Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gara-gara Panas Matahari, Beberapa Warga Jerman Dipulangkan

20 Juli 2016   23:37 Diperbarui: 21 Juli 2016   14:30 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rabu, 20 Juli 2016. Senang.  Tiga anak sudah ke sekolah. Bapaknya habis dari luar kota masih KO di tempat tidur. Saya? Berkebun. Menjumputi Umkraut, tanaman liar yang sebenarnya cantik dengan bunga kuning, ungu dan merah mudanya tapi harus dicabuti sebab tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Di jalan setapak di kebun, di paving depan rumah dan garasi. Begitu lonceng gereja berbunyi sebelas kali, saya berhenti. Dua jam sudah. Saya masuk rumah, adem.

Pintu dan jendela rumah kami semua dibuka karena di Jerman nggak ada AC seperti rumah tangga-rumah tangga di Indonesia. Jangankan rumah tangga, kantor saja saya belum pernah lihat ada yang pasang AC. Beda dengan di tanah air, ya?

Tetangga dan anak pulang awal karena panas matahari

Nah, dari pintu yang terbuka, saya dengar percakapan seorang tetangga depan rumah dengan tetangga sebelahnya. Intinya, si ibu dapat jatah Hitzefrei (bebas tugas karena panas matahari). Dia pulang jam 12 bukan jam 16 seperti hari-hari lainnya. Mengapa? Karena hari ini panas sekali. Suhu pagi hari saja sudah 27 derajat. Siang itu sudah mencapai 33,5 derajat C! Seperti di Indonesia, bedanya ... tidak lembab.

Wah, asyik ya? Kantor tempat ibu bekerja ditutup lebih awal. Ada yang ke Freibad (berenang di tempat terbuka), ke danau Bodensee, santai di rumah, berjemur dan entah apalagi yang bisa dilakukan di bawah terik matahari ... yang jelas, nggak ngadem di bawah pohon seperti yang disukai kebanyakan orang Indonesia yang saya kenal. Andai saja saya di Indonesia, payung saya sudah mekar.

Di Jerman? Saya bisa diketawain orang, dikira gila. “Nggak hujan kok payungan.“ Begitu ledekan orang Jerman pada saya dulu ... makanya, paling banter bawa topi lebar dan melumuri bagian tubuh yang terbuka dengan lotion anti matahari SPF 50. Ingat, 50! Bukan hanya 30, 20 atau 10! Kenceng banget proteksinya. Takut gosong, orang Jerman senang kalau kulitnya lebih gelap dari aslinya. Hanya saja, masih banyak orang Jerman yang pakai krim matahari itu biar nggak kena kanker kulit.

Rupanya tak hanya tetangga dan teman-teman kerjanya yang pulang lebih awal ke rumah. Anak sulung kami dan teman-teman sekolahnya (SMA) juga sudah di rumah. Biasanya ia akan datang 1,5 jam kemudian. Bukan saat itu.

Dipulangkan lebih awal? Seingat saya, suami pernah cerita bahwa dulu waktu sekolah juga begitu. Enak betul!

gila-578fa8b21293730f21dfaee6.jpg
gila-578fa8b21293730f21dfaee6.jpg
Aturan Hitzefrei di Jerman

Hitzefrei atau Hitzeferien adalah masa di mana sekolah diperpendek jam pelajarannya atau jam kerja orang diperpendek dari biasanya, karena temperatur udara yang terlalu tinggi.

Berapa takarannya? Untuk ukuran orang bekerja, ruangan tidak boleh melebihi dari 26 derajat C. Itu diatur dalam UU sejak tahun 2010. Padahal hari ini, di luar 33,5, paling tidak di dalam ruangan 2-3 derajat lebih rendah alias 30. Menurut saya, itu sudah panas untuk orang Jerman. Saya pernah geli waktu suhu 20 derajat, orang-orang sudah pakai pakaian terbuka dan bahkan, kalau matahari nongol sudah berjemur! Saya masih pakai panjang tapi tidak berjaket. Maklum, orang tropis. Meski sudah lama di Jerman, tetap saja butuh di atas 30 derajat untuk bisa merasa hangat betulan dan berani pakai pakaian pendek.

Sedangkan aturan untuk sekolah. Suami saya cerita dulu sekolahnya (area negara bagian Baden-Württemberg) kalau jam 10 pagi, suhu udara sudah 25 derajat C, dipulangkan lebih awal. Cek lagi di internet, memang masing-masing negara bagian memiliki aturan sendiri. Jerman memiliki 16 negara bagian. Negara bagian Baden-Württemberg memang membatasi mulai 25 derajat C, sejak tahun 1975.

Negara bagian Schleswig-Holzstein, akan menunggu suhu yang sama pada pukul 11, baru dipulangkan. Aturan itu dibuat sejak tahun 1998. Lain lagi dengan negara bagian Nordrhein-Westfalen, yang mengukur suhu sampai 27 derajat dulu, baru bisa diputuskan Hitzefrei (kecuali sekolah menengah).

Pemberlakuan Hitzefrei di Eropa

Waktu pagi-pagi, buka internet. Mengecek email sampai FB. Ada seorang teman yang menceritakan bahwa di Italia, sudah hal yang wajar kalau sekolah dipulangkan lebih awal atau liburan musim panas yang panjang. Mau ngapa-ngapain juga gerah. Eropa memiliki 4 musim yang tiap 3 bulan berganti. Nggak kayak Indonesia yang panas dan hujan saja. Suhunya juga terlalu tinggi, sedangkan di Eropa suhu naik-turun, ganti-ganti. Jadi musim panas merupakan saat yang dimanfaatkan orang untuk berada di luar ruangan, menikmati matahari.

Selain Jerman dan Italia, Austria dan Swiss adalah negara-negara yang memberi kesempatan anak-anak sekolah sampai pekerjanya untuk menikmati musim panas. Jika kepanasan, dipulangkan. Swiss (Zürich) pernah memberlakukan sampai tahun 1998 bahwa anak-anak dipulangkan ke rumah, jika pada pukul 10, suhu udara sudah sampai 30 derajat C. Austria bahkan mengatur bahwa suhu ruangan harus maksimal hanya 25 derajat C saja dan tidak boleh pasang AC. Ada teman Kompasianer di Austria atau Swiss yang mau tambah informasi tentang itu? Silakan.

Yang jelas, setelah membaca artikel bebas dari panas matahari ini jangan sampai ada yang usul ke presiden Jokowi agar pekerja diperpendek jam kerjanya atau ... ke pak Anie Baswedan, supaya beliau memberikan surat kepada semua kepala daerah untuk menghimbau sekolah-sekolah agar memberlakukan hal yang sama di tanah air.

Apa kata dunia kalau sekolah-sekolah dari Sabang sampai Merauke setiap hari jam sekolahnya diperpendek? Lah wong di Indonesia panas terus, tidak seperti di Eropa yang hanya maksimal 3 bulan saja dalam setahun. OK. Selamat menikmati matahari, di manapun Kompasianer berada. Saya duduk di teras, menikmati matahari sampai pukul 21.30. Jam segitu, Indonesia sudah gelap gulita. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun