Reshuffle! Masyarakat Indonesia dan media sedang ribut membicarakan soal reshufle kabinet presiden Jokowi-JK. Ada beberapa pertanyaan yang berputar di kepala kita, Mengapa? Tentunya untuk kemajuan bangsa. Beberapa masyarakat masih saja heran, bahwa bapak menteri pendidikan dan kebudayaan, Anies Baswedan yang baru saja menggebrak dengan surat edaran demi gerakan kampanye mengantar anak di hari pertama sekolah, juga ikut dicopot!
Baiklah, saya akan membahas soal himbauan beliau saja. Bukan soal reshuffle itu. Topik yang terlalu berat.
Bagaimana awal muasal himbauan Anies?
Beberapa kejadian yang memprihatinkan, sempat mencoreng dunia pendidikan di tanah air. Pertama kasus ibu Nurmayani Salam. Ia dituduh memukul dada muridnya (yang anak perwira polisi) di Bantaeng, Sulawesi Selatan pada bulan Mei 2015. Murid tersebut bermain sisa air pel. Akibatnya, sang guru biologi dilaporkan dan jadi tahanan titipan kejari Bantaeng sampai proses selesai.
Belum juga tuntas, muncul kasus kedua. Guru SMP Raden Rahmat Balongbendo, Sidoarjo, Jatim, Sambudi mencubit 30 muridnya yang tidak sholat dhuha. Orang tua salah satu murid yang melaporkan tindakannya itu adalah anggota TNI. Si guru matematika disidang di PN Sidoarjo. Guru-guru yang bersimpati sempat long march demi solidaritas. Menurut mereka, tindakan mencubit pada bulan Februari itu bisa ditolerir, apalagi itu demi mendidik anak juga.
Tanggal 18 Juli 2016 merupakan awal dari masa tahun ajaran baru pendidikan sekolah 2016/2017 di Indonesia. Sebelumnya (11 Juli 2016), pak Anies Baswedan yang waktu itu masih menjabat sebagai mendikbud, menurunkan surat edaran no 4 tahun 2016 kepada gubernur di seluruh Indonesia agar orang tua mengantar anak-anaknya pada hari pertama ke sekolah (mulai dari SD sampai SMA/SMK). Tujuannya adalah agar tercipta komunikasi yang baik antara orang tua dan guru-guru di sekolah. Istilahnya, tak kenal maka tak sayang. Kalau sudah sayang, pasti banyak jalan yang bisa ditempuh jika ada masalah di sekolah. Namanya anak, tidak semuanya baik. Ada juga anak yang nakal, berani dan entah apalagi tindakan atau perilaku anak yang tidak masuk nalar sehat.
Pro dan Kontra
Wajar. Sungguh sangat wajar jika akhirnya, kampanye agar orang tua mengantar anak pada hari pertama sekolah itu tentu mendapat reaksi pro dan kontra dari masyarakat. Bahkan Gubernur Ahok sendiri menolak memberikan dispensasi pegawai di lingkungan DKI untuk melaksanakan himbauan mendikbud. Sarannya, salah satu orang tua bisa melakukannya. Kalau dua-duanya pasti repot. Apalagi yang PNS seperti gubernur. Untuk urusan salah satu orang tua saja yang mengantar juga ditanggapi positif kak Seto (psikolog dan KPAI). Yang sempat ibu atau bapak saja (salah satu), tidak ada masalah. Kak Seto sendiri mengaku, mengantar anak pada hari pertama sekolah.
Meskipun demikian, pro kampanye itu tetap ada. Khususnya dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia). Itu diyakini akan memotivasi anak untuk semangat ke sekolah dan jadi murid yang tidak mempermalukan orang tua, anak budiman. Ikatan psikologis antara orang tua dan guru juga akan terjalin dari awal. Pondasi yang bagus untuk perjalanan proses belajar mengajar di sekolah, di mana anak berada 1/3 hari di sana. Pemantauan KPAI pada hari pertama sekolah juga membuktikan signal tersebut. Di lain sisi, KPAI juga tidak setuju adanya kekerasan guru terhadap murid. Yang dilakukan guru harus melakukan pendekatan psikologis bukan psikis! Kalau hukuman fisik kepada murid jaman dahulu sudah sering terdengar lalu ingin diteruskan di jaman modern? Sekarang jaman sudah berubah. Harus dihentikan, bumihanguskan!
Banyak juga warga masyarakat (orang tua murid) yang antusias, ikut mendukung kampanye. Salah satu orang tua murid, sekaligus gubernur Jateng yang mendukung adalah Ganjar Pranowo. Menurut beliau, kedatangannya bersama istri mengantar pada hari pertama sekolah, akan menguatkan jiwa anak. Anak jadi senang dan percaya diri di sekolah.
Manfaat kampanye hari pertama sekolah
Sesuai pengalaman, mengantar anak pada hari pertama sekolah tak hanya sampai depan gerbang sekolah itu memberikan manfaat yang besar:
- Orang tua bisa tahu sekolah si anak (ruangan, lingkungan sekitar, atmosfir) yang akan sering dikunjungi anaknya selama 5 hari sekolah dari pagi sampai siang (bahkan ada yang sampai sore karena sekolah siang).
- Orang tua bisa berkomunikasi dengan sesama orang tua. Ini penting untuk mengetahui perkembangan belajar anak. Bisa bertanya tentang PR, tugas, atau ujian sewaktu-waktu. Kalau tidak kenal, takutnya nanti segan bertanya dan sesat di jalan.
- Orang tua bisa berkomunikasi dengan guru (wali kelas sampai guru mata pelajaran). Kalau anak lemah di bidang mata pelajaran tertentu, pasti bisa bertanya tips untuk perkembangan anak. Atau sebaliknya, jika memiliki kelebihan bisa diskusi untuk menyalurkannya dengan baik (lewat lomba, pameran atau kegiatan lainnya).
- Guru jadi kenal dengan orang tua murid.
- Guru merasa dihormati orang tua murid yang menitipkan anak-anaknya untuk dididik di sekolah selama hari-hari sekolah, saat orang tua bekerja atau berada di rumah.
Hubungan antara orang tua murid dengan guru, bisa dipupuk dengan banyak cara
Intinya, kampanye yang bagus. Pelaksanaannya juga harus sesuai agar tidak menimbulkan hal negatif yang justru merugikan tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga orang lain.
Selain itu, ada beberapa cara lain yang bisa ditempuh untuk memelihara hubungan orang tua murid dan guru di sekolah pada masa selanjutnya:
- Di Jerman, ada pertemuan orang tua murid dan guru di sekolah pada bulan pertama masa ajaran sekolah, yang disebut Eltern Abend. Selain itu, ada juga Eltern Gespräch (beberapa bulan kemudian). Di mana, lebih fokus karena pembicaran empat mata saja. Guru dan orang tua bisa berkomunikasi tentang perkembangan anak di sekolah selama 15 menit. Jika kurang, bisa disambung dengan hari lain.
- Email. Jaman internet, pasti sangat mudah menjalin hubungan dengan surat elektronik. Guru akan mengkomunikasikan kejadian atau informasi penting tentang anak di sekolah kepada orang tua. Ditambah Mailinglist, adalah grup yang sudah tidak asing lagi bagi orang tua murid di Jerman. Di sanalah semua dibahas. Jika tidak menyimak, bisa ketinggalan berita dan informasi penting dari kelas atau bahkan sekolah. Misalnya tentang bahan ujian akhir untuk anak, pesta perpisahan dan seterusnya.
- Pesta sekolah. Di Jerman ada pesta Einschulung (acara pembukaan hari pertama sekolah), pesta musim panas di sekolah atau pesta natal di sekolah yang dihadiri tak hanya guru dan murid tapi juga orang tua (bahkan anggota keluarga terdekat seperti oma, opa). Di sanalah, akan terjalin suasana bersahabat. Misalnya saat bersama-sama menikmati hidangan. Sembari makan, bisa ngobrol, bukan?
- Buku notes (di Jerman disebut Eltern Heft), berisi catatan khusus tentang anak yang harus ditandatangani orang tua di rumah. Itu artinya orang tua tahu apa yang terjadi. Misalnya, anak lupa tidak membuat PR sehingga mendapat stempel wajah sedih. Di sebelahnya ditulis sebabnya. Selain bertanya kepada anak tentang apa dan mengapa, tentu konfirmasi dari guru juga diperlukan.
***
Saya adalah satu dari sekian banyak orang yang mendukung kampanye mengantar anak pada hari pertama sekolah, di manapun anak berada. Tulisan saya terdahulu sudah menanyakan apakah anjuran pak Anies akan lestari kalau beliau sudah tidak lagi menjabat. Meskipun pak Anies yang menggebrak dunia pendidikan Indonesia dengan himbauan itu tak lagi menjabat sebagai mendikbud, semoga orang tua di tanah air tetap menyadari pentingnya mengantar anak pada hari pertama sekolah.
Lihatlah. Anak-anak juga mendapatkan kenangan abadi. Sejarah diantar orang tuanya ke sekolah pada hari pertama. Dukungan moril yang tentu menjadi dasar untuk menikmati panjangnya masa-masa belajar di sekolah.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan menginspirasi. Kasih sayang anak sepanjang galah, kasih sayang orang tua sepanjang jaman. Mari jadikan anak-anak kita anak yang budiman dengan mendukungnya tak hanya secara fisik tapi psikis dengan penuh kasih sayang. Majulah, bangsa Indonesia bersama generasi muda yang dipersiapkan secara baik-baik.(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H