Buku saya yang berjudul "38 WIB (Wanita Indonesia Bisa)" tahun 2013, covernya berwarna oranye dengan gambar langit Jerman yang saya bidik dari balkon rumah. Pemandangan bukit Lupfen berwarna gelap dan langit yang punya warna oranye, merah dan biru. Amboi, indahnya.
Tahun ini juga mirip, tapi tidak ada oranye di sana. Hanya merah muda, kuning dan biru.
![Langit kayak pelangi dari balkon rumah (Dok:Gana)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/24/der-goldene-oktober-59ef1be3f1334440eb114e82.jpeg?t=o&v=555)
Karena banyak angin, orang memainkan layang-layang. Bahkan sebuah desa bernama Leibertingen, memiliki tradisi tahunan festival layang-layang. Seru mengamati bagaimana tiap peserta menaikkan layang-layang, mengulur benang sampai menurunkannya gara-gara cuaca tiba-tiba memburuk. Hujan rintik-rintik, takut kesetrum!
Nah, itu tadi kurang lebihnya ciri-ciri musim gugur di Jerman. Kalau ada pepatah, daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Kalau melihat keemasan musim gugur kayak tahun ini? Pasti nggak bakal bisa bilang begitu. (G76)