wina? Selamat jalan-jalan. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun