Kalau di Indonesia banyak truk yang bikin hati saya kecut karena suka ngebut sembarangan dan bikin rusak jalan bahkan kecelakaan tapi kadang bikin senyam-senyum sendiri karena tulisan atau gambar yang ada di badan truk seperti "Pulang dimarahi, pergi dicari", "Jika sopir ini selingkuh, mohon hubungi HP .....", "Jangan ngaku cantik kalau belum jadi istri sopir", "Hidup tanpamu seperti nasi kucing tanpa karet, ambyarrrr...." Dan masih banyak lagi. Xixixi ... bukankah Indonesia kaya akan seni? Mana motifnya unik- unik?
Begitu pula dengan bus. Meski masih kalah cantik dibanding truk, tetap saja bus Pakistan memesona tapi bukan KW. Lebih heboh lagi kalau duduk di atas bus. Kalau ada barang, ya barang ditaruh di sana. Kalau orang, ya orang. Bahkan bisa dicampur antara barang dan orang. Semoga nggak ada yang kabur karena angin. Pernah dulu sekali saya coba dalam perjalanan dari Kathmandu ke Chitwan. Ya, amplop, sudah jalannya ngeri jurang begitu, anginnya di atas kenceng dan berdebu!
LGBT
Jerman yang mayoritas penduduknya Katholik, sudah mulai longgar menerima kehadiran LGBT. Mereka sudah boleh menikah bahkan adopsi anak. Di Indonesia? Bisa dimassa para tetangga. Masih ingat kan kasus pernikahan pasangan yang ternyata keduanya laki-laki dan dibatalkan massa? Heboh.
Bagaimana dengan Pakistan? Sepertinya hampir mirip perpaduan antara Indonesia dan Jerman. Ketika menapakkan kaki di bandara Sialkot, saya kaget setengah mati melihat dua pria petugas bergandengan tangan mesra. Yaealah, waktu di Jerman suami cerita, saya nggak percaya. Mengira suami saya mengolok-olok saya saja. Ternyata betul sekali apa katanya. Ini aneh tapi nyata.
Begitu pula dengan waria. Wanita dari wujud asli pria itu ada di jalanan Lahore. Mereka mbarang atau menyanyi/ngamen untuk mendapatkan uang dari mobil atau motor yang berhenti di lampu merah. Macet, panas dan debu tak menyurutkan niat mereka mencari secuil Naan atau roti. Dengan baju khas wanita Pakistan, mereka wara-wiri entah sampai jam berapa.
Mau alkohol? Ngimpi, kamu
Dulu pernah ada kasus diplomat Korut yang menyalahgunakan wewenang untuk membawa alkohol ke Pakistan dalam jumlah yang berlebih dan jadi ladang bisnis. Sampai rumahnya yang berada di Islamabad dirampok dan repot banget kayaknya sampai kena sanksi karena perbuatannya yang melakukan perdagangan gelap alkohol seperti whisky di kota-kota besar subur.
Makanya, ada ketentuan di bandara bahwa siapapun tidak boleh membawa masuk alkohol dalam bentuk dan ukuran apapun ke Pakistan. Jadi ketika Anda beli alkohol di Doha atau Dubai/Abu Dhabi akan diingatkan oleh kasir duty free "Are you sure?" Kalau mereka lihat boarding card pembelinya adalah tujuan Pakistan.
Ending-nya, suka sekali mendengar apa kata suami saya, "Ikut pesta kawinan di Pakistan bisa happy sekali meski tanpa alkohol." Beberapa rangkaian pesta perkawinan yang kami hadiri biasanya dimulai pukul 18.00 dan berakhir pagi-pagi buta. Katanya untuk pesta di tempat umum, hanya dibatasi sampai pukul 22.00 karena lampu sudah dimatikan. Pestanya bubarrr.