Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kejamnya Muay Thai Boxing

16 November 2018   19:04 Diperbarui: 16 November 2018   19:20 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diapit dua pemenang, Ninia dan Danie (dok.Gana)

"Yes. Sure. Is that OK with you are all?" Sopir muda balik tanya pada para penumpang yang berbahasa Jerman apakah mereka nggak keberatan ada yang numpang. Ah, dari ngobrol ngalor-ngidul, jadi tahu kalau mereka orang Austria.

"Wie wars? Was denkst du?" Nggak ada hujan nggak ada angin, seorang pria berambut panjang berwarna putih di depan saya tiba-tiba tanya bagaimana perasaan setelah menonton tadi.

"Gut. Einmalig." Meski pertandingan Thai Boxing itu bagus tapi menurut saya sekali saja cukup melihatnya. Paling nggak tega lihat anak kecil bertarung.

"Hey, da bist du." Si pria menunjuk layar telepon genggam rekannya yang mengecek foto-foto yang diambil waktu pertandingan. Di sana, ada foto Danie dan Ninia. Rupanya di tengah-tengah mereka adalah saya. Hahahaha ... kok, bisa ya? Jadi waktu saya minta suami mengambil foto, ada yang ikutan jepret. Klik, tersimpan.

***

Itu tadi pengalaman kami nonton tinju tradisional rakyat Thailand untuk yang pertama kali dan semoga yang terakhir kali. 

Dan tepat 14 November 2018, telah meninggal dunia seorang petinju Muay Thai yang masih berusia 13 tahun. Ia terkena pendarahan otak setelah bertanding di atas ring dan dirawat di sebuah rumah sakit di Bangkok. 

Sebuah tamparan bagi orang tua di Thailand yang kabarnya sejak dulu mengirim anaknya yang masih TK untuk latihan tinju, dengan alasan masalah keuangan. Dikatakan dengan bertinju akan mengentaskan mereka dari kemiskinan. Jika berjaya di atas ring, anak-anak itu disebut-sebut akan mampu meneruskan pendidikan tinggi menggunakan uang yang diraup. 

Selain itu, sebenarnya tujuan orang tua Thailand adalah membekali diri anak-anak mereka dengan ilmu bela diri yang sudah turun-menurun ada di negara yang belum pernah jadi koloni negara lain itu. Ditambah mereka dilatih disiplin dan menjadi petarung tangguh dalam hidup. Sayang, tanpa alat pengaman seperti helm atau pelindung dada. Hidup memang keras, nak.

Sebagai orang tua, saya semangat mengarahkan anak-anak kami dalam mencari bakat dan minat tetapi tetap ingat resiko apa yang akan didapat si anak sebagai pelaku, selama mendalaminya. Anak polah, bapa kepradah. Toh, jika ada apa-apa, orang tua juga yang repot. Siap?

Kalau sudah kejadian seperti di  Thailand itu, apa tindakan pemerintah kerajaan dan para orang tua di sana? Apa  harus tetap mengarahkan atau mengijinkan anak-anak di bawah umur ke tinju  ala Thailand? Bukankah masa anak-anak adalah masa belajar dan bermain? Tinju? Don't try this at home, it's dangerous. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun