Sosialiasi Lapor oleh KBRI di Budapest
Nah, tepat pada hari Jumat, 24 Maret 2017 pukul 18.00-19.00, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Budapest, mengundang warga diaspora di Budapest dan sekitarnya untuk datang menghadiri sosialisasinya.
Acara dibuka dengan sambutan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Hongaria di Budapest, Y.M. Ibu Wening Esthyprobo Fatandari. Selanjutnya, puluhan warga termasuk staff KBRI menyimak sosialisasi yang disampaikan oleh mbak Farisa Ramadhani yang manis, selaku kepala kanselerei bagian fungsi protokol dan konsuler. Well done, mbak!
“...Kalau ada petugas KBRI yang jutek, laporkan saja ...“ Itu salah satu kalimat mbak Farisa yang nyantol di benak saya. Ucapannya disambut derai tawa diaspora seperti saya.
Duduk paling depan, jelas sekali terlihat. Saya amati lagi papan dari layar itu. Hmm...paparan informasi tentang lapor di layar, sepertinya menjanjikan pengawasan publik keren dan canggih untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik dari petugas negara. Termasuk terkait laporan program pembangunan di tanah air yang nggak bener. Wahh ... seru, nih.
Cara Melaporkan Petugas Negara
Jamannya presiden Jokowi ini memang harus beda. Bangga ya, kalau Indonesia menuju yang terbaik. Semua harus transparan dan tanpa KKN. Setujuuuu? Setuju, tidak setuju dikumpulkan.
Yup. Cara melaporkannyapun dikisahkan mbak Farisa, “...Sangat mudah...“, tinggal pilih:
- Aplikasi di situs http://lapor.go.id. Langsung akses LAPOR! Masuk dengan login ke akun Facebook atau Twitter. Kalau nggak ya, bisa membuat ID LAPOR! Pertama isi registrasi yang memuat info pendaftar tentang; email, konfirmasi email, nama depan, nama belakang, password, konfirmasi password dan masukkan captcha (abjad yang tertera, biar nggak dikira robot).
- Short Message Service ke 1708 (17 Agustus, tanggal kemerdekaan Indonesia). Ini khusus pelapor yang di tanah air. Kalau diaspora lapor pakai SMS, bisa tekor.
Makanya, demi mempermudah laporan saat berada di mana saja dan kapan saja, tinggal download gratis aplikasi ini di smartphone sajalah:
- Android
- Blackberry
- iPhone
Tindak Lanjut Laporan
Seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari pemerintah Hongaria bertanya tentang bagaimana tindak lanjut dari laporan. Sudah ngoyo-ngoyo lapor, percuma kalau tidak ada timbal balik dari pemerintah. Iya, kaaannn?
Mbak Farisa menjelaskan tetap ada proses dan semua bisa dideteksi di web (bagian “lacak laporan Anda“, berwarna kuning). Setiap laporan itupun akan didisposisi secara digital ke instansi terkait (67 instansi pemerintah yang telah terhubung). Instansinya apa saja? Intansi di seluruh Kementerian, sejumlah Lembaga Pemerintah Non-Kementerian, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan Pemerintah Kota Bandung.
Ditambahkannya, “... setiap laporan yang telah disahkan akan terpublikasikan pada situs LAPOR! dan dilengkapi dengan indikator penyelesaian.“ Begitu kata mbak Farisa, menjawab pertanyaan salah satu peserta tentang respon dan follow up dari acara melaporkan petugas negara ini.
Ehem. Saya memang belum pernah coba LAPOR!, “hanya bisik-bisik tetangga“ saja tetapi kalau saya lihat sudah ada tindakan, baguslah. Contohnya, seorang pelapor menanyakan kebenaran persyaratan pembuatan paspor yang tidak seragam di beberapa kanim yang mewajibkan E-KTP bukan KTP model lawas. Kemudian, laporan didisposisi ke Direktorat Jenderal Imigrasi (Kementrian Hukum dan HAM), salinan ke Kanwil Kementrian Hukum dan HAM Banten (Kementrian Hukum dan HAM), Kanwil Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta (Kementrian Hukum dan HAM). Dalam tanggapan yang diberikan Direktorat Jenderal Imigrasi (Kementrian Hukum dan HAM), dijelaskan hukumnya secara gamblang. Intinya, yang belum punya E-KTP bisa tetap dilayani asal melampirkan bukti Perekaman KTP Elektronik.
Bagaimana dengan Kompasianer? Ada yang nggak beres di negeri ini, ada petugas negara yang nggak becus dan pengen dilaporkan? Mari, rame-rame ....nyokkk. Jangan ke pak RT.
Sejam acara launching, MC dari KBRI sudah kasih tanda bahwa acara sosialiasi LAPOR! harus segera diakhiri. Padahal masih banyak pertanyaan yang antri dari diaspora. Ya, udah, nanti saja ya ....
Jengjengjengg ....
Acara kedua, yang dikawinkan dengan acara sosialisasi LAPOR! Yakni, launching buku “Exploring Hungary“. Saya sudah cerita di artikel Kompasiana “Karena Rajin Nulis, Disambut Dubes Wening di Budapest“.
Buku diberi kata pengantar oleh Yang Mulia Wening Esthyprobo Fatandari selaku Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh di Hongaria. Sebuah replika cover ukuran A3, terpajang di meja depan pintu utama.
MC mulai membuka acara dengan mempersilakan saya untuk maju, menampilkan tari pembuka “Geyol Dhenok“ dari Semarang. Tarian ini sengaja saya pilih karena energik dan saya dari Semarang serta kebetulan ibu dubes yang lahir di Pekalongan juga besar di Semarang. Passsss!
Lima menit berlalu, sebuah film singkat tentang keindahan Hongaria dan Indonesia ditampilkan. Luar biasa, jadi ingat layar tancap.
Sekretaris pribadi ibu dubes, Karina Anjani, kali itu juga pamer kepiawaiannya menari. Kali itu, tari Kesatria. Perempuan yang mengaku tomboy dan masih lajang itu mengaku jadi suka menari karena bergabung KBRI Budapest. Ia memang beruntung dipilih ibu ambassador Wening.
Sepuluh menit sudah. Ibu dubes dipersilakan memberi sambutan oleh MC. Disambung sambutan saya selaku penulis buku tersebut. Berusaha menyemangati para ibu rumah tangga dan mahasiswa yang ada di Budapest dan sekitarnya. Menulislah! Buku kalian ditunggu ....
Tak lupa pemberian replika cover buku dari saya kepada ibu dubes. Masing-masing tamu undangan dari Hongaria mendapat satu buku tentang negara mereka. Mbak Hayati, pemilik apartemen di Budapest yang sudah lama nyari buku tentang Hongaria berbahasa Indonesia tapi nggak juga ketemu sangat senang menerima satu eksemplar. Yang lain, beli sendiri secara on line ya ... Amazon ada di mana-mana kan? Yang di Indonesia bisa di seluruh toko buku Gramedia. Kejarrrr. Sebelum berkunjung atau tinggal di sana dalam rangka kerja atau beasiswa ... kenali dulu sambil bermimpi lalu, wujudkan!
Sejam kemudian, acara kedua ditutup. Lantas? Makan nggak makan kumpul dan hari itu, dua koki wisma KBRI (Annin dan Yogi) memasak untuk paling tidak 50-60 orang. Dua hari dua malam, sarjana tata boga yang pernah juga kerja di hotel Kura-Kura, Karimunjawa jibaku menyajikan makanan Indonesia yang terbaik. Terlihat penulis buku anak-anak Hongaria (Erika Bartos), Dirjen Asia Pasifik kemenlu Hongaria (Sandros Sipos, PH.d) dan beberapa orang Hongaria nggak ketinggalan menyantap makanan berbumbu Indonesia itu. Bahkan sampai tanduk alias bola-bali ambil. Suedapppp! Sisanya? Ada operasi plastik, xixixi ... bungkusssssss!!! Matur nuwun, ibu dubes atas jamuan makan malamnya.
Kenyang. Laporan selesai! (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H