Setelah duduk dan bercakap-cakap dengan pastor yang memang diundang untuk memberkati opa, bunyi bel pintu terdengar. Nggak ada yang bisa bukain pintu, saya putuskan berdiri menuju pagar. Ada tamu berdiri di depan rumah mertua.
Saya jabat tangan beliau.
"Selamat sore, saya Wali Kota sini." Pria dengan baju biru berjas biru gelap mengulurkan tangannya. Ia menutup pintu pagar yang saya buka barusan.
"Iya, Pak Wali. Saya sudah tahu." Hahaha... Pak Wali melongo. Memang kami sudah diberi tahu mertua bahwa wali kota akan datang. Hanya saja pasti beliau nggak nyangka saya datang. Lahhh, memang saya siapa atuhh? Nggak penting.
Tangan saya memberi kode mempersilakan beliau duluan untuk menuju pintu rumah, meski di Jerman masih ada nuansa lady first.
Begitu masuk rumah, beliau memberi salam kepada opa yang berulang tahun.
"Saya senang bahwa Anda masih sehat dalam usia 80 tahun. Wah, hebat ya. Saya dan staf memberi ucapan selamat kepada Anda. Kami ada sedikit hadiah berupa voucher belanja dari toko daging di kota kita dan sebuah kaleng makanan. Semoga berguna."
Wali kota kembali duduk ke kursi di seberang saya dan menikmati kue khas Jerman seperti Schwarzwald Torte, Marmor dan Erdbeer. Ending-nya, melahap irisan Vesper raksasa. Isinya bisa salmon, keju atau salami.
Hmm. Heran, dari jadwal 30 menit, pak wali duduk 1 jam atau 30 menit lebih lama. Jadi ingat jargon; kalau sudah duduk lupa berdiri. Saat pamit pulang ke rumah, ada percakapan singkat.
"Ketemu lagi 10 tahun lagi." Opa menjabat tangan pak wali.
"Tidak, saya nggak mau. Lima tahun lagi, ketika Anda berumur 85 tahun. Lalu mungkin 90 tahun dan 100 tahun."