Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Napak Tilas Perjuangan Jerman di Normandie, Perancis

14 November 2017   22:35 Diperbarui: 14 November 2017   22:48 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cobalah mengintip musuh dari bunker dengan teropong (dok.Gana)

Perjalanan dari Paris ke Normandie sangat menyenangkan. Tidak macet dan pemandangan yang cantik. Lihatlah jembatan yang ada di depan mata. Wow, wujud teknologi dikawinkan dengan seni, ciri orang Perancis. Cantik!

Tak berapa lama, kami pun sampai di Normandie. Parkir di depan rumah-rumah nelayan gaya lama Normandie, kami menuju pantai. Setiba di sana, kami menutup hidung. Uhhhh, bauuuu. Rumput laut dan kulit kerang berserakan di mana-mana. Beberapa orang Perancis berjalan-jalan, bahkan ada yang berlari, bukan karena mau ke toilet tapi olah raga. Brrrrrr.

Lalu suami saya cerita bahwa jaman PDII, banyak mayat tergeletak di garis pantai Sword. Pasti waktu itu menyedihkan sekali keadaannya, jaman penjajahan nggak enak. Di sebuah titik, ada tugu yang memperingati kejadian jaman itu.

Tak terasa, kaki kami berhenti di sebuah restoran. Hmm, pengen coba makanan Perancis daerah laut. Ya, mau makan seafood! Makanan segar dari laut yang harganya sebenarnya tidak mahal. Untuk udang 250 gram, 9,50 euro. Satu paket seafood berisi Oyster, keong dan udang 13 euro. Di Jerman sudah mahal lagiiii .... Buat yang tidak kuat amisnya (meski sudah digodog), jangan makan ya, takut muntah. Huekkk.

Kami pun duduk di luar restoran karena matahari ramah menyapa.

"Can you speak English." Tanya saya. Kepalanya menggeleng sambil tertawa kecil.  Astagagagana, ia tidak bisa. Asumsi saya, tempat wisata banyak wisatawan asing, jadi butuh kemampuan bahasa Inggris meski "little-little I can" dari tenaga kerjanya. "Une chocholat au lait, un bouteille biere et deux orange, Madamme." Dengan PD saya kerahkan sisa bahasa Perancis untuk memesan minuman. Hahaha ... sudah 20 tahunan  yang lalu, lupa semua. Bahasa kalau tidak terpakai memang wes-hewes-hewes hilang. Suami ngakak istrinya bergaya, ngomongnya sambil ngeden, tekanan suara dari tenaga dalam.

 "Oui." Setelah mencatat, ia pergi ke dapur.

Tank bersejarah (dok.Gana)
Tank bersejarah (dok.Gana)
An unidentified Objective bukan UFO (dok.Gana)
An unidentified Objective bukan UFO (dok.Gana)
Kamuflase, bunker seperti rumah (dok.Gana)
Kamuflase, bunker seperti rumah (dok.Gana)
Di dalam bunker seperti ini .... (Dok.Gana)
Di dalam bunker seperti ini .... (Dok.Gana)
Bunker Jerman

SMP, Selesai Makan Pergi. Perut kenyang, kami teruskan jalan-jalan ke bunker Jerman di Normandie. Sesuai pesan whatsapp dari teman suami yang istrinya keturunan Perancis, kami menuju Le Grand Bunker Musee Le Mur De L'Atlantique. Museum yang mengabadikan bunker Jerman di Perancis.

Yang unik dari museum ini adalah, bentuknya masih seperti dulu. Memang jaman perang itu, bunker didesain seperti rumah biasa, supaya tidak diketahui orang awam dan musuh. Sampai akhirnya, datang pasukan Perancis-Inggris dan 53 serdadu Jerman yang menungguinya, menyerah. Meskipun demikian, barang-barang asli Jerman yang ada di sana masih utuh. Bahkan papan informasi atau peringatan di dinding masih lestari. Artinya, meski berganti kekuasaan di bunker itu, masih ada niat untuk melestarikan kejermanan yang ada sejak awal.

Begitu masuk halaman museum, kita akan dijamu dengan tank, kapal perang, kawat berduri dan lainnya. Kami pikir, tak usah masuk sudah cukup mengingat jaman penjajahan Jerman di Perancis. Ternyata, begitu masuk dengan tiket 7 euro untuk dewasa dan 5 euro untuk anak-anak, kami lega. Tak ada kata rugi masuk bunker. Unik dan menarik, apalagi ada informasi penting jaman itu yang masih lestari. Tertarik untuk melihat? Silakan ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun