Keunggulannya bisa membuat video HD dan foto dengan kualitas jernih. Temen-temen yang suka intip youtube akun saya, kadang tidak percaya kalau film yang dilihat adalah hasil dari kamera film bukan kamera khusus video. Kartu yang saya pakai SDHC kelas 10 yang 16 GB dan 32 GB. Kartu yang salah akan mempengaruhi kualitas video, terputus-putus. Kamera bisa disetting otomatis, tinggal diletakkan di tempat yang tepat, dipencet lalu berlari. Ini penting, jika tidak ada orang yang dimintai tolong untuk mengambil gambar.
Kelemahan bawa kamera ini, selain berat, tidak bisa bebas. Tangan saya biasa diganduli dua anak gadis, belum lagi tangan suami yang suka menunggu gandengan. Huh, mau ambil gambar jadi tidak mudah. Harus buka sarung tasnya, membuka tutup lensa, membidik lalu memencet tombol klik. Tangan yang lain dipegangi orang.
Nah, untuk melengkapi kamera, jangan lupa alat pembersih. I discovery cleaning kit seharga 99.000 juga tersedia di Electronic City. Barangkali saja kamera kena debu atau pasir bahkan serpihan dedaunan selama traveling dan harus segera dienyahkan sebelum terjadi hal yang fatal.
Kamera Canon EOS500 sudah lama jadi menurut saya pasti tidak ada stok di Electronic City. Jangan khawatir, Electronic city menawarkan beragam jenis dan merk kamera baru. Begitu pula Canon. Waktu bapak saya ultah, saya haturi kado canon digital still camera black PSSX420IS, yang di Electronic City seharga 2.599.000. Hasilnya bagus, kok. Lebih ringan dari kamera lama saya itu karena lebih kecil ukurannya.
Karena kamera DSLR biasanya mahal, saya bawa tas khususnya sebagai pelindung. Ada orang yang memilih tas kamera besar, saya pilih yang kecil model segitiga saja. Itu pun yang bisa dicuci, bahannya ramah dan aman mesin cuci dengan panas maksimal 30 derajat C. Bagaimana dengan milik Kompasianer?
Smartphone pertama yang pernah saya pegang adalah XDA harga 8 jutaan. Teknologi dan touchscreen dengan pensilnya lucu, mengungguli joystick Nokia yang pernah marak kala itu. XDA jadi teman traveling juga. Kalau melihat hasil gambarnya di folder lama, tentu sangat beda dengan gambar yang diambil Iphone 4S atau 6S. Generasinya beda. Sekarang saya sudah puas dengan teknologi Iphone 6S, eeee....manyun gara-gara rilis Iphone7 dengan dobel kamera depan dan belakang, membuat hasil foto lebih jos dari kamera EOS punya saya. Jernih dan tajam! Luar biasa. Belum lagi suara stereonya dan ...tahan air! Wow.
Bagaimanapun, harus bersyukur punya smartphone daripada tidak ada. Saya masih temukan nilai praktis selama menggunakan Iphone 6S dalam perjalanan. Foto- foto bisa segera saya upload di semua media sosial seperti facebook, twitter dan instagram. Sayangnya untuk melengkapi postingan artikel di Kompasiana, harus dikecilkan dulu ukurannya biar bisa diterima. Sedangkan untuk menulis review di blog wisata dunia seperti Tripadvisor, gambar yang berkualitas dari kamera smartphone itu bisa diupload langsung sebagai pelengkap.
Kamera Iphone 6S juga asyik buat wefie, sayangnya selalu saja lupa bawa Tongfish! Akibatnya tangan yang diangkat tinggi-tinggi dan terlalu lama, sering kram karena berusaha ambil gambar sebatalyon. Sambil pasang aksi, satu tangan pegang HP, tangan lain memencet tombol klik. Kalau tidak kuat pegangannya, gambar bisa goyang. Pakai tongkat lebih stabil.
Kerepotan lainnya adalah, meski bisa memanggil siri untuk membuka kamera tetap saja harus ada prosesi memencet HP dan suasana ramai akan membuat Siri tidak melakukan perintah kita. Terlalu banyak suara! Siri tak mampu mendeteksi dan tak mau melaksanakan perintah.
Sekedar info bagi yang tetap tertarik dengan smartphone Apple sejenis, ada Iphone 6, saya intip di Electronic City online ada stok 16GB, warna abu-abu dan dibandrol Rp 9.399.000,00. Yang belum, silakan mencoba.
3. Tablet