Trasty sedang dalam proses pembenahan managemen, agar lebih professional terkait dengan sistem internal seperti keuangan ataupun efisiensi produksi. Sebagai bukti pengakuan pasar terhadap Trasty, Trasty telah terpilih sebagai bagian dari 15 social entreprisependampingan dari Action Coach -- DBS Bootcamp. Keikutsertaan Trasty tentunya diharapkan dapat mampu meningkatkan produktivitas Trasty yang dapat berdampak pada peningkatkan kesejahteraan bagi tim dan mitra binaan.
Seperti curhatan Naneth bahwa merek dagang Trasty yang ada di bawah bendera CV Prawitanadi tidak hanya lekat dengan tas batik saja, tetapi kain-kain tradisional di tanah air seperti tenun dan lurik. Ia juga ingin mengajak kita untuk sadar mengapa harus lebih mencintai produk kreasi lokal. Toh mulai banyak produk lokal yang berkualitas, orang mulai bangga untuk menjadi berbeda, salah satunya dengan menggunakan produk lokal sebagai bentuk cinta dan bangga terhadap tanah air.
Jika wanita Indonesia suka memburu tas merek internasional, sudah saatnya juga memiliki dan mencintai tas merek Indonesia dengan bahan tradisional. Itulah sebabnya, saya pikir, produk UKM seperti Trasty ini harus menjamur, supaya bangsa kita lebih banyak melirik produk bangsa sendiri, bahkan yang berciri khas keindonesiaan. Jangan hanya tas merk dari luar negeri yang mahal atau yang KW saja yang diburu. Jika orang asing suka batik, kita harus lebih dari suka.
Saya sudah koleksi beberapa dan memakainya di Jerman, bagaimana dengan Anda? (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H