Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serba-serbi Tukar-Menukar Kado di Jerman

22 Desember 2017   15:25 Diperbarui: 22 Desember 2017   17:58 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Solusi biar nggak nyampah (dok.Gana)

Jadi ingat kalau beberapa kali diajak tukar menukar kado natal di grup senam, setiap tahun saya dapatnya handuk. Kalau tahun ini putih, tahun lalu warna ungu, tahun sebelumnya merah. Wis, tinggal ambil becak, pasang handuk di tengkuk, genjot ... berangkat!

Di rumah, handuk saya sudah berapa lemari. Mulai dari yang lungsuran saudara sampai beli baru, warnanya masih cling. Ini dapat lagi baru dan tidak perlu saya gunakan.

Solusi biar nggak nyampah (dok.Gana)
Solusi biar nggak nyampah (dok.Gana)
Sampah, lagi-lagi produksi sampah
Tulisan Frank-Thomas Wenzel tanggal 26 Desember 2013 yang mengangkat tentang sampah pasca natalan, menggugah hati. Menurutnya, jika satu orang di Jerman membuang 100 gram kertas kado, berarti kira-kira 8000 ton seluruh Jerman atau sama dengan kertas yang bisa menutup 7000 lapangan sepak bola!

Setiap rumah tangga di Jerman, punya setidaknya empat tong sampah dengan tutup warna; biru (kertas bekas), hitam (campuran), coklat (bio) dan kuning (plastik). Kalau kertas kadonya bisa dimasukkan ke tong biru khusus untuk kertas tua yang bisa diolah lagi, tidak masalah. Masalahnya, banyak kertas kado yang mempunyai unsur logam. 

Artinya, tidak masuk ke tong biru tapi hitam, untuk dibakar dan menghasilkan energi. Karena kesalahpahaman masyarakat memasukkan kertas, membuat bagian penyortir sampah dapat kerjaan ekstra. Itu sama saja dengan pekerja harus ber Stunde alias, lemburrrr. Menurut saya, banyak orang Jerman yang kurang suka dengan kerja melebihi jatahnya karena toh selain bayar pajaknya juga banyak, lebih baik waktu untuk keluarga atau menghilangkan penat/stres untuk relaksasi.

Ya, mereka repot gara-gara sampah dari kertas bekas hadiah natal.

Tips ala saya
Maka dari itu, saya nemu beberapa tips.

Pertama untuk prinsip ramah lingkungan;

Sebaiknya kado natal dibungkus atau dimasukkan di dalam dos dari bahan karton atau seng yang bisa digunakan lagi (reuse). Selain tidak nyampah, tampilannya lebih keren dan cantik. Tidak percaya? Setiap wichteln yang kadonya berwadah cantik, akan jadi rebutan untuk ditukar dengan yang sedang dipegang. Misalnya jika pakai aturan wichteln pakai dadu; dadu bermata satu artinya kado harus digeser dan enam, boleh tukar mana yang disukai.

Kedua untuk prinsip ekonomi:

Selain mesin cuci baju, pengering dan meja setrika, ada beberapa lemari tempat taplak dan peralatan yang berhubungan dengan mencuci dan membersihkan rumah di kamar cuci, Waeschekammer. Saya punya beberapa lemari di kamar itu tapi hanya satu lemari yang memang saya pakai khusus untuk menyimpan barang-barang yang berhubungan dengan hadiah. Jadi kalau butuh mendadak tak sempat belanja, tinggal membukanya dan taraaaa ... tinggal pilih, ambil dan bungkus. Ya, Suami dan anak-anak menjulukinya der magische Schrank, lemari ajaib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun