Tanggal 10 Maret. Waaaah Jumat yang sibuk. Mulai dari pagi-pagi bikin dua kue ultah; stroberi sama satunya, coklat ... masak untuk makan siang lalu antar jemput anak-anak klub ini-itu. Mana bakal ada tamu lagi, jatahnya bersih-bersihhhhh.
Pukul 16.00. Gelisah euyyy. Tamu nggak datang-datang. Memang tamu bilang kira-kira jam 16.00-17.00. Lah jam pirooooo, tepatnya? Ini Jerman, bukan?
Yo wisss, dandan. Mau pergi ke rumah pengungsi di Jerman saja. Soalnya, dari majalah kampung, ada pengumuman bahwa pada tanggal 10 Maret 2017 ada opening house, sebelum rumah dihuni para pengungsi, kami boleh masuk. Bahkan diskusi tentang pengungsi sudah diadakan seminggu sebelumnya. Sayang, nggak ikut.
Nah ... begitu mau keluar rumah, ehhh tamunya datang. Haduhhh ... Akhirnya cari akal, mengajak tamu sekalian untuk jalan-jalan ke sana. Kan nggak jauh dari rumah dan biar orang Jerman juga banyak yang datang ke sana.
Dalam perjalanan, terasa dingin meski matahari masih nongol malu-malu. Untung bawa jaket dan syal supaya angin nggak menggigit kulit. Saya tempel suami biar anget, pegangan tangan.
Tak berapa lama, kami sampai juga di bangunan panjang yang sekilas mirip gudang pabrik, seperti gudang pabrik di depannya. Bangunan yang dikatakan sebagai Flüchtlingsheim itu berada paling bontot, di luar tanda batas wilayah. Pemandangannya? Luar biasa. Gunung Karpfen! Wie im Urlaub, seperti di tempat peristirahatan. Tapi tunggu ....
Apa saja fasilitas untuk pengungsi di Jerman?
Pernah ada orang Indonesia yang tanya saya “Mengapa untuk visa masuk ke Jerman saja susah, banyak yang ditolak, lah kok akhir-akhir ini banyak pengungsi yang dimudahkan?“
Bukankah itu keputusan politik Angela Merkel untuk membuka kran bagi para pengungsi. Meskipun demikian, saya ngeri lihat TV dan cerita dari para pengungsi itu sendiri, bagaimana mereka melarikan diri dari negaranya, menyeberang laut dengan kapal sederhana, jatuh ke laut (ada yang selamat, ada yang mati).
Leticia adalah salah satu pengungsi di daerah kami, yang jatuh ke laut bersama kedua anak balitanya dan selamat! Bahkan bayi dalam kandungannya, berhasil lahir di Jerman. Saya elus bayi perempuan umur 2 bulan itu. Mata beloknya sangat menawan. Senyumnya mengembang. Oalah, nak, kamu beruntung. Malaikat menyelamatkanmu.
Lalu, setiba di Jerman, apa saja yang mereka dapatkan selama di Jerman?