Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

6 Obat Diare Alami Rekomendasi Dokter Jerman

30 Januari 2017   17:13 Diperbarui: 31 Januari 2017   13:03 2861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam tiga pagi. Huuuh. Ada yang klisikan, acara tidur terpotong. Bukan oleh trenggiling, hewan berduri yang mencari kehangatan di musim dingin tapi si genduk yang sakit perut. Ia pun minta ditemani ke toilet. Yahhhh ... mencret!

An apel a day keeps the doctor away (dok.Gana)
An apel a day keeps the doctor away (dok.Gana)
Bangun jam 6 pagi. Nguantuknya polll. Kalau anak sakit, ibu juga ikut sakit. Halah-halaaahh... Siapin sarapan dan antar anak ke halte bus. Mengaduk cairan oralit yang waktu saya kecil sangat trend di iklan TV Indonesia. Air putih, garam dan gula lalu diaduk. Dikasih ke anak, eee ... nggak mau. Oralit rasanya “huekkkk“. Aduh, biyung!

Jam 7 pagi, anak meledak lagi di WC. Astagagagana... ya, sudah. Jam 8 pagi, cabut, pergi ke dokter bersama si bungsu.  

Jika sakit berlanjut, hubungi dokter

Errrr ... hari Senin. Banyak yang antri di dokter umum kampung kami. Semua pada sakit ya? Biasanya, kalau mau periksa dokter di Jerman harus bikin Termin alias jadwal. Kecuali kalau memang sakit parah atau mendadak. Setelah memberikan kartu kesehatan kepada petugas, kami duduk. 

Kartu kesehatan harus diberikan tiap tiga bulan sekali (jika periksa). Misalnya jika periksa bulan Februari nanti, tidak perlu menunjukkan kartu lagi, karena Januari ini sudah didata atau sudah pernah periksa.

Nah, sejam menunggu, dipanggil dokter muda. Di kamar sebelah, ada dokter senior. Si dokter muda baru saja menggantikan peran ayahnya, dokter senior yang sekarang ini sakit parah dan segera pensiun. Indah ya, kalau lihat ada anak yang bisa meneruskan apa yang dilakukan orang tuanya. Banyak kan, anak yang memiliki jalur berbeda dengan orang tuanya. Tidak melulu bapak atau ibunya dokter, anaknya jadi dokter dan seterusnya.

“Apanya yang sakit?“ Dokter berkaos oblong dan bercelana jeans itu bertanya pada anak. Kaos kaki tampak trendi di antara sandal yang dipakai.

“Sakit perut,“ sambil malu-malu anak menjawab mbak dokter. Ia disuruh merebah di kasur periksa. Lembaran tisu kertas panjang ditarik dokter, untuk bagian kaki, ada karpet untuk sepatu yang ia kenakan. Tidak perlu dicopot. Baju ditarik ke atas. Perut dipencet-pencet, diketuk-ketuk. Ia ditanya mana yang sakit.

Setelah selesai disuruh turun dari kasur periksa dan duduk di kursi dekat meja dokter. Dokter menuliskan sesuatu pada kertas dokumen pasien.

“Tidak dikasih resep, dok?“ Dahi saya berkernyit. Dulu bapaknya suka kasih resep obat yang mirip ragi untuk diare. Ini mah enggaaaak.

Obat diare alami rekomendasi dokter Jerman

“Tidak. Coba dulu dengan parutan apel, Zwieback, pisang, Salzstängele....“ Saya mengangguk dan segera pulang ke rumah. Horeee ... nggak pergi ke apotik di kota sebelah.

Dipikir-pikir, betul juga ya? Obat kimia memang bisa saja menyembuhkan tetapi jika obat alami bisa ditempuh, mengapa tidak? Selain tidak ada efek samping, juga rasanya lebih enak. Tahu sendiri kan, obat biasanya pahit dan bikin muntah. Mana ada anak suka obat?

Eh, beda kalau sama yang ini. Obat alami apa saja tadi yang direkomendasikan dokter Jerman itu?

1. Der geriebene Apfel

Take an apel a day keeps the doctor away, dalam bahasa Jerman Ein Apfel am Tag hält den Doktor nicht fernatau bahasa kita: satu apel sehari, dokterpun pergi. Mengapa apel? Karena kandungan pektin membuat BAB menjadi menggumpal, tidak encer lagi.

Apel sendiri sangat mudah dan murah ditemukan di Jerman. Tak jarang di desa-desa, banyak orang punya pohon apel sendiri. Konsumsi apel dari kebun sendiri. Tak heran jika dokter menyarankan geriebe Apfel, parutan apel. 

Barangkali jadi mudah dicerna dan senyawa pektin dari sari buahnya bekerja efektif untuk menyatukan ampas makanan di dalam perut dan menetralisir perut yang acak adut dari bakteri. Ini paling mudah diberikan pada anak sebagai obat diare. Selain apel sudah tak asing dalam kehidupan manusia, rasa apel manis.

Harga: 1,79 €/kg.

Zwieback (dok.Gana)
Zwieback (dok.Gana)
2. Der Zwieback

Roti yang sudah dikenal orang Eropa sejak abad 17 itu memang tahan lama karena mengalami dua kali proses pemanggangan. Roti kering yang bentuknya seperti roti toast itu ukurannya lebih kecil. Dalam perkembangannya, Zwieback ada yang dilapisi coklat, parutan kelapa dan lainnya. Di Indonesia, sepertinya ada yang mirip tapi manis karena ditaburi gula. Namanya apa ya, lupa...

Oh, ya. Hati-hati, Zwieback Jerman itu sangat keras. Jika gigi rapuh, bisa tanggal kalian punya gigi! Auwa! Oh, no... jangan takut, Zwieback ini sangat menolong manusia yang kena mencret. Roti kering itu mudah dicerna perut sepertihalnya apel. Saking keras dan mampu bertahan di dalam perut, Zwieback akan bisa menyetop mencret.

Harga: 1 pak isi 10 = 1,50€.

3. Der Banana

Pisang tak hanya favorit kawanan monyet tapi juga manusia. Biasa dikunyah saat makan pagi atau, sebagai pencuci mulut, kan. Nggak salah kalau di rumah tangga di dunia ini, selalu tersedia. Harganya pun murah. Pisang yang memiliki kandungan kalium, vitamin dan tryptophan (pendukung hormon bahagia, Serotonin) itu akan menghentikan mencret.

Untungnya, meski pisang di Jerman (impor dari Afrika, Spanyol atau Maroko) itu tidak manis seperti pisang Indonesia, anak-anak tetap suka. Mereka semakin suka jika pisang yang dikonsumsi berupa jus. Tak perlu dikunyah langsung “glek“.

Harga: 1,29€/kg.

Salztängele (dok.Gana)
Salztängele (dok.Gana)
Dengan wijen (dok.Gana)
Dengan wijen (dok.Gana)
4. Die Salzstangen

Snack ini murah dan mudah didapat di hampir semua toko retail di Jerman. Bentuknya panjang seperti stik, berwarna coklat dan ditaburi dengan garam kasar. Ada juga yang ditaburi wijen tapi yang disarankan dokter untuk menghentikan mencret adalah Salztängele, der Salzstangen yang asin. Garam punya kandungan natrium.

Pastinya ini gampang dirujuk pada anak karena waktu sehat saja suka untuk dimakan sebagai camilan.

Harga 0,45€/kantong.

5. Das Schwarztee

Teh hitam. Ini sudah tak asing lagi bagi orang Indonesia. Eit, jangan salah, tidak boleh pakai gula. Diharapkan teh hitam yang dicelup kurang lebih 5 menit akan mampu menenangkan perut yang bermasalah hingga keluar mencret. Gula  mudah mengundang bakteri!

Huh! Sayang, anak-anak kami tidak menyukainya karena rasanya tidak enak. Padahal yang saya berikan adalah teh melati asli dari Indonesia. Memang tanpa gula, rasanya beda.

Harga:0,49/20kantung.

Camila (dok.Gana)
Camila (dok.Gana)
Fenchel (dok.Gana)
Fenchel (dok.Gana)
6. Das Kamilentee und co.

Kamilentee atau teh dari bunga Camila ini saya pikir mirip jamu. Ingat jamu godong kates, jamu brotowali dan jamu lainnya? Tak ayal paitan itu fungsinya menenangkan perut.

Bunga Chamomila ini banyak terdapat di Eropa, bahkan menyebar sampai Asia. Sayang, saya belum pernah lihat di Indonesia.

OK. Obat diare ini tidak disukai anak saya. Untuk yang tidak begitu suka bau atau rasanya seperti saya, bisa dicampur madu.

Teh jamu Jerman lainnya adalah Pfefferminttee dan Fencheltee. Ketiganya memang jamu tradisional Jerman. Banyak ibu rumah tangga yang menanamnya di kebun. Apotik hidup.

Harga: 0,49€/20 kantong.

***

Aiiiih ... senangnya, semua Lebenmittel, barang kebutuhan rumah tangga itu selalu ada di gudang makanan kami. Biar tidak lupa Jowo-nya, anak-anak saya beri minuman air kelapa dari kaleng beli di Asia shop sama temu lawak dari serbuk yang dibawa waktu kemarin dulu pulang. Air kelapa untuk membersihkan perut. Waktu kecil, saya ingat bahwa temu lawak biasa diminum bapak jika perutnya kembung atau sakit.

Selain 7 obat alami dari dokter Jerman, suami saya kasih tambahan, sup wortel dan satu lagi ... minum cola! Halahhh ... yang terakhir junk drink kannnn. Kalau bisa, dihindari, tidak direkomendasikan kepada anak-anak, ndak tuman. Biar mereka tidak ketagihan minum cola setelah sembuh dari mencret. 

Karena rasanya manis, kandungan gulanya pasti over dosis banget. Bahaya! Mereka masih anak-anak, tidak boleh obesitas. Jadi, sebaiknya tidak dibiasakan minum yang tidak sehat. Minum banyak air putih lebih baik (apalagi kalau lagi diare, yang kekurangan cairan). Setuju-tidak setuju, dikumpulkan.

Yuhuu, akhirnya ... alhamdulillah ... seminggu minum obat alami, anak sudah sembuh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun