Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jadilah Blog dan Blogger Keren di Era Digital!

4 Februari 2017   21:39 Diperbarui: 4 Februari 2017   22:35 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beyond blogging! (dok. Missydi)

 

Gambar hati.

Wow! Seseorang menyukai salah satu foto di instagram saya. Foto? Iya, sungai Danube yang mengalir di 10 negara di dunia!

Penasaran, saya tilik lapaknya. Inisial, #missydi. Berselancar, mencari sisik melik tentangnya. Oi, wanita cantik bernama asli Melissa Divietri itu dari Amerika! Berambut pirang, bermata biru seperti langit cerah. Astagagagana, layaknya bidadari dari langit.

Hey, penyuka foto saya itu bukan orang sembarangan. Tak hanya cetar karena anugerah kecantikan, lulusan Universitas Ferris Jurusan Managemen Media itu amat bangga menyebut dirinya sebagai seorang blogger media sosial. Kok, bisa super bangga, menyebut dirinya blogger?

Kompasianer bisa sebangga itukah? Jangan-jangan malu ....

Eh, itu belum seberapa, baru-baru ini, wanita yang banyak makan asam garam bab iklan, marketing, komunikasi, pengembangan web dan teknologi percetakan itu mengadakan sebuah workshop tentang jejaring sosial. Bagaimana memaksimalkan blog adalah salah satu tujuannya mengumpulkan kurang lebih 60 orang bule. Setelah itu, tanggal 19 Agustus 2016 yang lalu, ia berbagi tentang “Social media trends 2016“ membahas kemajuan sosial media, tools apa saja yang mampu memaksimalkan waktu dan kemajuan dalam bisnis.

Luar biasa. Tambah luar biasanya, di mana itu? Di Dojo Bali? Lho, nggak salah? Jauh-jauh datang dari Detroit, USA ke Indonesia.

Baca berita Harian TI.com (red:15 November 2013). Tercatat 63.000.000 pengguna internet di Indonesia. Jumlah sebesar itu aktif di Facebook, Line, Twitter, Path, LinkedIn dan Google+. Negeri kita ini amat subur bagi pengguna internet, blogger.

Komunitas blogger asing di Bali

Adalah komunitas Dojo Bali. Komunitas yang anggotanya dari segala penjuru dunia itu memang bukan komunitas biasa. Komunitas yang tercipta untuk saling kontak, bekerja, santai, kolaborasi, berenang dan berselancar. Markas mereka ada di pantai Echo, Canggu di Bali.

Huahh. Terengah-engah membayangkan gadis berumur 24 tahun itu berkiprah di sana. Rupanya blog dan blogger itu teramat sangat penting di dunia ini. Buktinya, si Melissa itu. Beyond blogging!

Bahkan, darinya saya tahu, peminat segala tip dari blogger tentang blog diminati blogger internasional lainnya juga. Tak hanya blogger Indonesia yang heboh, kan?

Kalau sudah tahu jejak Melissa, masih anggap remeh blog dan blogger di era digital?

Memangnya, apa saja sih peran blog dan blogger dalam gambaran kacamata saya?

Beyond blogging! (dok. Missydi)
Beyond blogging! (dok. Missydi)
Peran blog

Saya yakin iya, penting sekali. Apa saja manfaat darinya?

1. Media sosialisasi

Jaman sakini. Orang sudah mulai sibuk tak punya waktu untuk bermasyarakat, semua on line. Tidak asing lagi kalau dalam sebuah kantor, komunikasinya lewat chat di komputer. Bahkan duduk bersebelahan, sama-sama anteng tapi whatsapp-an. Tak berapa lama, ngakak, tertawa bersama karena ada yang lucu.

Jika generasi tua ditanya, mereka akan menuding “Generasi muda sudah jadi Zombie teknologi“.

“Ah, nek ... daripada nggak sosialisasi, kudet.“ Begitu barangkali tanggapan dari generasi digital.

Tanpa sosialisasi di media, Melissa, Kompasianer dan saya jadi katak di dalam tempurung dengan sukses. Sendirian dan berpikir tentang diri sendiri.

Tinggal di Jerman, saya rasakan bahwa sosialisasi di media sosial amatlah penting. Jauh dari tanah air dan memulai kehidupan yang baru dari nol, termasuk membina pertemanan tidaklah mudah. Lewat media sosial, saya bisa menyambung tali silaturahim yang putus dengan teman lama, saudara dan handai taulan di Indonesia, serta menambah kawan baru dari seluruh dunia. Beyond blogging!

2. Curahan hati dan pikiran

Salah satu pasal UUD’45, yakni 28 berisi “Kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lesan dan tulisan dan sebagainya dilindungi oleh Undang-Undang.“

Dalam kehidupan, tampaknya itu terasa sekali ketika menekuni dunia menulis sejak tahun 1994 atau dunia blog pada tahun 2006. Bahwasannya, tak perlu ada rasa takut untuk menumpahkan pikiran dan isi hati. Ini era digital, era keterbukaan! Bagikan!

Banyak orang yang bisa berbicara tapi tidak bisa menulis. Berbahagialah Kompasianer, jika memiliki kedua talenta; bisa menyampaikan pikiran lewat lesan dan tulisan! Bagaimana caranya? Digali, dicoba, dilatih dan dipupuk! Pasti bisa.

3. Ajang tukar menukar ilmu, gagasan dan pengalaman  

Berangkat dari sebuah tulisan, entah pendek-panjang atau ditulis oleh penulis abal-abal sampai terkenal, tulisan bisa saja mendapatkan umpan balik dari pembacanya. Bahkan tak jarang, ada ide baru yang lahir darinya. Manfaat dari tulisan itu nantinya tak hanya dinikmati penulis sendiri tapi juga pembacanya.

Contohnya di blog Kompasiana. Setelah posting tentang “6 Obat Diare Alami Rekomendasi Dokter Jerman“, lewat komentar, saya tahu pengalaman saya itu menjadi inspirasi bagi para pembaca. “Ohh ... rupanya apel, tho?“, buah yang mudah didapat dan murah.

Selain itu, gagasan komentator tentang jambu biji tentunya menjadi sebuah pikiran baru, supply jambu biji segar di Jerman belum terpenuhi. Peluang bisnis! Jangan kalah sama Afrika dan Thailand yang berlomba-lomba ekspor buah ke sana.

4. Personal branding

Jika Melissa menanamkan diri di 32 media sosial di dunia, Kompasianer ada berapa? Saya? Setidaknya di Multiply, blogspot, Goodreads, Tripadvisor, Google+, LinkedIn, Youtube, Facebook, instagram, tweeter dan ... Kompasiana!

Memangnya mengapa personal branding itu penting? Menurut saya, karena di jaman digital ini, tidak melulu artis, tokoh dan orang cantik/ganteng saja yang boleh nangkring di media sosial. Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam menunjukan minat dan bakatnya. Persaingan sehat ini tentu bisa dimanfaatkan bersama dengan kemajuan teknologi.

Dengan personal branding, orang jadi tahu bagaimana kita, apa yang dilakukan dan bisa apa kita untuk orang lain. Tak heran jika ada bloggerhunter yang tak ragu menawari blogger untuk menulis artikel dengan tarif ratusan sampai jutaan rupiah per tulisan.

Bahkan Melissa sendiri menekankan bahwa ketika seseorang tidak bisa ditemukan di mesin google, berarti dia tidak eksis di dunia maya. Anda? Coba tulis nama asli atau inisial di search engine ....

7 medsos yang disarankan selama liburan(dok.Missydi)
7 medsos yang disarankan selama liburan(dok.Missydi)
5.Wadah kumpulkan pundi

Menulis di blog benar-benar mendatangkan uang! Tulisan yang berisi dan tepat sasaran akan sangat bermanfaat tak hanya untuk penulis dan pembaca tapi juga sponsor.

Melissa sudah memberikan contoh kekuatan sosial media sebagai pengeruk kekayaan. Lihat saja catatan kliennya yang sudah dibantunya untuk meningkatkan jumlah pengunjung web mereka, sejak tahun 2007; Google HQ – Ann Arbor (Search Engine Optimization, 2009), Petoskey Chamber of Commerce (Social Media Marketing, 2013), Detroit & Chicago (Online Music Promotor , 2014), Ferris State University (Website Developer, 2009 to 2014), Mercedes Benz (Search Engine Optimization Consultant, 2014 to 2015), Facebook LIVE-Autoweek (Social Media Consultant / 2016).

Bayangkan berapa uang simpanannya dari puluhan klien Melissa? Paling tidak untuk menyelesaikan studi di dua universitas!

Di Kompasiana juga banyak diselenggarakan lomba blog competition berhadiah uang. Tak hanya hadiah sederhana. Ada Adhe Unyu yang dapat hadiah, satu tulisan 5 juta. Yang dulu ogah nulis, disulap jadi rajin! Kompasianer sudah dapat berapa?

Eeee, lah wong nulis saja belum,  ikut lomba saja nggak, bagaimana bisa menang?

6.Gerbang inspirasi

Membaca diam-diam di Kompasiana atau biasa disebut silent reader.Bisa jadi dari membaca tanpa meninggalkan jejak tadi, muncul inspirasi dan ide. Misalnya setelah membaca artikel saya “4 Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Bahasa Feminin dan Bahasa Maskulin“, ada Kompasianer yang semakin berhati-hati untuk berkomunikasi. Menata kalimat yang tepat biar tercapai apa yang diinginkan.

Peran blogger

Lho, kalau begitu, keuntungan pribadi sajakah menulis di blog itu?

Oh, tentu tidak. Banyak, kok peranan blogger untuk kepentingan bersama.

1.Gerakan positif

Kegiatan Dojo Bali, banyak. Tak hanya merujuk kata “social media“ saja tetapi acara santai seperti barbecue. Satu gawe yang saya pikir sangat inspiratif, menyoal lingkungan bersama komunitas pencari dana untuk MPH (Merah Putih Hijau). Acara itu merekrut para pekerja seni dan fotografer untuk menyumbang foto yang bisa dilelang. Dananya, untuk daur ulang tanaman dan sampah. Batas akhir pengumpulan 1-4 gambar untuk proyek tersebut sampai  4 Februari 2017.

2.Memperkuat jaringan

Peran blogger di Kompasiana sangat saya rasakan dengan lahirnya komunitas, sesuai bakat dan minat. Misalnya; Koteka buat Kompasianer yang suka travel, Fiksiana Community untuk yang hebat berfantasi (cerpen, puisi, drama), atau KPK yang demen makan atau gerebek tempat makan sana-sini.

Komunitas tidak hanya berkegiatan tapi juga jaringan yang kuat, saling mendukung. Meski kadang chat Whatsapp group ngelantur, tetap saja ingat “Bersatu kita teguh, bercerai jangan sampai“.

Komunitas di Kompasiana sebagai anak buah yang memiliki jaringan kokoh itu tak ayal, menjunjung bapak buahnya, Kompasiana.

3.Menambah referensi tulisan untuk penelitian atau sekedar bacaan.

Pernah seorang Kompasianer diaspora yang sekarang aktif di sebuah organisasi di tanah air begitu bangga tulisannya dijadikan riset Kompasianer lainnya yang masih mahasiswa, meskipun ada Kompasianer yang pernah memberinya kejutan “trauma“ perang postingan.

Sebagai blogger yang menulis apa saja yang terjadi dalam kehidupan pribadi, tentu saja senang jika tulisannya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri sebagai curhatan tetapi untuk wawasan orang lain yang ingin berbagi ilmu juga dengan orang lain.

4.Mendukung tercapainya Kompasiana sebagai blog terbesar di Asia bahkan dunia.

Untuk menuju tujuan di atas, tak hanya butuh niat tapi juga cara, tindakan dan dukungan.

Baru-baru ini lahir Kompasianer Diaspora. Di sana, berkumpul Kompasianer dari segala penjuru dunia; Amerika, Australia, Belanda, Hongkong, Inggris, Italia, Jerman, Jepang, New Zealand dan masih banyak lagi. Berharap semakin banyak diaspora di segala penjuru dunia yang menulis aktif di Kompasiana. Supaya Indonesia semakin membuka diri dan memiliki wawasan baru dari negara lain tanpa harus terbang ke sana. Era keterbukaan informasi.

Jika itu lambat laun terjadi, semakin banyak anggota Kompasiana dan besarlah blog keroyokan kita ini di Asia bahkan dunia. Mengapa tidak? Beyond blogging? Yes!

***

Baiklah, itu tadi gambaran tentang kekuatan blog dan blogger dari saya. Meremehkan blog dan blogger itu ... tabu. Bagaimana pendapat Kompasianer?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun