Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pakai "Tasini" Bisa Hemat 400 Kantong Plastik Setahun dan Selamatkan Lautan dari Sampah Plastik

6 Oktober 2017   15:27 Diperbarui: 6 Oktober 2017   15:29 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tasini, Tas ini (dok.Gana)

Hati saya dag-dig-dug-der. Layar di depan mata yang tadi hitam, menyala, bergerak-gerak. Gambar-gambar silih berganti datang. Ohhh, itu promo Tasini!

Wie bitte? Apa itu Tasini? Awalnya, kuping saya serasa mendengar kata dari bahasa Jepang. Tasini mengingatkan saya pada nama-nama orang Jepang seperti Takashi, Takato, Tenshi, Tetsuya, Takeo, Tatsumi, Taiki, Tadashi dan lain-lain. Padahal kalau diamati betul, itu dari kata "Tas" dan "ini", Tasini.

Tasini, Tas ini (dok.Gana)
Tasini, Tas ini (dok.Gana)
Dukung program MOPF (dok.Gana)
Dukung program MOPF (dok.Gana)
Simak Video Tasini di Youtube

Dua gadis kakak beradik aktivis lingkungan (founder bye-bye plastic bags) dengan t-shirt putih muncul. Adalah Melati dan Isabel Wijsen. Nama itu sudah saya kenal tahun lalu ketika guru bahasa Jerman saya memberikan artikel tentang aksi mereka di Bali. Luar biasa.

Dalam video, mereka memegang figur yang nemplok di Tasini. Dalam layar bagian bawah, tertulis, the key to break the plastic bag habit. Remaja yang lahir dan besar di Indonesia itu bilang merasa prihatin dengan 10 juta sampah plastik yang digunakan masyarakat kita tiap harinya. Itulah sebabnya, nusantara menjadi negara kedua penyumbang polusi berupa sampah di lautan dunia. Bagaimana dengan perasaan Anda sebagai penduduk asli Indonesia?

Lihatlah. Jutaan hewan mati tiap tahunnya karena menelan sampah plastik. Saya bahkan terperanjat melihat video dari WWF di mana seekor kura-kura besar tampak kesakitan ketika aktivis mengeluarkan sedotan plastik dari hidungnya! OMG! Berdarah-darah. Sejak itu saya paling nggak suka anak-anak pakai sedotan tapi mikir lagi, kalau taat membuang sampah dan ada program penanganan sampah seperti di Jerman sebenarnya nggak papa. Bagaimana dengan Indonesia? Buang sembarangan di got bikin mampet atau ke kali lalu mengalir ke lautan sehingga mengganggu kehidupan hewan-hewan?

Jumlah korban (hewan) meningkat dari tahun ke tahun. Ingat tulisan saya tentang perjalanan di pulau Panjangan di Jepara, Jateng dan Labuan Bajo, Flores Agustus lalu? Kenyataan ada di depan mata, sampah plastik di mana-mana ... darat dan laut! Kebiasaan manusia menggunakan plastik dan membuangnya setiap hari belum terbendung.

Dijelaskan juga bahwa itu mengganggu kesehatan manusia. Iya, yang suka makan ikan dari laut, periksa barangkali ada potongan plastik di dalam daging.


Pakai Tas Reuse Setiap Hari

Sejak saya pindah ke Jerman, gaya hidup saya sudah berubah. Nggak suka pakai plastik yang sekali buang tapi yang bisa beberapa kali dipakai. Sampai suatu hari memakai yang lebih tahan lama seperti keranjang lipat dan tas dari kain. Andai saja setiap hari orang pakai satu kantong plastik langsung buang (sekali pakai), berarti sudah minimal 3650 kantong plastik tidak saya pakai selama di negeri orang. Banyak kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun