Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hari Pasar Rakyat Nasional? Mengapa Tidak?

27 Januari 2017   22:54 Diperbarui: 27 Januari 2017   23:45 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai Donau/Danube (dok.Gana)

Saya pernah membaca sebuah skripsi, sebuah hasil studi di pasar Manado tahun 2005. Di sana disebutkan bahwa jika pasar tradisional di sana tidak direvitalisasi akan tergilas jaman dan kalah dengan mal. Saya kurang yakin itu akan terjadi tahun 2017 ini. Meski belum ada studi teranyar, tetap saja saya ingin menyangkal kenyataan bahwa kehadiran mal akan mematikan pasar rakyat.

Sebagai gambarannya, di Semarang. Sekitar tahun 1994, pasar Raya Sri Ratu berdiri berdampingan dengan pasar Peterongan. Banyak orang khawatir, mereka mengatakan “Wah, kalau semua orang belanja ke PRSR, pasar Peterongan akan tutup.“ Bulan Oktober 2016 kemarin, saya pulang. Melihat kenyataan bahwa justru PRSR tutup dan pasar Peterongan masih seperti dulu. Bagaimana?

Nah, makanya jika Jerman mampu menyelenggarakan dan menghidupkan keduanya (pasar rakyat dan swalayan/mal), masyarakat Indonesia yang lebih tradisional, berpopulasi banyak dan berpotensi sebagai pelaku ekonomi juga harus lebih bisa. Ya, kita bisa!

Hari pasar rakyat di Indonesia? Mengapa tidak?

Berangkat dari gambaran pasar rakyat Tuttlingen, yang mirip dengan pasar rakyat di daerah lainnya di Jerman (Hamburg, Bremen, München, Stuttgart), saya menyambut baik ide lahirnya hari pasar rakyat nasional di Indonesia.

Sebelumnya, tentu berharap bahwa selama revitalisasi sekitar 5000 pasar di tanah air seperti proyek pak Jokowi, akan terlihat banyak perubahan yang berarti dan meniru yang baik dari pasar rakyat Jerman yang bersih, teratur, rapi, sehat, kering dan tidak bau. Tak ayal pasar rakyat idaman akan menjadi milik Indonesia. Mengapa tidak? Jika ada solusi dari pengembangan pasar di tanah air, tak perlu mencari kesalahan dari gagasan brilian yang mampu membawa Indonesia dalam kemajuan dan mengingatkannya pada hari H itu.

Hari yang diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta dan bangga masyarakat terhadap keberadaan dan esensi pasar rakyat, jauh dari euforia “swalayan/mal lebih hebat dari pasar rakyat“, merefleksikan eksistensi pasar rakyat sebagai simbol kehidupan dan peradaban masyarakat Indonesia. Hari yang sangat menarik dan bisa diperingati serentak dari Sabang sampai Merauke, dengan festival pasar rakyat di daerah-daerah, lomba pasar rakyat terbaik/terbersih/tersehat, lomba foto candid camera di pasar, sidak pasar oleh pejabat tak hanya pra pemilihan dan sejenisnya.

Hari pasar rakyat nasional akan bisa menghilangkan lupa, sifat manusia yang manusiawi dan mengingatkan keberadaan pasar rakyat dalam kehidupan itu teramat penting.

Dengan melibatkan para pelaku pasar rakyat dari masyarakat, pejabat teras, generasi muda dan pihak yang berkepentingan, beragam kegiatan pada hari pasar rakyat itu saya yakin akan mampu mengundang wisawatan dan gairah para pelaku pasar rakyat sendiri. Siapa tahu, semakin banyak orang yang akan merindukan  pasar rakyat seperti orang Jerman. 

Yang tradisional, belum tentu jadul. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun