Jerman sudah mulai dingin. Maklum, masuk musim winter di mana salju bisa saja turun meski global warming melanda dunia. Bahkan di musim gugur kemarin, salju sudah turun duluan di beberapa tempat di Jerman. Aneh tapi nyata.
Baju mulai dirapatkan, ditebalkan supaya badan terasa nyaman. Orang Jerman bilang, "Es gibt kein schlechtem Wetter sondern falsche Kleidung." Jerman yang memiliki empat musim, ada musim dinginnya, yang sebaiknya tidak dijuluki sebagai cuaca buruk tapi orang sebaiknya memperhatikan betul pakaian yang dikenakan. Jangan sampai salah kostum atau batuk, pilek dan panas akan mendera. Kalau dipikir, bener juga kannnn.
Nah, akhir bulan November ini, masyarakat Jerman sudah mulai heboh:
- Sudah beli hadiah natal belum?
- Natalan mau ke mana?
- Keluarga ngumpul di mana nanti? Anak-anak datang kan?
- Nanti masak apa pada malam natal tanggal 24 Desember?
- Sama keluarga mau skiurlaub, liburan main ski di mana? Swiss? Austria?
Dan entah apalagi rentetan pertanyaan yang bisa saja dilontarkan orang. Natalan jadi seperti lebaran bagi masyarakat Jerman yang multikulti, campuran beragam etnis. Mayoritas memang beragama Katholik, agama dan keyakinan lain juga ada dan ikut mewarnai acara.
Seiring dengan hal itu, di mana-mana sudah digelar Weihnachtsmarkt mulai minggu ini. Pasar natal dengan kelap-kelip lampu di sana-sini. Jualan kastanien (biji kastanye yang digongso), glühwein (anggur hangat) atau punsch, dekorasi Natal, hasil rajutan dari kepala sampai kaki, sosis, dan ah, banyak deh.
Hanya ada setahun sekali. Memperhatikannya saja sudah merasa senang, apalagi berjalan-jalan di sekitarnya dan menikmati apa yang ada di sana bersama teman, keluarga atau orang terdekat. Lupa sudah sama dingin yang menggigit kulit. Barangkali juga sudah lupa pula kalau akhir tahun masih juga nggak punya duit. Intinya, ceria bersama sanak keluarga dan orang banyak. Jarang-jarang lagiii.
Hmm...Tambah seru lagi karena pameran
Adven sudah mendahului pasar Natal di seluruh penjuru Jerman. Menurut pengamatan dan pengalaman, Adven ditandai dengan penyulutan lilin pertama pada
Adventkranz, lingkaran krans berisi empat lilin yang disulut satu persatu tiap hari minggu;
Adventsonntag pertama, kedua, ketiga dan keempat sampai menjelang natalan tanggal 24 Desember.
Biasanya lilin yang sudah dinyalakan akan menemani keluarga saat makan bersama. Karena lilin pertama disulut lebih awal, adakalanya lilin memiliki ketinggian lebih dari lilin keempat, yang dinyalakan berdekatan dengan Natal.
Makanya, ada kebiasaan yang dilakukan anak-anak Jerman, melafalkan sajak Adven;
"Advent, Advent, (Adven-adven)
Ein Lichtlein brennt (satu lilin menyala)
Erst eins, dann zwei, (pertama-tama satu, lalu dua)
Dann drei, dann vier, (disusul ketiga dan keempat)
Dann steht das Christkind vor der Tür." (Akhirnya, Anak Yesus pemberi hadiah sudah datang).
Anak-anak juga sudah ribut untuk membuka Adventskalender, kalender dengan 24 pintu yang dibuka sejak tanggal satu Desember sampai 24 Desember. Belum lagi kesibukan membuat
Plätzchen, kek natal dengan figur lucu seperti kijang, pohon cemara, santa, bunga es, bintang, malaikat dan sebagainya. Keik berasa manis dan dihiasi dengan meses coklat, meses warna-warni, kacang-kacangan, selai dan lainnya. Kudapan yang tak pernah dilewatkan keluarga Jerman. Bahan dasarnya murah dan mudah; tepung terigu, telur dan gula pasir. Bahan yang biasa disimpan orang Jerman di
Speisekammer, gudang makanan.
Nah, bersamaan dengan semarak pasar natal, pameran Adven digelar di sana-sini. Salah satunya di dekat rumah kami. Pastinya tak boleh dilewatkan, selain bertemu dengan banyak orang, juga melihat yang indah-indah! Bayangkan saja, memasuki rumah petani yang punya
ranch kuda itu, mata dimanjakan dengan dominasi warna merah dan emas. Warna khas natal. Meski ada juga warna
genjreng macam oranye dan hijau, sebagai alternatif.
Sungguh kreatif sekali para petani yang membuat dekorasi natal untuk rumah, kantor atau bisa jadi untuk pabrik itu. Harganya juga tidak terlalu mahal untuk ukuran handmade, buatan sendiri yang unik bukan pabrikan. Misalnya, Adventskranz seharga 25€.
Bahan yang digunakan pun juga alami. Misalnya dari ranting, kayu, daun dan buah-buahan, bahkan barang bekas di rumah yang bisa saja justru dianggap sampah bagi sebagian orang. Wah, kadang tak terpikirkan untuk menyimpan dan memanfaatkannya.
Tertarik? Silakan membuat sendiri, berkreasi di rumah dengan inspirasi pameran Adven di Jerman ini. Have fun! (G76).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Sosbud Selengkapnya