Yang ketiga, untuk buku “Exploring Germany“. Buku yang saya mintakan kata pengantar ke KBRI itu nyatanya bertepuk sebelah tangan. Ditunggu-tunggu tak ada jawaban. Ah, nasib.... Sedih? Pastiiiii. Positifnya, kesedihan itu tak boleh berlarut-larut karena ada hari esok yang lebih cerah.... uhuk!
Nah, yang terakhir ... dari awal saya sudah cerita; barusan dapat kata pengantar dari ibu Wening Esthyprobo Fatandari. Ibu duta besar luar biasa dan berkuasa penuh RI untuk Hongaria itu memberikan respon yang cepat atas permintaan saya. Hanya dalam hitungan jari. Kiriman berisi satu bundel dokumen lewat fax, yakni; surat permohonan, cover buku, daftar isi dan profil penulis, dijawab.
Mengapa beliau? Awalnya, saya sudah meminta duta besar Hungaria untuk RI di Jakarta tapi tidak dibalas. Jadi patah arang setelah mengirim email dan telepon tapi kata pengantar tak kunjung dikabulkan? Lamaaa sekali, oh, tidaaaaak. Saya maju terus. Betul, Gusti Allah ora sare.
Nggak dapet dari duta besar Hongaria untuk Indonesia, dapat dari duta besar RI untuk Hongaria. Malah pas karena ibu Wening cerita kalau beliau juga suka blusukan, pastinya tahu banyak tentang daerah, adat istiadat dan budaya serta bahasa yang saya beberkan di dalam buku. Klop dan mantab. Terima kasih, ibu dubes.
***
Semoga dengan tulisan ini, akan menginspirasi penulis pemula di Kompasiana seperti saya. Dengan kekuatan kata pengantar, inshaallah akan memberi semangat dan inspirasi tak hanya kepada penulis juga pembaca semuanya.
Nggak percaya? Coba sajaaaaa. Nyok-nyok-nyokkkk.(G76).
PS: Jangan biarkan siapapun mematahkan semangat dan impianmu! Just do it yourself and see what’ll be happened.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H