Istri: Apa itu? Apa itu? (Bingung dengan apa yang dilihat di depan mata, membuatnya gelisah. Ia waktu itu belum tahu kalau bahaya di depan matanya adalah Tsunami).
................................................
Barangkali begitu terjemahan percakapan bahasa Jerman yang saya tonton di youtube sebelum keberangkatan kami ke Khao Lak, Thailand pada 3 Agustus 2018 yang lalu.
Eh, Khao Lak, Thailand? Entah mengapa, suami dan anak-anak bersikeras untuk pergi ke Thailand dalam rangka liburan musim panas. Saya lebih usul ke Portugis atau Yunani. Selain nggak perlu lamar visa dengan pasport hijau, tempatnya dekat, perjalanan nggak lama, indah, nggak begitu mahal dan nggak jauh dari Jerman.
Biasa, orang Jerman memang paling suka; pantai, matahari dan pasir kalau liburan. Sebabnya memang negeri besar itu nggak punya kekayaan alam seperti di Asia. Maklum, negaranya memiliki keindahan lain dengan 4 musim.
"Sama --sama mengeluarkan uang, aku lebih seneng ke Asia karena ada hati yang diletakkan orang-orang di sekelilingnya dalam menyambut kita," suami saya kasih argumen. Saya GR.
Hmm, saya pikir ia betul juga. Jika berlibur ke Eropa, belum tentu di hotel atau di manapun kita berada akan disambut dengan senyuman ikhlas, wajah bersahabat dan pelayanan ala Asia yang nggak bisa ditemukan di Eropa.
Duh, ngotot ke Thailand ya? Ya, sudah saya mengalah. Meskipun demikian, jujur, sejak sebelum beli tiket Pausal sampai hari terakhir di Thailand, hati saya tetap ketar-ketir. Masak piknik ke tempat bekas Tsunami? Apa nggak ada tempat laen, siiiiihhhh?
Pausal adalah paket tiket yang semua inclusive mulai dari tiket pesawat internasional, pesawat lokal, transport lokal di Thailand dan Jerman, diskon paket tur wisata lokal, hotel serta makan pagi yang cukup dikategorikan dalam golongan murah. Untuk traveler seperti kami sebenarnya kurang cocok karena kami suka pindah-pindah.
Misalnya 3 hari di Khao Lak, 3 hari di Phuket, 3 hari di Hoa Hin dan 3 hari di Bangkok. Berada 2 minggu di tempat yang sama di Khao Lak kadang membosankan, sedangkan untuk tur ke tempat-tempat tersebut di atas dan harus kembali ke hotel yang sudah dibayar, nggak efektif dan capek.
Galau. Barangkali itu juga yang Anda akan rasakan ketika akan berlibur ke Aceh, Lombok, Palu atau tempat-tempat wisata lainnya di seluruh pelosok tanah air Indonesia yang pernah terkena Tsunami. Meskipun saya tahu takdir Tuhan nggak ada yang tahu, rahasia yang nggak disangka-sangka tetapi rasa was-was pasti masih ada.