Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sudah Periksa Kesehatan Diri (Medical Check Up)?

28 Juli 2016   20:04 Diperbarui: 29 Juli 2016   02:49 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunakan kartu kesehatan Anda (dok.Gana)

Sebuah pesan di Whatsapp dikirim suami. Ia mengajak saya berlibur setelah tugas bisnis luar kotanya selesai. Saya jawab, “Lupa yaaaa, itu tanggal kamu harus check up.“ Betul, dia sudah ada janji sejak dua minggu lalu dengan dokter urologi. Mau periksa diri bagian vitalnya.

Memang gara-gara suami saya sudah bikin janji check up sejak lama, membuat saya tergugah untuk ikut memeriksakan diri. Apalagi pemeriksaan medical check up dianjurkan setelah berumur 35 tahun. Meski tidak menutup kemungkinan pemeriksaan dilakukan sebelum umur itu bisa saja terjadi karena adanya keluhan.

Sudahkah Anda periksa kesehatan?

Dokter di kota semua penuh. Maklum, wilayah negara bagian kami sudah memasuki musim liburan musim panas pasti semua orang kejar-kejaran bikin jadwal antara periksa dan liburan. Hasilnya, nggak bisa! Disarankan beberapa tetangga untuk memeriksakan bukan di internist tapi di dokter umum di kampung kami saja. Klinik mini itu memiliki pelayanan medical check up dan ditafsirkan segera dapat jadwal. Benar, baru kemarin sore telpon sudah dapat jadwal pagi ini, pukul 07.30. Wow, biasanya penuh dan tunggu lama!

Diingatkan oleh perawat bahwa tidak boleh lupa dengan kartu kesehatan, tidak boleh makan dan tidak boleh minum pada hari H, sebelum diperiksa.

Bagaimana proses medical check up?

Pertama, tes urin. Yah, begitu bangun tidur sudah BAB dan BAK lalu mandi. Ini disuruh lagi? Mana bisa? Kata perawat, ditunggu di toilet. Keluar sedikit nggak papa. Yang penting ada sak crit untuk diperiksa.

Kedua, disuruh berbaring di kasur lab, separoh telanjang bagian dada (baju atasan dan BH dilepas). Badan saya itu ditempeli 8 dari 9 alat untuk deteksi paru-paru (Lunge). Alat berupa bola-bola berwarna biru dengan karet hitam seperti stempel berwarna biru, dengan karet tempelan yang kuat di bagian kulit.

Bagian karet disemprot dengan disinfektan. Dingin! Karet juga dihubungkan dengan kabel dan mesin. Kata perawat yang membaca kertas hasil print dari mesin, semua baik-baik saja. Elektroradiogram atau di Jerman disebut EKG. Sempat ngakak karena saya bingung apa hubungannya dengan IKG (Gymnasium, SMA)? Rupanya saya salah dengar. Itu EKG bukan IKG. Heran mengapa telinga saya tidak diperiksa.

Ketiga diambil darahnya, contoh darah untuk mengetahui gula darah dll. Ditunggu sehari hasilnya jadi. Besok, ya? Bismillahhhh ...

Keempat, disuruh meniup alat. Alat yang mengingatkan saya pada tes alkohol para pengendara di Jerman. Saya juga ditanya merokok tidak. Perawat menyuruh saya mengambil udara di perut lalu dihembuskan di alat, berulang-ulang sampai grafik terbaik. Ini untuk mengecek  fungsi paru-paru (spirometry).

Kelima, pindah ke ruang dokter ditanya keluhannya apa dan alasan melakukan Check up. Di Jerman setelah menginjak usia 35 tahun, disarankan periksa general check up. Setelah yang pertama ini, berikutnya adalah dua tahun lagi periksa (tahun 2018) dan seterusnya (2020, 2022, 2024 ...).

Begitu duduk di dalam ruangan, disuruh telanjang bagian dada lagi, BH masih dipakai. Diperiksa dengan steteskope. Bagian depan dan belakang badan. Baju atasan dipakai lagi. Meski dokter perempuan, malu ah kalau telanjang bulat.

Beberapa menit kemudian, saya diperiksa bagian leher, dipegang-pegang karena saya punya riwayat SNNT, struma. Ditanya dokter tahun berapa dan di mana operasinya. Rupanya sudah lama dan tidak ada keluhan setelahnya, berarti tidak ada masalah.

Berikutnya, disuruh mengangkat kedua tangan dengan mata terpejam. Saya tanya apa saya juga akan mendapat parkinson seperti bapak. Dokter bilang kalau tangan gemetar beberapa saat itu biasa. Semoga ....

Dokter berbalik. Ia memeriksa mata saya dengan senter khusus. Terang sekali senter kecil itu. Begitu tanya mengapa mata saya kuning bukan putih, dijawab karena kulit saya gelap dan bukti tes darah akan menjelaskan lebih detil. Hmm ...

Dokter muda dan baik itu menyuruh saya pindah ke kasur. Berbaring di kasur dengan bagian bawah (rok) dilepas tapi celana dalam tetap dipakai, saya relaks. Diperiksa perutnya, ditekan-tekan. Saya diminta untuk duduk di kasur. Lutut tangan dan kaki dipukul palu. Selesai. Rok dipakai lagi.

Begitu duduk di kursi sebelah meja dokter, dijelaskannya semua baik-baik saja. Tidak ada sesuatu yang salah, kecuali tentang tes darah dan urin yang akan diterima besok pagi. Begitu melihat data dalam file saya, dokter muda (anak dokter pemilik klinik) itu menemukan bahwa saya belum disuntik Zecken untuk ketiga kalinya. Zecken adalah hewan parasit yang biasa menggigit manusia, menghisap darah dan bisa menjadikan bagian tubuh yang digigit membesar.

Insekt kecil itu bisa jadi besar karenanya dan harus dilepas dengan alas khusus. Tadinya saya menolak karena belum disuntik sudah lemes duluan dan setelah disuntik nanti jadi sakit (letih, lemah, tak bersemangat sampai 1-2 hari).

Imunisasi itu diberikan tiga kali. Dua kali sudah saya jalani, yang ketiga waktu itu tidak dilakukan karena saya masih flu. Begitu ditunda, lupaaaaa.... sampai berapa tahun, coba? Benar, saat menulis artikel ini, badan saya sudah panas habis diimunisasi. Suntikan bereaksi.

Catatan:

Pemeriksaan papsmear tidak dilakukan dokter umum itu karena saya sudah ada janji dengan dokter kandungan. Pemeriksaan USG dan ke dokter kandungan biasa saya lakukan setahun sekali. Sama halnya dengan pemeriksaan gigi, setiap 6 bulan sekali. Kecuali, jika ada masalah tentu bisa datang sewaktu-waktu.

Apa manfaat medical check up?

Dalam penyusunan naskah buku saya “Banyak Jalan Menuju Jerman“, saya menulis bab   tentang Au pair. Di sana, saya baca hasil wawancara dengan beberapa Au pair yang masih berada di Jerman. Mereka bercerita bahwa ada satu teman yang lupa melakukan Medical check up ketika akan berangkat ke Jerman dalam rangka program Au pair.

Setiba di Jerman, ia sakit keras dan merepotkan ibu asuh di Jerman. Setiap au pair mendapat asuransi kesehatan. Ia diperiksakan ke dokter oleh keluarga angkat tapi tak juga sembuh. Tak berapa lama, ia pulang dan meninggal dunia di tanah air. Sebelum ke Jerman, barangkali sudah ada penyakit atau sesuatu yang tidak beres dalam tubuh tapi tidak diketahui si gadis yang belum berumur 25 tahun itu.

Berita meninggalnya Au pair itu menggugah pemahaman beberapa Au pair lainnya untuk periksa kesehatan sebelum berangkat dan tinggal setahun di Jerman.

Bagaimana dengan saya? Apa manfaat medical check up itu?

1.Memanfaatkan fasilitas asuransi kesehatan di Jerman. Kalau tidak, terbuang percuma karena medical check up tidak bayar.

2.Saya jadi tahu informasi tentang kondisi kesehatan teraktual diri.

3.Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan tanda-tanda yang tidak beres atau masalah, bisa segera ditangani. Misalnya dengan mendatangi dokter spesialis sesuai masalah tersebut. Jika hasilnya baik, bisa lega happy-happy menikmati hidup dan tetap menjaga kesehatan.

4.Lebih baik mencegah daripada mengobati. Semakin tua, bisa jadi kesehatan menjadi-jadi (turun).

5.Karena pemeriksaan disarankan setiap dua tahun sekali oleh dokter kami, ini akan jadi pengetahuan perkembangan kesehatan secara berkala. Tetap bagus atau memburuk seiring bertambahnya umur? OMG, dewasa itu pilihan tapi tua itu pasti!

Bagaimana dengan Kompasianer? Mari hati-hati dan tetap waspada.

***

Barangkali di Indonesia masih mahal, atau belum ditanggung oleh asuransi yang dimiliki beberapa masyarakat umum tapi sebaiknya bagi kompasianer yang sudah berumur 35 tahun, segera melakukan medical check up seperti yang saya ceritakan tersebut di atas. Jika yang sudah, jangan lupa jadwal selanjutnya.

Saya memang bukan dokter tapi karena sadar kesehatan itu mahal harganya, mengetahui sejak dini tentang perubahan di dalam tubuh sekarang juga itu, penting. Selamat menjalani medical check up. Tetap sehat dan bahagia. (G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun