Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cara Keluarga Kami Wujudkan Rumah Hunian

18 Oktober 2017   21:07 Diperbarui: 19 Oktober 2017   01:39 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebelum ambil KPR, orang tua saya sudah punya satu rumah dan beberapa tanah tapi ibu yang pegawai negeri, ingin ikut program KPR, Kredit Pemilikan Rumah. 

Caranya? Pertama, ibu daftar di PT. Kini Jaya Indah di Perumahan Plamongan Indah Semarang. Setelah mengisi formulir, ibu melengkapi syarat-syarat seperti KTP, surat pegawai negeri dan daftar gaji.  Lalu, setelah semua komplit diberikan kepada kontraktor, ibu mendapat panggilan. Ibu dapat rumah KPR! Uang muka yang dibayarkan hanya Rp 400.000,00 dan uang listrik Rp 13.000,00. Jaman itu masih murah.

Selama 15 tahun, ibu berhasil mencicil rumah hingga lunas tahun 2003. Tampaknya, sistem potong gaji mempermudah ibu untuk mengangsur tipe rumah  21 dan sisa tanah 150 meter itu. Tanpa masalah. Luar biasa, waktu itu satu meter persegi tanah hanya Rp 25.000,00. Sekarang? Itu hanya bisa untuk beli krupuk mentah 500 gram.

Ibu bangga berhasil memiliki rumah itu dari hasil jerih payahnya bekerja sebagai pegawai negeri. Jadi, ibu bertekad tidak akan menjual rumah yang penuh kenangan itu. Lebih memilih mewariskan untuk anak cucu.

Rumah yang kadang ditempati itu, sempat dibuat agunan untuk pinjaman uang tetapi ditolak karena masih sertifikat biasa, belum HM. Senang bahwa rumah sudah HM, hak milik. Meskipun harga pengurusan HM mencapai 8 juta rupiah, ibu lega. Mengapa mahal beanya? Konon karena lunasnya rumah sudah lama. 

Kami-Kredit Bank

Pengalaman kami lain lagi. Rumah di Jerman ini boleh juga saya miliki, sebagai orang asing. Ternyata tidak serumit kepemilikan tanah atau rumah di Indonesia bagi orang asing atau diaspora. Jadinya, rumah gampang diatasnamakan kami berdua di depan notaris.

Awalnya, sudah banyak orang yang ingin membeli rumah yang kami tempati itu tapi pemilik tidak mau melepasnya. Katanya, yang berhak menempati rumah itu harus sehati dengan pemilik lama.

Sampai suatu hari, pemilik rumah rela menjual rumahnya kepada kami bahkan bisa lebih murah, diskon 50.000 euro, asal dibayar cash. Aduh, uang siapa? Kami baru saja memulai hidup di Jerman, dari nol.

Berterima kasih kepada pemerintah Republik Jerman. Mereka punya program pinjaman uang lunak bagi keluarga muda, jadi tak heran jika kami segera mendapat pinjaman dari sebuah bank. Syaratnya, transfer gaji harus dipindah dari bank lama (Volksbank) ke bank bersangkutan (PSD). Lamanya angsuran, 10 tahun dengan suku bunga tetap dalam jangka panjang.

Kami tidak memaksakan untuk melunasi selama kurang dari 10 tahun karena terkesan tidak masuk logika antara pendapatan dan pengeluaran. Meski bunganya lebih sedikit dengan cicilan jangka pendek tetapi akan sulit dinyatakan dalam realita kehidupan rumah tangga. Syarat itu juga yang harus diperhatikan bagi orang yang akan mengambil kredit bank. Perhatikan pula suku bunga bank yang berubah-ubah dan selalu mencari informasi kredit bank lain yang memiliki suku bunga tetap dalam jangka panjang dan lebih murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun