Apalagi monumen yang ada di Ban Nam Khem. Sebuah patung Buda berwarna emas sedang duduk di atas bunga lotus warna putih sebagai tempat berdoa, dinding di mana tertulis nama-nama korban dan kalimat berisi doa dari keluarga korban ada di sana.
Mata saya segera mendapati gambar seseorang, lengkap dengan tanggal kelahiran dan sebuah kalimat dari keluarga yang ditinggalkan “Du bist immer bei uns" (Kau selalu di hati kami), Sie flogen ins Paradies und kehrten nicht zurck" (Dia terbang ke surga dan tak akan kembali), Erinnerungen an Menschen gehen nie verloren, wenn man sie im Herzen behalt" (Peringatan atas orang-orang yang nggak bakal hilang kalau selalu disimpan di hati).
Selain dari Jerman, para korban berasal dari Austria, Australia, Belgia, Belanda, China, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Italia, Jepang, Kanada, Luxemburg, Myanmar, New Zealand, Norwegia, Perancis, Philipina, Polandia, Portugis dan Thailand. Foto-foto mereka bisa dilihat di monumen dengan keramik mozaik warna biru dan putih.
Muram sekali suasananya. Tambah mencekam dengan sudut sembahyang dengan kembang, patung orang dan patung ayam di sana-sini.
Anak-anak berlarian ke sana-ke mari. Beberapa gubuk tempat makan kosong. Kami pun menyeberang, mendekat pada kapal yang terlempar oleh ombak sampai ke taman. Di taman ada papan informasi yang menjelaskan apa saja yang sebenarnya bisa dikunjungi di area sub distrik Bangmuang.
Nggak hanya monumen Tsunami di Bhan Nam Khem saja. Ada museum sejarah tsunami di mana kapal warna oranye-biru terdampar, pantai Bang Lut, pantai Ban Thap Taiwan, pantai Bang Sak, kuburan korban Tsunami, kapal feri "Pier", tur naik gajah "Sairung", tur naik gajah "Supaporn."
Sejam cukup untuk menjelajahi tempat yang sepertinya rata dari Tsunami. Tempat mengerikan yang berbahaya. Zona selamat baru ada 1,5 km dari sana. Sebuah bangunan tingi dengan anak tangga dari besi. Letaknya jauh sekali. Jika lari, ombak sudah membawa kita pergi. Ya, Tuhan, bisakah Anda membayangkannya ada di sana dan itu terjadi?
***
Begitulah sekilas perjalanan kami di Khao Lak, Thailand.
Berada di sana, saya berharap bahwa sosialiasi tentang gempa dan Tsunami di daerah c
Ditambah pembangunan tempat-tempat seperti monumen, posko penyelamatan, petunjuk jalan penyelamatan dan sejenisnya mulai dibangun di tempat-tempat yang pernah diterjang gempa dan atau Tsunami, supaya banyak orang yang belum tahu jadi tahu atau yang sudah tahu jadi ingat. Gempa dan Tsunami bisa datang kapan saja.