Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gambaran Kesopanan Masyarakat Jerman saat Menggunakan Jalan

29 November 2017   18:10 Diperbarui: 29 November 2017   21:34 2822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Yang ini, jelas tidak sama dengan lambaian tangan Ratu Elizabeth yang sebentar lagi mau ngunduh mantu. Lambaian tangan ini, ketika sopir atau yang menyetir kendaraan  menunjukkan satu telapak tangan di depan kaca. Itu setelah dipersilakan lewat duluan oleh kendaraan yang berlawanan, lewat kedipan lampu tadi atau saat mengendara dari arah bawah ke atas (yang biasanya, mobil yang dari atas berhenti dan menunggu, meski tanpa kedipan lampu).

Namanya Jerman, daerahnya banyak pegunungan, naik turun. Jalannya juga tidak rata atau banyak yang landai.

Sistem Resleting

Jelas tidak ada urusannya dengan celana tetapi Reissverschlussverfahren ini merupakan pelajaran mengemudi yang harus diketahui peserta yang mau lulus ujian SIM di Jerman.

Coba bayangkan, kalau ada anak balita yang menangis karena ia tidak menemukan resleting waktu mau pipis tapi pakai celananya terbalik dan resletingnya ada di pantat, pasti bingung kan?

Begitu pula ketika mengendara di jalanan Jerman. Jika tidak paham sistem resleting ini, lalu lintas jadi kacau. Artinya, setiap pengendara wajib sopan mengikuti sistem resleting, di mana garisnya satu-satu, tidak bersamaan. Jadi mobil dari kanan masuk dulu lalu yang dari kiri dan seterusnya. Kalau ada mobil yang mau masuk di jalur duluan, yang di belakangnya harus jaga jarak dan memberi kesempatan terlebih dahulu dan seterusnya. Yang dilakukan bukan mengebut untuk merebut posisi terdahulu/terdepan.

Hormati pejalan kaki

Diarrrrr, ini dia. Yang dari dulu sampai hari ini belum begitu jamak terlihat di tanah air (meski sudah terlihat satu-dua, sekali-dua kali). Sepertinya menghormati pejalan kaki di zebra cross atau garis penyeberangan, belum sedisiplin atau sesopan di Jerman khususnya (Eropa pada umumnya).

Di Jerman, sebelum sampai ke zebra cross, pengendara sudah ancang-ancang berhenti dulu. Artinya, bukan menyegerakan diri untuk melintasi garis supaya yang jalan yang menunggu, yang kendaraan bermotor yang menang. Tidak. Jadi tanpa lampu merah pun, mereka sudah tahu kapan kuning (ancang-ancang), kapan merah (berhenti) dan kapan hijau (melaju) ketika melewati garis penyeberangan. Bisa ditebak, pejalan kaki akan sangat nyaman melewatinya tanpa menoleh kiri-kanan sekalipun dan tidak akan ditabrak (lari) oleh kendaraan apapun.

***

Masih banyak gambaran kesopanan berlalin kebanyakan orang Jerman di sekitar saya tapi saya harus masak. Cukup sudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun