Waduh susahhh. Suka cepet marah kalau suami dan anak-anak nggak bener.... gimana nih. Harus latihan lagi. Tarik nafassss ... semburrrrr!
3. Bersyukur dan tidak boleh gampang iri
Banyak kawan-kawan di Jerman yang langganan atau sering mudik ke tanah air. Suami saya bilang, “Nggak boleh egois dong. Maunya pulang terus. Kalau kamu ke Indonesia sendirian pun, masih lebih murah kita berlima liburan ke Eropa atau keliling Jerman. Ingat, berlima!“ Hahaha ... betul juga. Begitu kebagian itung duit yang dipakai liburan kemaren, jadi tahu. Home is where the heart is.
Dari situ, selalu bersyukur lah, bisa pulang kalau ada rejeki lebih, meski jaraknya lama. Nggak mesti tiap tahun. Sejak tahun 2006 tinggal di Jerman baru pulang tahun 2009, 2010, 2013, 2015. Intervalnya 1-3 tahun. Sudah bagus, nggak boleh iri. Ada kok yang sudah lama di Jerman nggak bisa atau belum sekalipun pulang ke tanah air. Enjoy.
Kadang manusia memang lupa atau kurang pandai bersyukur, suka membandingkan apa yang diperoleh orang lain dan seterusnya. Manusiawi sih ... tapi kalau nggak pernah puas kapan tenangnya ya ...
4. Asah Empati
Menulis di media sosial memang hati-hati. Empati harus tetap ada. Bergurau boleh asal ada batasnya. Kalau nggak mau di-bully orang, jangan sampai bully orang lain.
Menyampaikan simpati atau empati sebaiknya dibiasakan. Kalau ada yang ultah dikasih selamat. Ada yang susah didoakan. Seperti kata pak Tjiptadinata; SMS- Senang Melihat (orang) Senang atau Susah Melihat (orang) Susah. Peduli pada orang lain dan jauhi ego diri yang selfish.
5. “Jangan tanya negara apa yang sudah kau dapat, tapi apa yang kau beri“
Selama di Jerman, sudah beberapa pameran yang saya selenggarakan untuk memamerkan kebudayaan dan keindahan Indonesia (Indonesien Paradise der 1.000 Inseln I dan Indonesien Paradise der 1.000 Inseln II), menari di berbagai acara Indonesia di Eropa dan masih banyak lagi. Mengapa? Kalau nggak saya, siapa lagi? Tinggal dikelilingi gunung dan hutan, nggak banyak orang Indonesia di sini... nggak perlu nunggu bantuan pemerintah untuk melakanakannya. Kalau ada niat pasti terlaksana.
Sejak pertama kali pulang ke tanah air, saya biasa ajak anak-anak ke sekolah tempat saya dulu dari SD sampai PT. Di SD misalnya bisa berbagi mainan, buku, mengajari bahasa Jerman atau lagu-lagu anak-anak Jerman. Seru.