Barangkali karena kata dari bahasa Jamaica itu merupakan sumpah serapah kasar akibat reaksi atau ekpresi orang Jamaica yang kaget, marah, frustasi dan sejenisnya. Menggunakan kata itu, rupanya bisa bikin orang ditangkap polisi Jamaica. Waaaa, apa kata duniaaa?
Sebagai priyayi Jawa, mas RM cerdas berpikir dan menggantikannya dengan kata yang homofon, bunyi sama tapi artinya beda. Aduhhh ... kayak beberapa anak-anak Jerman di kampung kami, fasih banget ngomong sh**. Serem.
Mencontohlah mas RM. "No-no-no ... that is a dirty word. Please say bambu keras ... bambu keras. Everyone say bambu kerasssss!" Teriak mas RM di atas panggung. Dan para penyanyi dan penonton pun seperti sapi dicocok hidung. RM mengajari sesuatu yang baik. Sifat luhur turunan bangsa kita. Nggak mudah memang, tapi bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Betul? Tosss!
Yang selalu menarik dalam penampilan mas RM di atas panggung adalah rambut rasta yang lebih dari 1 meter dan pakaiannya! Ada detil batik yang ia pakai di panggung. Bukankah batik tersebar di seluruh Indonesia? Batik juga warisan Indonesia yang didaftarkan ke UNESCO pada tahun 2009.
Batik pula yang dipakai duta reggae kita yang pernah lama di Amrik itu dalam summer jam. Lihatlah topinya, kaosnya, hemnya, sepatunya ... awwww ... gemes! Yang di Indonesia pakainya produk ekslusif, merk luar negeri, yang di luar negeri pakainya aseli produk dalem negeri. Semoga ini menginspirasi kita semua, jangan malu pakai batik atau kebaya, dong. Eh, jangan-jangan ada orang Indonesia yang nggak tahu apa itu kebaya? Xixixi ... yaolohhh, bisa dibalang sandal.
Kompasianer, saat ini mas RM lagi getol mempersiapkan bisnis garmen dengan merk RM Royal Clothing. Hebat, ya, sadar fashion seperti sang bunda. Sebelumnya, mas RM sudah digaet dread bag batik untuk limited edition "Ras Muhammad." Tentu, dengan gambar mas RM di label, bukan gambar wanita seperti camay lhooo.
Eh, bagi yang belum tahu, mas RM jadi satu-satunya model laki-laki dalam peragaan busana tradisional Indonesia di Hongaria. Tepatnya di acara Panorama World Club Fashion Show di Millenium Center, Budapest pada 19 Mei 2018, yang menampilkan nama-nama desainer Indonesia seperti Itang Yunasz dan Poppy Karim. Sambutannya meriah.
Mas RM membawakan baju-baju koleksi pribadi yang mewakili adat Jawa, Bali, Kalimantan dan tentu, sentuhan reggae. Janjinya, fashion bukan bidangnya dan hanya dilakukannya demi mengangkat budaya Indonesia, jika misinya beda pasti nggak mau.
Nahhh, nyanyi pinter, joget mahir, lenggak-lenggok di catwalk bisa pulak. Kalau saya punya anak seperti itu, alangkah senang dan bangga tak terlukiskan oleh kata-kata.
Etapi, membayangkan kerepotan secara materi dan imateri dalam sepak terjang mas RM selama ini di dunia musik, saya tanya bundanya.
Rupanya RM self financing. Sayang sekali, kali itu, lagi-lagi, KBRI dan KJRI di Jerman belum sempat mendukung. Barangkali lain kali? Warum nicht?Setidaknya ada courtessy atau compliment yang didapat sang artis. Harus ada komunikasi dan informasi baik di masa mendatang. Saya kira itu sudah cukup untuk menunjukkan perhatian dan dukungan perwakilan negara RI di Jerman.