Pelajaran segera saya mulai. Ada salah satu anak yang tidak mau mengikuti. Kata bu Tri, sudah biasa. Ia diletakkan di pojok dekat lemari agar tidak mengganggu acara. Ah, kasihan kamu, ndhuk.
Kehadiran saya tidak hanya berbagi ilmu dan berbagi mainan dan souvenir tapi juga keberanian. Caranya? Saya minta satu persatu maju untuk tampil. Ibaratnya pentas panggung, boleh nyanyi, boleh nari, boleh hafalan angka atau apa. Intinya, mau maju dan menunjukkan bakat minatnya. Pemupukan talenta harus dimulai sejak dini, saya percaya itu.
Kapan Fasilitas Pemerintah Untuk Anak SLB Ditambah?
Sepulang mengajar, saya bertemu dengan seorang ibu dengan anak TKLB. Anak itu nggak pakai sepatu. Katanya bandel, tidak mau. Padahal ya ampun, sudah pakai payung tetap saja panas sekali. Mana angkutan Daihatsu yang saya tunggu di depan SD Supriyadi menuju Johar tidak juga tiba.
Kata si ibu, rumahnya jauh. Ia harus dua kali naik angkot. Bisa dihitung berapa yang harus ia keluarkan untuk antar jemput anak. Kalau sedang tidak ada duit, terpaksa harus menunggu dari pagi sampai siang di teras sekolah. Tahu kann rasanya nunggu lamaaaaa? Buang waktu percuma...
Kalau di Jerman, anak-anak SLB mendapat perhatian khusus. Selain ada sekolah khusus, ada antar jemput sekolah khusus, uang/dana sokongan dari pemerintah untuk mengganti segala piranti atau peralatan yang dibutuhkan dalam hidup (misalnya tempat tidur khusus, mobil khusus dan semuanya yang mempermudah hidup karena keterbatasan fisik tadi).
Tidak ada orang tua yang ingin melahirkan anak luar biasa, kalau diberi karunia seperti itu pasti berat bukan. Tambah berat kalau periuk rumah tangga tidak sebesar kebutuhan yang harus dipunyai anak luar biasa.
Ke depan, saya berharap kesejahteraan anak-anak SLB di nusantara ditingkatkan. Itu bagian sosial ya ... saya hanya usul. Boleh ya Pak, Bu ....
Itu belum seberapa, beberapa SLB tidak memiliki fasilitas yang mendukung, gedung banyak yang tidak terawat, kelas yang kurang memenuhi syarat kesehatan (ada jamur, kotor, pengap, tidak ada ventilasi). Sudah jadi anak luar biasa saja sudah susah, tambah susah dengan keadaan yang dihadapi di luar rumah. Prihatin.
Bergabunglah Berbagi Bersama SLB Widya Bhakti
Baiklah, karena saya mendadak bisa pulang ke tanah air. Segera saya rancang jadwal. Salah satunya, berbagi dengan anak-anak SLB itu. Bagi Kompasianer Semarang dan sekitarnya yang berminat, boleh bergabung bersama saya pada: