Lagian, buku yang biasanya dibeli atau dapatnya susah (dari kompetisi), membacanya jadi lebih semangat dan seru. Ada nilai upaya di sana. Kalau diberi atau gratisan, belum tentu seperti itu. Toh, dapatnya mudah. Kadang untuk mendapatkan buku gratis tidak banyak perjuangannya seperti kalau beli, betul?
Beda kali ya, kalau misalnya seorang penulis membuat acara give away lewat kuis atau lomba nulis atau selfie dengan buku penulis itu kek. Memang sengaja sang penulis bagi-bagi gratis. Serbu ajaaaaa ...
Ok, deh, jangan dibiasakan minta gratisan buku dari penulis. Weleehhhh, kayak nggak ingat. Usai menulis endorsement singkat untuk buku pak Taufik yang tentang masjid di seluruh dunia itu, saya dijanjikan buku gratisan satu buat ngganti endorsement. Lain waktu, begitu ditawari beli, nagih yang gratis. Ah, maunyaaaa saya inih .... Bayangin dibalang sandal dari masjid. Kalau gratisan, penulis kapan kayanya, ya?
Penulis buku bisa kaya review
Biasanya, buku yang sudah selesai saya baca akan saya review di Kompasiana. Sependek atau sejelek apapun tulisan review saya itu, saya yakin akan menyenangkan penulisnya. Itu juga membantu orang lain/calon pembeli untuk menimbang beli buku yang ditulis atau tidak.
Rekomendasi plus minus. Bayangkan kalau kita sendiri yang jadi penulis, ketika nama kita muncul di search engine, tertulis review tentang buku kita yang ditulis orang lain. Happy kwadrat kaaaann.
Manfaat dari review nggak hanya menghargai penulis tapi juga memberikan masukan apa yang bagus dan perlu diteruskan atau yang harus diubah karena nggak memuaskan pembaca.
Saya yakin dengan banyaknya review yang ditulis para pembaca, seorang penulis memang tidak kaya uang tapi kaya (akan) reputasi atas tulisan-tulisannya dan personal branding-nya jadi kuat. Orang jadi tahu sejauh mana kapasitas penulis, genrenya apa, hikmah apa yang bisa dipetik dan lain-lain, tentu lewat kacamata penikmat hasil karyanya.
Sekarang, kalau sudah tahu resiko; tidak semua penulis buku itu belum tentu kaya, masih tetap mau jadi penulis buku? Kaya nggak kaya, teruslah menulis. Yang penting happy dan itu passion Kompasianer. Eh, naskahmu sudah sampai di bab berapa? Atau ... aduh, belum dimulai? Ayo, sekarang saatnya! Salam sukses pakai telor, ya!!!(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H