Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Serba-serbi Tukar-Menukar Kado di Jerman

22 Desember 2017   15:25 Diperbarui: 22 Desember 2017   17:58 1600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hadiah imut dan banyak disukai, malaikat.(dok.Gana)

Sejak minggu lalu, Jerman di daerah saya tinggal sedang demam tukar kado alias wichteln. Mulai dari klub, sekolah, sampai keluarga, mulai punya acara Weihnachtsfeier (perayaan natal bersama). Hari-hari ini sudah reda, semua konsentrasi pada Natal bersama keluarga.

Natal mengingatkan tradisi Lebaran yang semua orang merayakan. Kemudian, acara tukar kado tahunan selalu sangat menarik untuk diamati dan saya ceritakan.

Sejarah wichteln
Konon, itu berasal dari budaya Skandinavia. Di mana namanya bukan wichteln tapi Julklapp. Jul, nama festival pada musim dingin. Klapp, tepukan/ketukan. Budaya orang Skandinavia yang mengetuk pintu, membuang kado ke dalam ruangan yang terbuka. Di dalam bungkusan, selain kado ada puisi atau kata-kata bijaknya.

Sedangkan namanya jadi wichteln karena yang membantu Santa Klaus atau der Weihnachtsman untuk membawa dan membagi hadiah untuk anak-anak, namanya Weihnachtswichtel.

Dari tahun ke tahun, budaya ini meluas di Jerman. Dari sebuah studi di Jerman pada bulan Februari 2013, hasilnya menunjukkan bahwa dari 39 responden 36 sudah pernah tukar menukar kado. Kedua, tukar menukar kado banyak dilakukan di kalangan sekolah (28) dan pertemanan (23). Disusul klub (8), keluarga dan teman kerja masing-masing 6.

Batasan nilai kado
Anak-anak kami termasuk aktif di kampung. Klub apa saja ikut, dari Senin-Sabtu. Senang dan repot juga ketika setiap klub mengadakan acara tukar kado. Tinggal menghitung berapa waktu dan bea yang harus dikeluarkan untuk membeli kado.

Dulu pernah diadakan schrott wichteln di sekolah anak kami, di mana kado yang diberikan adalah barang yang ada di rumah, sudah terpakai tapi masih bagus. Belakangan, ide bu guru dicerca dan dihilangkan pada tahun berikutnya, yakni tahun ini. Jadinya, tetap harus ada dana khusus setahun sekali untuk acara tukar menukar kado saat natal.

Oh, ya ada batasan nilai kado yang diberitahukan sebelum acara tukar-menukar kado digelar, demi menyeragamkan apa yang diberikan dan apa yang didapatkan. Batasan nilai kado yang dipatok lain-lain. Misalnya untuk klub tari modern jazz, 3 euro. Lalu untuk klub satu roda, 5 euro, sedangkan di sekolah, 7 euro. Dana orang tua yang harus dikeluarkan untuk satu anak, tinggal dikalikan berapa klub yang diikuti. Begitu pula untuk dua anak dan seterusnya.

Hadiah yang nyenengin (dok.Gana)
Hadiah yang nyenengin (dok.Gana)
Hadiah imut dan banyak disukai, malaikat.(dok.Gana)
Hadiah imut dan banyak disukai, malaikat.(dok.Gana)
Hadiah bagus dan bermanfaat (dok.Gana)
Hadiah bagus dan bermanfaat (dok.Gana)
Dampak tukar kado
Sayangnya, setiap anak atau orang tua punya selera yang berbeda. Sehingga ketika acara tukar menukar kado sudah selesai, eee ... ada anak yang menangis. Waktu mendengar anak-anak bercerita, saya geleng kepala. Lalu saya menanyakan apakah mereka juga puas dengan hadiah yang didapat? Ternyata ada yang iya dan tidak. Yang puas karena mendapatkan kado yang cantik, yang berkenan dengan ketertarikannya.

Misalnya, A sudah memberi kado berisi cangkir natal berisi beragam coklat dan lilin rasa coklat dengan wadah dus cantik, rupanya dapat satu set sabun cair dan lotion untuk kulit berwarna merah muda dan harum baunya. B, membeli satu set topi dan syal untuk musim dingin, menangis meraung-raung karena mendapatkan hadiah coklat. Ah, ternyata dia yang bertubuh gendut, dilarang orang tuanya untuk makan coklat. Bagaimana bisa menikmati hasil tukar kado natal kalau tidak boleh dimakan? Ada lagi C, yang mengkado patung santa ukuran 30 cm dan cat kuku warna merah muda, mendapatkan hadiah berisi hasta karya berupa balon yang ditiup dan berisi tepung lalu dihias.

Hahaha, mendengar cerita anak-anak dengan mimik yang lucu memang menyenangkan. Masa kecil, masa bahagia. Nikmatilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun