Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sayang, Si Sulung Ketinggalan Liburan Valentine

7 Maret 2018   17:01 Diperbarui: 7 Maret 2018   18:37 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ceriakan kehangatan keluarga bersama Bright gas (dok.Bright gas)

Sejak anak-anak masih bayi, kami memang membiasakan untuk membawa mereka traveling. Selain lebih aman, lebih nyaman, lebih terjangkau, anak-anak biar mengikuti kegemaran bapak-ibunya menjelajah dunia. Ada kan anak yang sedikit-sedikit pusing, muntah ketika diajak jalan atau parahnya, rewellll, diajak keluar rumah tidak pernah mau. Hih!

Saya masih ingat ketika bayi yang masih sebulan kami ajak naik mobil dari Semarang ke Surabaya, tidur terus. Giliran mamanya yang mau meledak karena susunya penuh tapi lupa bawa pompa susu.

Kebiasaan jalan-jalan di tanah air terbawa sampai ke Jerman, di mana liburan keluarga dianggap sangat penting bagi kebanyakan orang. Liburan sekolah anak minimal 9 minggu di empat musim, ditambah 12 libur nasional.

Kami buang jauh-jauh mitos segelintir orang Jerman "Jangan beri hadiah anak berupa sepatu atau koper!" Sebabnya, takut anaknya pergi, nggak pernah di rumah bahkan tak pernah kembali. Benarkah?

Beli Tiket Murah dari Lidl

Suka jalan? Bagaimana mengatur keuangan kami supaya tetap rutin liburan? Saya nggak bakal minta transfer pak Dendy, takut disawer uang. Tips dari saya; pertama, semua pekerjaan rumah tangga sampai renovasi rumah dikerjakan sendiri. Kedua, mencari diskon tiket untuk transportasi dan hotel.

Contohnya mencari tiket murah dari toko retail Jerman bernama Lidl. Hanya dengan  49,90 euro pp atau Rp 735.000,00 bisa ke seluruh penjuru Jerman dengan menggunakan kereta api cepat, IC/ICE. Harga aslinya, bisa lima kali lipat tergantung ke mana tujuannya. Sedangkan anak-anak di bawah 14 tahun yang ikut ortu, gratis.

Oiiii! Hati-hati bagi yang berani naik kereta api Jerman tanpa tiket, akan dikenakan denda sebanyak 3 x harga tiket. Seorang penumpang di belakang kami mengatakan akan turun di kota A tetapi 30 menit kemudian masih di sana, meski kota A sudah lewat. Ia pun harus berurusan dengan kondektur dan disuruh keluar dari kereta pada stasiun berikutnya.

Naik kereta api cepat Jerman dengan kecepatan 240 km/jam bahkan sampai 350 km/jam memang asyik dan nyaman. Sayangnya, bagi orang yang tidak terbiasa naik kereta Jerman pasti bisa pusing. Penumpang harus memperhatikan betul jadwal, lini yang harus dituju dan masalah yang tidak terduga seperti kereta terlambat karena rel rusak atau sebab lain. Jika ketinggalan kereta sambungan berikutnya, tak boleh lekas panik.

PT KA Jerman akan mengembalikan uang tiket atau reservasi kursi (9 euro), asal mengisi formulir yang bisa didapatkan di bagian informasi di stasiun kereta api manapun. Atau, masih boleh mengambil jadwal kereta api berikutnya tapi tanpa kursi pesanan. Misalnya kalau yang jam 10 lewat, naik yang jam 11 lalu ndlosornelongso duduk di lantai karena tak ada kursi. OMG, serasa di Indonesia! Ah, ramai-ramai kami tetap happy.

Meski di lantai KA tetap happy. Foto ini kami kirim kepada ibu dubes LBBP RI untuk Hongaria Y.M.Dra. Wening EF,M.A, yang berultah 10 Februari. (dok.Gana)
Meski di lantai KA tetap happy. Foto ini kami kirim kepada ibu dubes LBBP RI untuk Hongaria Y.M.Dra. Wening EF,M.A, yang berultah 10 Februari. (dok.Gana)
Lupa kalau ada di Jerman (dok.Gana)
Lupa kalau ada di Jerman (dok.Gana)
Hore, Liburan ke Magdeburg!

Akhirnya setelah tujuh jam, sampai di Magdeburg! Liburan karnaval di wilayah Baden-Wuerttemberg beberapa minggu lalu jatuh pada tanggal 9-14 Februari. Magdeburg ada di wilayah Sachsen, jadi tidak libur, tempat-tempat wisatanya lengang. Yuhuuu.

Eh, mengapa Magdeburg? Karena tahun lalu, kami yang tinggal di Jerman Selatan sudah ke Jerman Utara. Dua tahun sebelumnya di Jerman Timur. Yang di tengah-tengah belum, terpilihlah Magdeburg. Kebetulan, om kelahiran kota kecil Egeln, yang hanya 20 menit dari pusat kota besar Magdeburg. Terakhir kali ke sana, 65 tahun yang lalu. Om pikir lebih asyik pergi-perginya barengan.

Sup sapi di Egeln (dok.Gana)
Sup sapi di Egeln (dok.Gana)
Di puri air Egeln berbendera merah putih. Begini kalau orang dihukum jaman doeloe. (dok.Gana)
Di puri air Egeln berbendera merah putih. Begini kalau orang dihukum jaman doeloe. (dok.Gana)
Take an apple a day, makes the doctor away (dok.Gana)
Take an apple a day, makes the doctor away (dok.Gana)
Tempat Wisata Rekomendasi Kami

Udara masih dingin menusuk kulit. Maklum, musim salju. Selama seminggu di Magdeburg, ke mana dong?

1. Hundertwasser, Zitadelle

Mengunjungi rumah dengan bentuk, desain dan warna yang unik sebagai ciri khas arsitek Austria, Friedensreich Hundertwasser. Mami Kartika Affandi adalah salah satu fans dari beliau. Saya ketularan.

Tidak dikenakan tiket untuk masuk atau melihat-lihat bangunan, kecuali jika makan di restoran/cafe di sana atau membeli suvenir. Masuk gratis, makan-minum bayar.

Dari bangunan itu, anak-anak belajar sedikit tentang desain antimainstream. Anak bungsu yang paling seneng karena dia punya cita-cita jadi desainer dan suka warna genjreng.

Di depan Hundertwasser (dok.Gana)
Di depan Hundertwasser (dok.Gana)
2. Rathaus

Kami melewati dua balai kota; yang lama (alte Rathaus) dan sebelahnya, yang baru (neue Rathaus).

Di dalam balai kota yang lama, ada restoran yang unik dengan kursi dan meja makan jaman kesatria. Makanannya lezat, harganya standar.

Di luar balaikota baru, berdiri patung Otto I, berwarna hijau. Sangat instagrammable. Sedangkan patung emas dan patung Roland yang mirip di Bremen ada di balaikota lama.

Kami nggak ngetawain anak gadis kami yang suaranya kenceng badai. Ia pengen jadi Buergermeister, wali kota. "Gantungkan cita-citamu setinggi bintang di langit, ndhuk."

Di depan Rathaus (dok.Gana)
Di depan Rathaus (dok.Gana)
3. Katedral

Waktu itu kami datang pada hari Minggu. Katedral baru buka jam 11. Sembari menunggu buka, kami jalan-jalan mengelilingi benteng dan walk of fame para kaisar jaman kuno (Otto, Edith, Adelaide dan Thepanu).

Di sana, suami saya terharu, ingat pernah lama sekolah di asrama Internat dengan para suster di Rottweil. "Jangan lupa berdoa, ya." Pesan saya.

4. Kota tua, Altstadt

Lihat hantu? Tidak! Ada penjambret? Tidak! Berdiri bangunan tua-jelek-hampir roboh? Tidak!

Kota-kota tua Jerman, sangat berbeda dengan di tanah air. Banyak sekali peninggalan gedung bersejarah cantik yang terawat.

Mendatanginya membuat saya sedih karena kota-kota tua di negeri kita banyak yang tidak terurus dan bisa jadi segera musnah. Jerman harus dicontek!

5. Kebun binatang

Namanya bonbin, di mana-mana pasti sama. Yang mengesankan di sana adalah pinguin show. Dua pawang memberi makan para pinguin selama 30 menit sejak pukul 14.30.

Caranya, kepala ikan harus dipegang penjaga dan dimasukkan satu persatu ke mulut pinguin. Setelah menelan, pinguin masuk air. Beberapa menit kemudian, pawang menumpahkan sisa ikan ke kolam. Pinguin berlomba-lomba menyelam dan mengecewakan para burung camar yang sudah sedari tadi mencuri ikan yang berjatuhan di lantai atau bahkan dari mulut para pinguin.

Di tempat luas itu jugalah, anak-anak kami belajar tentang seks. Mulanya, ada 4 Muli (perkawinan silang antara keledai dan kuda) di kandang. Tiba-tiba, Muli yang jantan mengejar Muli yang betina karena nafsu. Sayangnya betina dan anaknya, tidak mau, sampai menendang-nendang ke belakang supaya si jantan turun. Lama-lama, si jantan putus asa dan beralih mengejar Muli betina yang lebih tua. Akhirnya, tidak ada yang terjadi selain kejar-kejaran, gigit-gigitan dan tendang-tendangan.

"Ih kenapa Mulinya nakal, yak?" Tanya anak-anak. Hahaha, bukan jahat tapi horny alias nafsu kayak papa kalau ingin anu.

Hip hip ceria di Bonbin (dok.Gana)
Hip hip ceria di Bonbin (dok.Gana)
Hai, burung, nyanyikanlah! (dok.Gana)
Hai, burung, nyanyikanlah! (dok.Gana)
Bahagianya keluarga Pinguin (dok.Gana)
Bahagianya keluarga Pinguin (dok.Gana)

Erdmaenchen menatap matahari dan aku (dok.Gana)
Erdmaenchen menatap matahari dan aku (dok.Gana)
Ape lu, liat-liat (dok.Gana)
Ape lu, liat-liat (dok.Gana)
6. Mal City Carree

Di sanalah saya terpesona melihat launching CD penyanyi Jerman, Patrick Lindner untuk pertama kalinya.

Seru melihat para tante, om, nenek dan kakek Jerman rebutan minta autogram di kartu pos atau CD. Rupanya nggak kalah seru dengan para ABG; main sodok dan dorong.

Dari pengalaman nonton bareng, kami harus toleran sama tante dan om. Anak-anak BT tapi tetap bahagia ditempel 10 euro.

Minum kopi dan makan kue di mall (dok.Gana)
Minum kopi dan makan kue di mall (dok.Gana)
Penyanyi kesukaan om, tante, oma dan opa Jerman (dok.Gana)
Penyanyi kesukaan om, tante, oma dan opa Jerman (dok.Gana)
7. Sungai Elbe

Sungai yang membelah kota Magdeburg itu pastinya menjadi sumber yang penting dalam kehidupan masyarakatnya.

Ada sebuah jembatan dekat Dom yang bisa goyang sendiri saking kencengnya angin berhembus. Di sana juga mulai banyak dipasang gembok cinta, termasuk di  hari Valentine.

Pertanyaan saya, kalau gembok bertuliskan nama pasangan, apakah ada garansi uang kembali eh garansi cinta abadi? Belum tentu karena yang membuatnya begitu adalah ketika masing-masing pasangan mampu menjaga diri. Jangan hanya berharap pria menghargai perempuan tapi perempuan juga harus pandai menghargai diri sendiri.

Gembok cinta di Sungai Elbe (dok.Gana)
Gembok cinta di Sungai Elbe (dok.Gana)
Surprise! Coklat, bukti cinta anak-anak pada kami (dok.Gana)
Surprise! Coklat, bukti cinta anak-anak pada kami (dok.Gana)

Cinta bisa dirasa dan diungkapkan dari hati (dok.Gana)
Cinta bisa dirasa dan diungkapkan dari hati (dok.Gana)
Sulung Ketinggalan Liburan Valentine!

Pengalaman asyik merayakan hari kasih sayang di Jerman, bukan? Kami rasakan betul kehangatan keluarga saat berjalan-jalan di sana. Hangatnya mirip kehangatan kompor bright gas.

Em, sebentar, saya bohong kalau di dalam hidup kami hanya ada suka, tetap ada duka di antara kami. Anak kami yang paling sulung, baru saja berumur 18 tahun. Dari TK, ia memang tidak suka diajak pergi. Sering ngambek dan inginnya tinggal di rumah dengan pembantu, tetangga atau nenek. Kadang gemes tapi mau bagaimana lagi?

Tak heran dari kebanyakan liburan kami keliling Jerman, ia selalu ketinggalan. Dalam dokumentasi buku "Exploring Germany", "Exploring Hungary" dan "Unbelievable Germany", sangat sulit untuk menemukan fotonya. Sayang, masa lalu tidak bisa diulang kembali.

Buku-buku yang menjadi catatan sejarah keluarga kami adalah gambaran seberapa bahagia masing-masing anak memiliki waktu yang berkualitas bersama keluarganya. Prasasti kehangatan keluarga layaknya BrightGas yang biru menyala.

Ceriakan kehangatan keluarga bersama Bright gas (dok.Bright gas)
Ceriakan kehangatan keluarga bersama Bright gas (dok.Bright gas)
Dan lagi-lagi kebersamaan di hari Valentine di Magdeburg baru-baru ini, terlewatkan. Satu yang kami ajarkan kepada semua anak-anak kami bahwa hidup sangatlah pendek, menikmati waktu bersama keluarga semaksimal mungkin itu perlu dan penting.

Alasannya, jika sudah punya kehidupan sendiri, tak akan ada banyak waktu dengan orang tua. Ya, seperti saya yang jauh dari orang tua di tanah air dan tinggal bersama keluarga di Jerman. Apalagi jika ajal tiba-tiba menjemput.

Untungnya waktu kecil, saya sering ikut ke mana saja keluarga pergi. Dari yang menunggu orang tua jadi dalang dan sinden, sampai ke luar kota berjam-jam naik bus dengan membawa termos dan rantang seperti rombongan lenong. Baru ketika berumur duapuluhan, saya tidak punya banyak waktu dengan mereka. Itu saja, rasanya masih menyesal sekali.

Kompasianer, ada orang yang menolak tradisi merayakan Valentine dan ada yang pro. Ini biasa. Yang saya pahami dari peringatannya, cinta ada dalam hidup dan selayaknya dinikmati setiap hari di dunia ini. Hari kasih sayang setahun sekali bisa jadi mengingatkan keluarga yang lupa. Mereka yang lupa mencintai dan dicintai keluarganya. Mereka yang sok sibuk tak ada waktu untuk keluarganya, tidak ingat bahwa keluarga adalah harta paling mahal sedunia.

Mari ceriakan kehangatan keluarga dengan jalan-jalan bersama selagi bisa. Saya berharap keluarga kami tetap rukun dan harmonis karenanya. Nggak mau kalah sama kualitas si jambon bright gas yang aman, nyaman, terjangkau, lebih hangat dan ramah lingkungan. Begitu juga keluarga Kompasianer semua, bukan? (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun