Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Eurovision 2018 | Israel Jawara, Jerman Keempat dan Sabotase untuk Inggris

1 Juni 2018   16:02 Diperbarui: 1 Juni 2018   16:43 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Netta jawara ESC 2018 dari Israel (dok.Eurovision)

Israel, nama negara ini sudah jadi kontroversi sejak saya kecil sampai sekarang punya anak kecil. Alasannya masih klasik bahwa Israel (Yahudi) yang sejak dulu berperang melawan  Palestina (Arab), dianggap atau bahkan sudah merampas tanah Palestina. Selain itu negara-negara Arab seperti Libanon, Suriah, Mesir dan Irak turut membantu Palestina memerangi Israel  pada tahun 1948. 

Meski Israel bisa jadi nomor satu negara yang dibenci hampir kebanyakan orang atau negara-negara di dunia, adalah sebuah kejutan ketika jumlah vote baik dari masyarakat dunia dan juri dari berbagai negara, berhasil memenangkan peserta dari Israel, Netta yang membawakan "Toy" dalam Eurovision Song Contest 2018! 

Menurut saya, itu sebuah sinyal bahwa meskipun negaranya nggak jadi favorit sejagad, ternyata lewat musik, Netta berhasil mengharumkan nama negaranya lagi setelah sebelumnya tahun 1978, 1979 dan 1998 Israel menang di ESC. Artinya, musik menjadi area normalisasi perasaan dan pikiran jutaan bahkan milyaran orang. Luar biasa, bukan? Selamat.

Apa itu Eurovision Song Contest?

Yup, nggak tahu kenapa habis beli mawar besar dan wangi sebanyak dua pot,  sampai di rumah saya pegang laptop dan menuliskan laporan Eurovision 2018. 

Kalau Anda ingat Celine Dion, Eurovision pernah mengangkat namanya sebagai juara pada tahun. Ia mewakili Swiss. Begitu pula dengan ABBA yang menang di ESC 1974.

Eurovision adalah ajang musik se-Eropa yang diadakan setahun sekali. Event yang diselenggarakan sejak tahun 1956 di Lugano, Swiss itu digagas oleh Sergio Pugliese dari Italia dan disetujui European Broadcasting Union. Dari tujuh negara, juara dari Swiss selaku tuan rumah. 

Meski titelnya Eropa, nggak semua negara Eropa ikut. Misalnya, negara Liechtenstein, Kosovo dan Vatikan. Sebaliknya, Australia yang nggak masuk Eropa pun sudah ikut sejak 2015. Tahun 2018 ini, ada penyanyi blasteran Indonesia-Aborigin, Jessica Mauboy yang ditunjuk SBC dan mewakili Australia. Meski nggak satu pun televoting atau negara yang kasih 12 poin padanya, penampilan penyanyi berbakat itu seksi dan keren. Suaranya OK juga.

Hey ... siapa tahu Indonesia yang terkenal dengan gudangnya penyanyi akan mendapat undangan kehormatan? Indonesia, siap?

Karena tujuan awal dari kegiatan ESC adalah untuk menguji kekuatan teknologi siaran live show di TV. Tiap peserta harus mengumpulkan 12 poin dari voter dan juri tiap negara. Sungguh tidak mudah. Seiring perkembangan jaman, sekarang ini pastilah banyak visi misi dari ESC yang diemban. 

Israel jadi jawara ESC 2018

Di mana ESC diadakan? Lisabon, Portugis. Negara kolonial yang ingin saja jejak tanahnya suatu hari nanti.  Rupanya negara itu yang menjadi tuan rumah ESC tahun 2018. 

Rentetan acaranya, semi final 1 tanggal 8 Mei, semi final 2 tanggal 10 Mei dan grand final  tanggal 12 Mei. Kami ketinggalan final 1 dan 2. 

Tekat kami, finalnya nggak boleh kelewatan. Waktu itu pas liburan sekolah di Jerman dan kami berada di Dijon (Perancis), tempat asal mastard atau senf dibuat, suami bela-belain cari di internet sampai bayar premi buat lihat acara live yang digelar TV Jerman. Sebabnya cari-cari channel TV di kamar hotel, hanya dua TV Jerman yang masuk dan bukan termasuk TV resmi peliput acara. 

Menyimak berjam-jam acara, kami menikmati camilan brondong jagung. Selama nonton, kami berdebat soal siapa yang tampil bagus dan bakalan menang.

Pertama, tentu Jerman karena kami keluarga mix Jerman-Indonesia. Nasionalis, dong. Michael Schulte sangat mengharu biru dengan lagu yang diciptakan bersama teman-temannya, "You let me walk alone." Lagu kisah nyata, yang mengingatkan beratnya hidup bersama ibu dan 2 saudaranya, tanpa seorang kepala keluarga. 

Bagaimanapun, ia berhasil meraih apa yang diinginkannya. Menjadi pemimpi yang menjadikannya nyata, seperti sang ayah. Mata saya sampai berkaca-kaca meski sebenarnya bukan tipe yang gampang nangis.....

Kedua, kami tertarik pada sosok Netta yang berpenampilan ala Korea, background puluhan boneka emas kucing maneki-nekos"good luck" dan suara serta lagu yang unik. "Toy" atau "mainan" menjadi lagu yang ia bawakan. Liriknya menggelitik, kebanyakan menggunakan bahasa Inggris tetapi menggunakan kalimat aneh yang ternyata dari bahasa lain seperti "baka" (Jepang) dan masih banyak lagi.

Ketiga, peserta bernama Eleni Foureira. Tubuhnya yang tinggi langsing, menjulang ditambah rambut panjang pirang bergelombang, sangat seksi menarik hati. Apalagi suaranya yang melengking-lengking dengan gerakan tubuh yang gemulai menggoda.  Wahhh jadi ingat Shakira! Ngajakin badan bergoyang-goyang, senang.

Keempat, peserta dari Australia karena separoh orang Indonesia. Bangganyaaaa, dada bergemuruh. Harusnya, ia bisa menarik sekian persen simpati penonton dari negara bapaknya yang punya jumlah 250 juta penduduk karena pemilih dan juri dari Australia nggak bisa memilihnya (kasih poin 12)  sesuai aturan ESC.

Nah, dari favorit kami itu, ternyata yang menang Netta dari Israel! Dari 43 peserta, Netta berhasil menghipnotis jutaan voter dan ratusan juri (satu negara 5 juri). Dengan perolehan televoting 317, dan poin 12 dari Belarus, Spanyol, Rumania, Perancis dan Montenegro. 

Sedangkan total score 529, score juri 212 dan mendapat poin 12 dari juri negara Ukraina, Azerbaijan, San Marino, Georgia, Spanyol, Moldova, Perancis dan Australia.

Pro dan kontra atas pemilihannya adalah hal yang wajar. Suami saya punya pendapat Netta nggak pantas karena lagunya jelek. Saya OK-OK saja karena ia tampil beda baik suara, penampilan maupun lagunya. Pantas menang karena ia unik. 

Sama uniknya dengan Lena yang memenangkan ESC untuk Jerman, 10 tahun yang lalu. Suaranya nggak lumrah. Nggak bisa masuk jenis seriosa, pop, balad, jazz atau metal ... entah bagaimana caranya mendiskripiskan suara Lena atau Netta. Suara yang melonjak-lonjak sesuka hati.

Jerman nomor 4

Meski Jerman nggak menang, Michael Schulte adalah penyanyi muda berbakat Jerman. Lagu yang dibawakannya sungguh menyayat hati. Tampilannya gaya anak remaja masakini; sangat sederhana, kaos oblong warna gelap dan jeans. Sudah. Itu nggak mengurangi simpati para penonton dan juri. Nggak juga menghilangkan dukungan kami.

Walau hanya dapat 12 poin dari juri negara Belanda dan Austria, lewat televoting ia dapat lebih banyak vote 12 poin yakni dari negara Belanda, Austria, Norwegia dan Swiss. Pria berambut kriwil pirang itu jadi nomor 4 dalam ESC ke-63 dan hanya 2 poin lebih sedikit dari pemenang ketiga dari Austria. 

Apa tanggapan Michael? Bangganya bukan kepalang karena setelah kemenangan Lena tahun 2008, peserta dari Jerman selalu dapat score buruk di ESC. 

Gara-gara dia, keluarga kami hampir tiap hari nyanyiin dan ngapalin lagunya. Saya sampai nyanyi itu di instagram story. 

"I'm a dreamer, a make believer. I was told that you were too...." 

Selain si pria yang juga youtuber, Jerman sendiri patut diacungi jempol karena pertama, rajin ikut dalam ESC sejak pertama sampai ke-63 ini. Kedua termasuk negara yang pantang menyerah. Meskipun tahun 1964, 1965, 1974, 1995, 2005, 2015 dan 2016 menjadi juru kunci dan tahun 1964, 1965 dan 2015 mendapat poin nol tetapi tetap saja semangat berpartisipasi. Salut.

Michael Schulte dari Jerman, jawara di hati (dok. Eurovision)
Michael Schulte dari Jerman, jawara di hati (dok. Eurovision)
Sabotase untuk peserta dari Inggris

Pernak-pernik ESC lainnya yang tak terlupakan adalah sabotase pada peserta dari Inggris. 

Apa jadinya kalau sedang asyik nyanyi di panggung ditonton milyaran orang, lalu tiba-tiba ada yang merebut microphone dan menyanyi? Dagelan, bercandaaaa.

Itulah yang terjadi pada saat peserta dari Inggris, Surie yang membawakan "Storm." Saya amati gaunnya yang ketat panjang berwarna putih. Rambutnya yang minimalis blonde dan percaya diri yang terlihat dari sorotan matanya. 

Tapinya seperti kena badai rasanya karena lagi enak-enak nyanyi cantik, mike-nya direbut penonton bernama Dr. ACactivism, yang akhirnya diamankan polisi. Dikabarkan itu nggak ada sangkut pautnya dengan politik, si pelaku memang sudah beberapa kali bikin ulah di acara akbar lainnya. Selain yang nyanyi, yang nonton lewat TV juga ikut kaget. Ada-ada saja ....

Inggris adalah negara yang sudah 60 kali ikut ESC, menang tahun 1967, 1969, 1976,  1981 dan 1997. Negara kerajaan itu menelan pil pahit tahun 2003 saat mendapat nol poin. Insiden yang terjadi pada penyanyi yang sudah mulai nulis lagu sejak umur 12 tahun itu sepertinya menjadi catatan buruk negara yang heboh karena Brexit. Apakah negara itu juga ikut-ikutan ngambek nggak ikut ESC tahun-tahun berikutnya? Kita tunggu saja nanti. (G756).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun