Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mati

2 Agustus 2016   15:27 Diperbarui: 2 Agustus 2016   15:38 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalanan Jerman tampak lengang. Aku tak tahu apakah itu gara-gara teror di Würzburg dan München yang baru saja terjadi atau orang sedang sibuk pergi ke danau atau tempat yang ada airnya, untuk menggosongkan kulit. Hari itu, panas sekali.

Kupandangi bos di sampingku. Kasihan. Ia tampak kelelahan dari perjalanan jauh di pesawat dan pucat pasi karena sedang tidak fit. Beliau bersikeras datang ke Jerman untuk operasi prostat. Bukankah dokter di Jakarta juga top? Ah, biarlah. Sebagai sekretaris yang setia, aku mau saja menemani. Aku masih single, tak ada tanggungan yang membuatku harus terpaku di kantor atau di rumah saja. Lagian, lumayan bisa jalan-jalan gratis. Bos cerita, istrinya lagi shopping di London dan tidak bisa ikut. Tidak bisa atau enggan? Entahlah. Pasangan itu sudah 30 tahun menikah. Aku kira, cukup sekali untuk mulai memiliki sebuah kekhawatiran jika suatu hari ada yang meninggal di antara mereka. Harusnya didampingi. Nggak tahu, ah!

Aku menghela nafas dan sempat terkejut ketika bos membuka suara. Untung Handyku tak terpelanting ke jok bawah. Meski sudah dilapisi gelas, tetap saja aku takut rusak!

“Lila, tolong hubungi manager produksi. Ada keluhan dari klien X lewat WA nih.“

“Siap, pak.“ Kupencet nomor yang tersimpan di kontak. Terhubung. Kami terlibat percakapan singkat dan padat. Bukan karena tarif SLI tapi karena aku takut salah omong kalau kebanyakan. Puh. Urusan selesai. “Beres, pak. Semua sudah manager atur.“

“Kirim WA, kalau manager bilang klien tetap mengeluh, bilang saja aku akan batalkan semua kontrak tahun ini. Bikin pusing saja. Aku nggak mau mati gara-gara pusing mikirin klien itu.“

Jantungku hampir copot. Klien yang selalu mengeluh itu sudah 15 tahun kerjasama dengan perusahaan bos. Bagaimana mungkin memutus hubungan bisnis yang sudah lama begitu saja? Aku tak paham, tapi aku hanya mengangguk mengikuti jalan pikiran pria yang telah menggajiku 5 tahun ini.

Bosku menghirup nafas dalam-dalam. Lagi-lagi, bos membaca WA. Kulihat matanya berkaca-kaca. Nyatanya, tak ada suara yang keluar dari mulut beliau. Karena prihatin, aku coba mencairkan suasana.

“Bapak baik-baik saja?“ Kusodorkan minuman botol bergas yang kami beli di SPBU tadi. Dasar Jerman, semua minuman dikasih soda.

Anak lanangku, Lil.“

“Kenapa Reza pak?“ Pernah beberapa kali aku ketemu anak ragil pak bos. Anak remaja yang ganteng tapi aku kurang suka perangainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun