Nah, dari jaman ke jaman, rupanya manusia tetap membutuhkan bantuan dalam hidup. Bagaimana manusia mendapatkannya?
Jaman dulu
Waktu kecil, saya ingat minta pembantu diambilin makan, “Mbaaak, laparrrr“ atau “Mbaaaak, hauuuus.“ Maklum, bapak-ibu sibuk nggak ada di rumah. Kami bertujuh, precil-precil ditunggui pembantu aka asisten pribadi. Untungnya, tabiat itu nggak menurun ke anak-anak karena di Jerman nggakusum asisten pribadi. Semua harus dikerjakan sendiri. Kemandirian yang membangun karakter positif pada anak. Nggak bisa sedikit-sedikit asisten atau tukang, seperti di tanah air. Apalagi gaji human resource di Jerman kan tinggi, gitu. Bisa bangkrut kalau punya asisten. Ahhh, ngimpiii! Dan lagi, uang untuk membayar mereka, bisa disimpan untuk jalan-jalan biar nggak kurang piknik. Asyik!
Jika membutuhkan informasi, manusia juga membutuhkan manusia lain:
“Coba lihat, Mita. Minggu depan ibu ada meeting jam berapa dan di mana? Kalau Jumat tolong diganti Senin. Ibu mau libur panjang.“ kata bu bos pada sekretarisnya. Sekretaris akan segera tergopoh-gopoh membuka buku agenda atau komputer di mana terjadwal rapat itu.
“Charlotte, ini jam berapa ya? Di dapur nggak ada jam, kamu nanti telat.“ seru ibu pada anaknya. Si anak segera berlari ke ruang tamu, di mana dindingnya tertempel jam.
“Hari ini aku harus pakai baju tebal atau tipis?“ tanya istri pada suaminya ketika diajak pergi ke luar. Suami harus ke luar rumah, melihat temperatur yang tertera pada termometer dinding.
Yup. Pada jaman itu, semua serba manual, semua masih dikerjakan manusia.
Jaman modern.
Jadul berubah modern seiring dengan bergulirnya waktu. Pas pertama kali beli iphone 6, suka teriak “Hey siri, apakah hari ini aku perlu bawa payung?“ Siri, akan menjawab “Tidak, karena hari ini tidak akan turun hujan.“ Ditambah, Siri-asisten di Iphone itu akan menayangkan ramalan cuaca dari hari itu (seharian penuh) pada layar HP.