Würzburg, kota yang indah itu sudah beberapa kali kami kunjungi. Hanya 2,5 jam dari rumah dengan mobil pribadi atau kereta api. Selain ada tante di sana, kotanya tak bosan untuk dijelajahi. Kota tua (1300 tahun) yang unik dan mempesona. Ada Dom yang terkenal, jembatan dengan patung-patung orang terkenal jaman dulu, puri, benteng, taman dan masih banyak lainnya. Sekali kompasianer ke sana, tak akan hilang kenangan sepanjang masa.
Sayangnya, kini sudah ada bibit rasa takut untuk pergi ke kota itu lagi. Sejak kemarin malam, Würzburg disebut-sebut media Jerman (radio, koran sampai TV) karena tragedi mengamuknya seorang pemuda umur 17 tahun, pengungsi dari Afganishtan. Dengan kapak dan pisau, ia melukai penumpang kereta Regional dari Treuchlingen menuju Würzburg.
Korban amukannya adalah empat warga Hongkong; seorang bapak 62 tahun, seorang ibu 58 tahun, seorang anak perempuan 27 tahun dan teman laki-lakinya 31 tahun. Mereka dirawat di RS Würzburg. Sebenarnya, si bapak dan calon menantu itu bermaksud baik, berusaha melindungi sekitar 30 penumpang lainnya dari serangan teroris kecil itu. Hanya anak laki-laki mereka yang berusia 17 tahun yang tidak terluka. Berita tersebut sudah diangkat koran South China Morning Post. Berita yang mencoreng muka Jerman di mata China.
Dalam aksinya, si pemuda dengan tato bendera IS di tangannya itu meneriakkan “Allahu Akbar“ dan membuat penumpang panik. Belakangan, polisi menemukan bendera IS di kamar di mana ia tinggal. Selama dua minggu sebelum kejadian, ia memang diasuh sebuah keluarga Jerman.
Usai melukai, ia melarikan diri ke kota dan ditembak mati oleh petugas. Penyelidikan tentang kasus ini masih dilakukan. Tentu bukan hal yang mudah diterima oleh sebagian besar masyarakat Jerman yang terbiasa hidup disiplin, sehat dan damai.
Ini bukan pertama kalinya. Sudah ada kenyataan di atas kekhawatiran pasca keputusan Angela Merkel untuk membuka pintu lebar-lebar bagi pengungsi dari negara yang dilanda perang seperti Syria. Masih ingat kejadian pelecehan seksual terhadap wanita di Jerman pada malam tahun baru di Köln dan kota besar lainnya? Pelakunya terekam dalam kamera CCTV dan sudah banyak yang tertangkap.
Mereka adalah para pengungsi. Namun berita terakhir, banyak dari tersangka yang dilepaskan karena pengacara bersikukuh, gambar layar tidak begitu jelas. Itu belum seberapa. Di kota kami Tuttlingen bulan lalu sudah kejadian. Dua orang pengungsi berkulit gelap menyerang seorang perempuan di tepi jalan karena menolak memberi rokok dan dirampok.
Sebelumnya, seorang pria muda mengamuk di pusat kota Tuttlingen dengan pedang panjang! Sungguh ... ketidaknyamanan sudah tercipta di mana-mana di seantero Jerman, bahkan beberapa meter saja dari tempat kami tinggal. Ini juga mencoreng muka semua pengungsi. Jatuh nila setitik rusak susu sebelanga. Satu dua teroris di antara pengungsi, semua dituduh jahat. Tidak adil. Bagaimanapun, kami harus tetap hati-hati, jaga diri dan waspada.
Sebentar lagi, beberapa meter dari rumah kami akan dibangun tempat khusus bagi 70 pengungsi. Berharap semua akan baik-baik saja. Apa kabar Kompasianer hari ini? Tetap sehat dan bahagia, semuanya. Selamat pagi. (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H