Bunga ini biasa dipajang pada masa paskah. Orang memotong batangnya dan memasang di vas sebagai hiasan di dalam rumah. Sedangkan beberapa orang lainnya, memotong dan menjadikannya hiasan di mana cangkang telur-telur asli utuh atau plastik digantungkan di rantingnya.
Lucunya, begitu melewati masa musim dingin, pohon akan berdaun emas. Semakin indah terkena sinar matahari. Setelah beberapa minggu, daun akan berubah menjadi hijau. Aneh tapi nyata.
Loewe=singa, Zahn=gigi. Jadi memang ibaratnya bunga kuning itu seperti gigi singa, runcing. Haummm!
Sangar sekali bunga ini. Sudah dipangkas di kebun, eee... nongol lagi. Meski liar, tanaman ini bermanfaat. Pertama untuk makanan hewan seperti sapi atau kelinci. Bahkan, beberapa orang Jerman memakannya sebagai salat, persis seperti bunga rumput Daisy. Entahlah rasanya, belum pernah makan.
Cantik sih, cantik dipandang mata tapi bunga ini juga bikin jengkel. Hamparan bunganya akan menyebarkan bubuk kuning. Semua jalan, rumah, mobil, halaman, kebun, baju berubah menjadi kuning.
Bahkan wajah kita bisa berubah menjadi kuning kalau lama-lama duduk diam di luar ruangan. Iya karena serbuk kuning diterbangkan angin dan nemplok ke semua benda tanpa terkecuali. Ihhh.
Takjub. Bunga ini kalau sudah lama, berubah jadi putih. Seperti pendaran jaring-jaring yang menakjubkan. Anak-anak sampai orang dewasa suka memetik dan meniupnya. Mau coba? Sensasional! Hatchiiiii ..... tisu, mana tisuuuu?
Kami menanam pohon ceri di kebun depan dan belakang. Pernah panen tapi nggak banyak karena selalu lupa mbrongsong, membungkusnya dengan plastik atau kain, sampai matang. Buntutnya, yah keduluan burung. Dicolong! Teganya, teganya, teganyaaaaah.