Asyik kalau dibangunkan dengan cinta pakai peluk cium atau... dengan antusiastik. Contohnya, tradisi dibangunkannya Kischtämännle!
Jumat. Bangun dan sarapan pagi, bergegas kami rapi-rapi rumah dan menuju reruntuhan puri Honberg di Tuttlingen. Karena takut tak dapat tempat parkir dan biar tidak terlambat, kami pergi dari rumah satu jam sebelumnya, pukul 14.00. Acara baru dimulai pukul 15.00. Udara di luar? Pagi-pagi, - 12 derajat C. Begitu agak siang, lumayan, sudah turun jadi - 7 derajat. Brrrrrrrrr..... Badan sudah dipak brukut-tertutup rapat dan tebal. Mulai dari kepala sampai ujung kaki! Duh, mau-maunya? Iya dong, semangat karena ini hanya ada setahun sekali dan beberapa menit saja acaranya.
Siapa Kischtämännle?
Itu adalah tokoh tunggal (tokoh lainnya biasanya berganda/banyak) dan tokoh utama karnaval Fastnacht di Tuttlingen, Kiste-Männle (dasKischtämännle, dalam dialek Scwabischdi kawasan Blackforest). Kalau tidak salah itu berasal dari kata derKiste (kotak), dasMann (orang), -le seperti pada penggunaan –chen (ungkapan penyangatan untuk menyebut kata benda berbentuk kecil aka imut, contoh kata lainnya Schätzle/Schätzchen, Mädle/Mädchen ...).
Manusia yang mengalami Winterschlaf (tidur di musim dingin) itu tanpa topeng seperti layaknya tokoh karnaval pada umumnya, bermantel merah dengan ikat tali putih, bercelana putih, bertopi putih berbahan felt (mirip flanel) dan berjanggut putih nan penuh mirip Santa.
Diceritakan bahwa Kischtämännle bersembunyi di reruntuhan puri Honberg dan memiliki sebuah kotak berisi Tale (mata uang jaman raja-raja), yang akan dibagikan kepada masyarakat.
Karnaval Fastnacht atau Fasnet atau disebut juga Fasching, memang sudah dimulai sejak tanggal 11.11 pukul 11.11. Bulan Desember lebih banyak dihiasi perayaan advent dan natal. Makanya, Januari ini merupakan puncak dari pelaksanaan karnaval sampai Aschermittwoch nanti (sekitar bulan Maret awal) di Jerman, khususnya di daerah tempat kami tinggal.
Tanggal 6 Januari yang bertepatan dengan hari tiga raja, dipilih sebagai saat yang tepat membangunkan sang tokoh. Orang-orang sudah memenuhi halaman dalam puri yang tinggal dua menara dan sekeliling dinding saja itu. Tepat pukul 15.00. Tipikal orang Jerman yang tepat waktu. Panitia memulai acara. Ada pidato.
Kischtämännle dibangunkan oleh teriakan panitia (anggota klub karnaval, Narrenverein) “Kischtä ...“ dan disambut teriakan para hadirin “ ... männle....“
Teriakan diulang berkali-kali, sampai jendela salah satu menara reruntuhan puri dibuka oleh Kischtämännle yang terbangun dari tidur panjangnya. Nah, yang tidur tidak hanya putri salju saja. Kischtämännle juga tertidur panjang, kan?
Menit demi menit berlalu. Perbincangan menarik antara ketua panitia dan Kischtämännle amat menarik untuk disimak. Antara lain menanyakan program klub dan apa saja yang sudah terlewatkan selama ia tertidur. Der frühe Vogel fängt den Wurm. Orang yang bangun pagi, banyak rejeki. Haha.
“Aku sudah bangun tapi aku akan tidur lagi dan ketemu lagi empat minggu lagi ...“ Ujarnya.
Kischtämännlesegera menyebarkan Tale kepada anak-anak. Karena mata uang jaman jadul itu sudah tidak beredar atau tidak berlaku lagi di Jerman, yang disebar dari atas menara ke serakan salju di tanah depan kami adalah coklat berbentuk uang euro dengan bungkus emas.
Yuhuuu.... Segera anak-anak menyerbu tanah bersalju itu untuk menemukan kepingan emas yang dilempar. Anak ragil dapat 6 keping, sementara banyak anak yang tidak dapat dan mlongo. Ah, kamu beruntung, nduk ....
Ya. Empat minggu, tanggal 4 Februari 2017 pukul 19.00 nanti, Kischtämännle akan hadir di sebuah balai kota Tuttlingen. Menemui semua anggota klub Narrenverein untuk merayakan Fastnacht.
Tradisi dibangunkannya Kischtämännle itu selalu diadakan di puri Honberg, Tuttlingen, Baden-Württemberg, Jerman. Puri yang berdiri sejak 1376, pernah dimiliki bangsawan bernama Graf Eberhard. Jadi ingat, waktu saya naik balon gas, dibaptis klub dengan anugerah nama "Gana, Grafin von Maisentäle“ atau “Gana, bangsawan dari lembah Jagung“. Lembah jagung itu, tempat saya mendarat dengan balon gas.
Kembali lagi ke puri. Sedih sekali puri tidak dalam kondisi prima. Mengharap bahwa pemerintah melakukan rekonstruksi total, agar bisa dinikmati seperti puri-puri indah di Jerman lainnya. Untuk itu, pasti tak hanya butuh dana tapi niat dan keinginan yang kuat serta dukungan banyak pihak. Pada tahun 1800-an menara pernah direkonstruksi.
Puri mengalami puncak kerusakan pada perang 30 tahun atau di Jerman disebut Dreizigjähriger Krieg tahun 1600-an. Pernah juga diduduki kolonial Perancis. Sekarang, puri biasa dijadikan tempat untuk festival musik tahunan Honberg, mendatangkan artis dan grup band EU.
Menaiki bukit untuk sampai ke puri juga biasa dijadikan kegiatan wisata masyarakat setempat pada musim panas. Asyik, memandangi Tuttlingen dari atas. Tertarik untuk ke sana? Musim panas masih jauh. Kejar! Jangan lupa bawa buku "Exploring Germany".(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H