Indonesia. Wow. Negeri ini adalah tujuan yang paling sering saya impikan! Keliling luar negeri memang asyik tapi pulang kampung selalu menjadi hal yang menakjubkan dan menyenangkan. Sumpah!
Tak terasa sudah seminggu pulang ke Jerman. Heraaan, dua minggu di Indonesia dengan jadwal padat merayap, tidak sakit. Kok, bisa? Alhamdulillah yaaaa, kalau hati senang dan pikiran tenang, semua bakteri, virus, kuman bablasssss. Banyak acara, banyak teman, banyak makanan, banyak cerita.
Bayangkan saja. Dalam 17 hari (2 hari di antaranya habis dalam perjalanan pesawat lintas kontinen), ada satu wedding party, 5 kali talkshows, 2 kali workshops, satu parade melukis, dua hari menyelenggarakan pameran foto, tiga kali ikut siaran radio dan kunjungan keluarga. Uhukk. Karena ganti-ganti kota, mulai dari Jakarta, Semarang, Yogya, Surabaya dan Jepara, pastinya badan pontang-panting ke sana-ke mari. Otot kawat, deh. Memburu waktu yang tak panjang.
Tanda Jasa Pertama
Adalah Yunan Fathur Rahman. Dosen bahasa Jerman di UNESA, Universitas Negeri Surabaya itu sudah saya kenal sejak 2011 di Kompasiana. Aha! Bukan 2013.
Dalam akunnya, ia memiliki profil “Seorang laki-laki yang beruntung. Beruntung karena kenal kamu, dia dan juga mereka.“
Artikelnya tidak banyak hanya 13 dengan 1 jadi highlight. Berharap dia menulis lebih rajin lagi setelah bertemu di Surabaya tempo hari. Jangan ngajar, cari duit teruuus.
Eh. Bertemu di Surabaya? Iya. Saya datang ke Surabaya karenanya. Awalnya, ia selalu mengikuti tulisan-tulisan saya yang mayoritas berisi tentang Jerman, negeri tumpangan yang beberapa bulan lagi masuk tahun ke sebelas. Bahkan tidak hanya itu, ia mengajak mahasiswanya untuk ikut membaca artikel saya. Rujukan mahasiswa yang belajar bahasa Jerman, untuk menambah pengetahuan tentang realita kehidupan di Jerman.
Hmm. Tahun 2016 memang tidak ada rencana ke Indonesia. Tiba-tiba karena diundang nikahan di Jakarta oleh seorang Kompasianer, saya berniat untuk mengunjungi UNESA. Saya hubungi dik Yunan. Menanyakan apakah boleh saya membedah buku “Exploring Germany“ di kampus mereka. Bukankah ini menarik untuk mahasiswa yang belajar bahasa Jerman?
Jawabannya ... “IYA“. Setelah dihubungkan dengan pak Suwarno (selaku kajur), yang pernah blusukan di Papua, dik Yunan mengatur semuanya. Luar biasa. Gerak cepat sekali. Mulai dari menghimpun mahasiswa mengatur acara, mencari peserta, menyiapkan powerpoint membedah buku saya dan masih banyak lagi.
Yup, satu hari sebelum hari H, saya datang ke Surabaya. Pesawat menerbangkan saya ke sana, beberapa jam setelah saya mengisi workshop menulis dan membedah buku saya “Exploring Germany“ bersama 50 orang pustakawan dan mahasiswa di Perpustakaan Daerah Jawa Tengah di Jl. Sriwijaya No. 29 Semarang, dekat Ngesti Pendhowo.