***
Sebelum berpisah, mbak Nana sempat bertanya, "Gana pernah dapat penghargaan Kompasianival, ya?"
"Nggak mbak. Baru kandidat Kompasianer of the year 2013, kandidat Kompasianer of the year 2014 dan kandidat Best in citizen journalism 2014. Tapi nggak menang. Masih kalah sama yang baru-baru. Saya, mah apa atuh." Canda saya. Saya lupa ngasih babar bahwa saya sudan dapat dua penghargaan dari ibu dubes RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Hungaria, Y.M. Dra. Wening Esthiprobo Fatandari, M.A. atas penulisan buku tengan Hungaria dan menyelenggarakan malam Indonesia yang melibatkan KBRI Budapest di Jerman.
"Ah, Gana mah produktif nulis di K, bukunya sudah banyak." Sanjung mbak Nana yang juga peduli lingkungan. My bag is your bag, mbak.
Kami pun tertawa bersama. Entah magnet apa yang membuat saya bisa menulis paling tidak seribu artikel di K meski saya tak pernah belajar menulis secara khusus tapi pernah belajar ngomong di corong radio.
Awalnya, saya menulis di Kompasiana karena memang sebagai media relaksasi-tamba ati tinggal di negeri orang. Banyak belajar cara menulis artikel yang baik, bermanfaat dan enak dibaca selama 7 tahun ini. Tulisan saya harus bisa menari-nari seperti badan saya saat saya menari di Pakistan atau di 9 negara lainnya ... harus bisa. Coba lagi dan lagi.
Jadi, teman-teman Kompasianer yang baru gabung;
Jangan pernah sedih kalau artikelnya mungkin belum dilirik admin untuk dihargai dengan titel HL, menang lomba atau penghargaan lain di Kompasiana.
Jangan pernah sedih saat artikelnya nggak ada yang komentar, ealah sekali komentar seperti disambit sandal.
Percayalah bahwa tulisan Anda akan menemukan nasibnya dan manfaatnya masing-masing.