![dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/10/24/ecd6ee20-0bbd-466d-9e80-10543f684db8-5bd06bc912ae943d2661a6d3.jpeg?t=o&v=555)
![dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/10/24/4d37fe5b-9264-4b65-8b21-3bc2c05010c1-5bd06c4a43322f2106769f13.jpeg?t=o&v=555)
"Kamu juga takut digigit, kan? Aku suka lihat kamu biasanya bawa pukulan plastik untuk mengusirnya atau raket listrik untuk menyengat lalat, lebah jangan. Nah, dari masalah itulah, pemerintah Jerman memberi subsidi bagi siapa saja yang menanam Phacelia. Uang pengganti beli bibit dan perawatan tanaman sampai siap dihisap lebah."
"Bunganya kaya akan sari-sari selama 24 jam. Kalau dihisap nggak bakal habis, selalu muncul, lagi dan lagi."
Wajah suami saya tiba-tiba mirip seperti profesor yang memberikan seminar pada para mahasiswanya. Ia mencium saya dan berlalu. Olalaaaa ....
Saya masih tertegun, berdiri di tengah-tengah, memandangi dua sisi fatamorgana lavendel. Ohh, tidak. Suami dan anak-anak sudah sampai di mobil, di ujung jalan sana. Kaki saya mendekat pada salah satu bunga Phacelia. Mata saya tak henti-hentinya mengamati para lebah yang menghisap sari bunga Phacelia dari dekat. Oh, iya, banyak lebaaaahhh.
Lalu, saya berbisik, "Ich bin nicht suess...." atau "Saya nggak manis."
Meniru guyonan yang biasa dilontarkan anak-anak Jerman ketika lebah mendekat, supaya tidak digigit. Maklum, bukankah lebah suka yang manis-manis. Yang jutek dan nggak manis, pasti nggak bakal didekat lebah. Haaa, yang GR, merasa manis.
![dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/10/24/165fe9e6-d7c0-449d-8162-0763f5430706-5bd06c8043322f21505f1d6a.jpeg?t=o&v=555)
![dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/10/24/ab36968e-ed86-4627-9593-bdc0974cf2ac-5bd06ca76ddcae1276674274.jpeg?t=o&v=555)
Serunya melihat ladang berwarna ungu di depan mata. Meski tertipu itu bukan lavendel tetapi Phacelia, saya bersyukur mendapat satu pengetahuan baru tentang hal yang pasti nggak ada di kampung halaman.
Teman-teman di tanah air dan di manapun Anda berada, mencontoh apa yang saya lihat di Jerman, bagaimana ya, jika suatu hari ada subsidi pemerintah akan bagi siapa saja yang menanam padi supaya negara nggak terus-menerus impor beras dari negeri tetangga? Bukan beras plastik, lho yaaaa.
Siapa tahu dengan demikian, generasi muda di bumi nusantara akan termotivasi untuk mengembangkan lahan untuk ditanami tanaman-tanaman bermanfaat untuk kehidupan? Bukan hanya menjual lahan untuk dibangun gedung-gedung tinggi atau perumahan. Supaya mahasiswa pertanian di kampus-kampus A-Z dari Sabang sampai Merauke juga bisa mengembangkan ilmu dan pengetahuannya, praktek di lapangan.
Ah, kalau tidak lusa ya ... lain hari. (G76).