Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kapan Mesin Tukar Botol Ngetren dan Merata di Indonesia?

1 April 2019   15:52 Diperbarui: 1 April 2019   21:52 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesin otomat (dok. Gana)

Waktunya ngecek Instagram. Sebuah posting dari teman di Indonesia yang mengunggah foto got yang mampet karena tersumbat botol-botol plastik menarik perhatian saya. Geram, segera saya komentar di akun Elisa itu.

Saya ceritakan bahwa di Jerman sudah lama. Pengalaman menukar sampah di ATM sudah sejak pertama kali saya pindahan ke Jerman sampai hari ini. Ya, mesin ATM sampah botol ini sudah bukan asing lagi.

Di setiap filial toko retail seperti Aldi, Lidl atau Kaufland, mesin itu sudah ada. Toko-toko itu kalau di Indonesia mungkin mirip toko Alfamart, Indomart atau swalayan Hero. Jadi, setiap toko dan swalayan Jerman sudah berpartisipasi memberikan wadah sampah bagi para pelanggannya. Orang akan mendapatkan uang dari memasukkan sampah plastik, kaleng atau gelas, setelah menukarkan voucher yang keluar dari mesin. 

Mekanisme mesin tukar botol di Jerman

Jika di Indonesia ada profesi pemulung, mungkin nggak bakal ada di Jerman. Sekali ada, biasanya mereka ini orang kasihan. Gimana nggak kasihan karena semua sudah diatur di Jerman.

Jika hidup kesusahan, pasti ada yang salah dari orang tersebut. Contohnya, orang yang memang nggak punya pekerjaan atau nggak punya uang pensiun dan mencari pendapatan dari jalan-jalan ke tempat umum dan mengorek tong sampah untuk menemukan botol dari plastik, gelas atau kaleng untuk ditukar dengan voucher sejumlah uang. 

Tetangga saya yang cowboy (punya kuda, punya kandang kuda, suka naik kuda dan gayanya asli cowboy), biasa jalan-jalan ke taman dan hutan untuk mengumpulkan sampah baik botol, gelas, tisu sampai kondom. Saya duga sampah itu dari anak-anak muda atau orang yang grillen atau bakar-bakar di taman hutan dan tidak mengemasi sampah atau lupa membuang di tempat sampah. 

Sebenarnya, masyarakat Jerman sudah terbiasa untuk tidak membuang sampah botol minuman karena rata-rata sudah ada sistem yang bagus. Minuman orang Jerman biasanya memiliki karbon atau gas alias Kohlensauere. Dengan demikian, jika membeli minuman, setiap botol harus disertai pembayaran uang refund.

Misalnya untuk botol plastik ukuran 1 liter/1,5 liter atau 500 ml seharga 0,25 sedangkan botol gelas ada yang 6, 8 atau 10 sen. Lalu kaleng punya harga sendiri. Untuk botol satu krat berisi 9, 12 botol gelas (alkohol atau soda) misalnya, bisa langsung masuk semua dan dihitung secara keseluruhan. Jadi tak perlu satu per satu memasukkannya. 

Cepat sekali, bisa hemat waktu untuk mengerjakan yang lain dan nggak boring. Penghitungannya? Misalnya satu krat plastik minuman berisi 6 botol (baik ukuran @500 ml, 1 liter atau 1,5 liter) dihitung harga minuman + harga fund= (1 euro x 6) + (0,25 euro x 6)= 6+ 1,50euro =7,50 euro. Konsumen harus membayar 7,50 euro. Nanti jika belanja lagi, tinggal memasukkan botol kosong tanpa dicuci, ke dalam mesin. 

Dulu setiap mesin punya scan sendiri sehingga botol dari toko lain nggak dikenal, sekarang sudah bisa. Kerennya lagi, mesin yang dulu masih lambat sampai mau ketiduran menukar 3 keranjang botol saking lamanya, sekarang sudah wus-wus-wus. Sehingga 1 botol bisa satu detik kayak lari sprint atau balapan gitu, deh. Seru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun